teraju.id, Ibis Jakarta – Yayasan Bina Antarbudaya berpikir kritis perihal pertukaran pelajar ke mancanegara. Terutama kepada pelajar yang telah dinyatakan lulus dari sebuah rangkaian panjang penilaian, namun gagal berangkat hanya gara-gara persoalan dana.
“Kita harus berjuang sekuat tenaga dalam membantu mereka. Untuk itulah kenapa workshop fundraising ini kita lakukan,” ungkap Direktur Eksekutif Binabud Pusat, Nina Nasution di hadapan 40 peserta yang berasal dari 20 Chapter Binabud seluruh Indonesia.
Dipaparkan wanita yang akrab disapa Kak Nina ini bahwa hasil penelitian terkini yang dilakukan Binabud terhadap 5000-an peserta seleksi pertukaran pelajar seluruh Indonesia didapatkan kenyataan bahwa 65 persen diantara mereka berharap beasiswa penuh. Tanpa beasiswa mereka gagal berangkat. Hal ini menjadi tantangan besar lembaga Binabud yang bertujuan mewujudkan perdamaian dunia melalui pembelajaran kebudayaan antarbangsa sehingga terjalin sikap saling pengertian maupun kerjasama sekaligus membentuk calon pemimpin masa depan.
Di tempat yang sama, Pembina Binabud Pusat, Asmir Agus menambahkan bahwa kondisi dunia saat ini dilanda krisis perang dengan dana yang digelontorkan sampai ratusan triliun dolar. “Mirisnya hati kita melihat sesama manusia itu menderita. Itu semua riil,” ungkapnya seraya menunjukkan laporan laporan utama Majalah Time soal perang di Irak, Syiria, hingga Mogaditsu.
“Melalui organisasi Binabud atau AFS internasional kita mengetuk hati agar anggaran perang itu lebih ditujukan untuk pendidikan dan kesejahteraan,” imbuhnya seraya merujuk dirinya bisa mengikuti pertukaran pelajar “tempo doeloe” juga karena adanya beasiswa.
Workshop Fundraising yang digelar hingga 29/10/17 itu melibatkan Pirac dan Fitra yang selama ini diakui piawai memindai dana tanggung jawab sosial perusahaan maupun memelototi anggaran pemerintah. Peserta juga dilatih menumbuhkembangkan ide kreatif dalam menjalin fundraising dan kiat-kiat merawatnya.