in

Islamiyah Wakaf Produktif Tertua Pontianak (1925) yang Melahirkan Bupati dan Anggota DPR RI

perguruan islamiyah


Oleh: Nur Iskandar

Setahun lebih tua dari lahirnya Nahdlatul Ulama, pengaruh dakwah Islam dari Sumatera Barat yang mempunyai kultur perguruan atau sekolah menyebabkan seorang dermawan bernama Haji Arif mewakafkan sebidang tanahnya. Tanah terletak di pinggir jalan protokol yang kini bernama Imam Bonjol hingga pinggir Sungai Kapuas. Lokasinya sangat strategis karena berhadapan muka juga dengan universitas negeri terbesar Kalimantan Barat–Universitas Tanjungpura. Luas tanah wakaf Haji Arif kurang lebih 1.6 hektar. Di atasnya berdiri Mesjid Islamiyah, perguruan pendidikan dan berbagai amal usaha seperti rumah toko hingga kantin unik Ade Rase. Sebuah kantin berselera Melayu dan Arab yang kaya rempah sehingga menjadi salah satu destinasi wisata kuliner Kota Pontianak dan kerab dikunjungi artis-artis ibukota.

Sejak 1925, pendidikan yang diharapkan wakif Haji Arif kepada nazir adalah tergalinya nilai-nilai Islam universal dalam cakupan “Islamic University”. Dengan demikian pola belajar mengaji Alquran dan hadits serta cabang-cabang ilmu Islam lainnya dipelajari di bangku sekolah. Kini terbentang luas sejak Taman Kanak-Kanak, SD, SMP/Mts, SMA/Aliyah. Ribuan alumni telah dihasilkannya dan hingga kini terus beroperasi dengan berbagai dinamika tata kelola pendidikan formal di Indonesia yang bergelut dengan Pandemi Covid-19 di mana mau tidak mau–suka tidak suka ada penurunan jumlah animo pendaftar siswa-siswi baru. Hal serupa terjadi di berbagai tempat lainnya. Namun Perguruan Islamiyah telah menapakkan sejarah wakaf produktif tertua di Kota Pontianak. Bahkan setahun lebih mula kelahirannya ketimbang organisasi muslim terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama oleh KH Hasyim Asy’ari–kakek dari mantan Presiden RI Abdurrachman Wahid bin Wachid Hasyim bin Hasyim Asy’ari yang kita kerap sapa dengan Gus Dur.

Perguruan Islamiyah juga melahirkan pemimpin kelas kakap. Tercatat sejak Bupati hingga anggota DPR RI.

Tercatat nama Bupati Kabupaten Kubu Raya, H Muda Mahendrawan, SH. Ia adalah jebolan Islamiyah. “Saya belajar mengaji dan sholat di sini,” kata pria yang punya selogan “Kepong Bakol” sehingga digelari “Bupati Muda Menanjak” di kabupaten pemekaran Kabupaten Pontianak yang menjadi Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya.

Dari Islamiyah juga lahir anggota DPRD, DPR-RI cum DPD RI Drs H Ishak Saleh. Ishak kemudian menjadi leader visioner di bidang politik dan dakwah. Ia bergelut di Muhammadiyah dan Partai Amanat Nasional–semasa Prof Dr Amien Rais mantan Ketua PP Muhammadiyah memimpinnya.

Ishak Saleh mempunyai seorang putra yang kini duduk sebagai Dirjen Kesehatan di Departemen Kesehatan RI, Drg Oscar Primadi, M.Kes. Juga seorang analis keuangan gaek Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura, Muhammad Fahmi.
Wakaf yang dicanangkan Haji Arif sejak 1925 nyata telah produktif sejak Indonesia belum memproklamirkan kemerdekaannya. Islamiyah juga berkontribusi dalam membangun daerah kota maupun regional Kalimantan lewat peningkatan mutu sumber daya insaniahnya. Ribuan alumni telah mengisi pos-pos dakwah hingga sosial-politik Tanah Air.

Saat berdiri pada tahun 1925 itu pula, berangsur, berduyun-duyun orang tua mendaftarkan putra-putri mereka ke Islamiyah–sebuah menara cahaya di Kalbar. Sejak dari Siantan di sisi utara Pontianak, Kampung Kapur sisi timur kota, Sungai Raya Dalam hingga Arang Limbung di sisi selatan pinggiran kotamadya, hingga Jeruju di sisi barat bumi khaTULIStiwa. Islamiyah amat sangat terkenal di Kota Pontianak sejak saat itu, kini, dan insya Allah hingga masa depan–sebab wakaf memang punya syariat begiturupa–nyawa wakif dan nazir serta sesiapapun berwakaf boleh putus, tetapi pahala kebaikannya mengalir terus. Kelak pahala kebaikan inilah garansi selamat dari titian rambut dibelah tujuh ke surga firdaus. Amiin ya Allah ya rabbun izzati.

Haji Arif si dermawan selaku wakif tentu di alam arwah bisa tersenyum melihat betapa produk nilai universal Islam masanya berwakaf bertumbuh lewat niat tata kelola kepada para nazir via galian pendidikan maupun pengajaran sistematis-sistemik “Islamic University” telah menebar cahaya terang dalam kehidupan anak-anak zaman. Benarlah hadits Nabi SAW bahwa tidak putus amal ibadah anak cucu Adam kecuali tiga. 1. Sedekah jariyah (wakaf). 2. Ilmu yang bermanfaat. 3. Anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.

Haji Arif yang arif bijaksana insya Allah mendapatkan ketiga-tiganya. Para nazir yang profesional hingga kini juga menunjukkan betapa hebatnya instrumen syariat wakaf yang abadi sepanjang masa pahalanya tersebut. Semua yang terlibat di Perguruan Islamiyah–tidak hanya aplikasi rukun Islam di mesjid Islamiyah–tetapi juga telah berbuah banyak manfaat sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Tidak hanya membawa cahaya gemilang bagi Kota Pontianak, tetapi juga Kalimantan dan Nusantara. (Penulis adalah pegiat literasi wakaf, anggota BWI Kalimantan Barat bidang wakaf produktif. CP/WA 08125710225)

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

Foto Jemaah Idul Fitri di Plaza Mesjid Raya Mujahidin era 1990 an

Wakaf Mujahidin yang Diresmikan Pak Harto

munzalan

NULAR, mudah-mudahan