Nur Iskandar
teraju.id. Paris II – Tak disangka tak dinyana seorang pria melompat ke Parit Haji Husin alias Paris. Gedeburrrr. Demikian suara menarik perhatian warga sekitar sehingga pengguna jalur jalan pun sontak berhenti karena menarik perhatian, Rabu, 26/4/17 sekira pukul 15.30.
Kawasan jalan di depan Masjid Quba pun dalam waktu sekejab macet. Setiap pengendara motor dan mobil berhenti. Apalagi baru saja usai shalat Ashar. Warga menyemut di jalur pinggir jalan dan parit.
Semua mata memperhatikan pria yang menceburkan diri sedang berenang bebas di tengah air surut. Tanah dasar parit bergambut pun tak pelak bertimbulan akibat gerakan tangan dan kaki kala berenang. Si orang gila (orgil) sama sekali tak hirau. Ia terus melaju ke arah hulu. Mungkin banyak lumpur terhirup mulut dan hidungnya. Karena gila, ia kuat saja. Sementara warga yang menonton melihat dengan mata ngeri.
Ini pemandangan asli. Bukan shooting sinetron. Bukan perpeloncoan. Bukan pula praktik pelanggaran hak azasi manusia.
Untunglah di antara pengguna jalan yang berhenti ada pegawai sigap mengamankan pria tak waras ini. Mereka turun dari kendaraan roda empat berplat merah dan bertuliskan Kendaraan Operasional Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Pontianak.
Drs Suherwin dengan baju putih celana panjang gelap meminta si orgil untuk naik. Namun perintah tak dihiraukan. Begitupula seorang pria lainnya dengan logo garuda pancasila di saku memekik agar naik, tetap tak dihiraukan juga. Si orgil terus melaju melewati beberapa jembatan sehingga sampai ke Jalan Pemda Jalur II.
Aksi berenang si orang gila itu, akhirnya hanya bisa dijinakkan dengan umpan rokok. “Mau rokok ndak? Naiklah,” kata seorang pria yang agaknya tetangga orgil. Rokok ini ternyata menarik perhatiannya. Dia pun menepi dan rela naik ke pinggir jalan dengan tubuh basah kuyub. Baju kaos yang dikenakannya bertuliskan Westwood California. Celana panjangnya penuh lumpur.
Seraya menikmati sebatang candu itu, si orgil buka suara dengan aksen Sambas yang kental. “Aku ndak an salah beh. Ape tuk salahku?”
Beberapa pria pegawai menjawab, “Iye beh. Ndak an ade salahmu. Naiklah….”
Ketika sudah bisa diajak bicara, si pria orgil ini dikawal agar tidak melarikan diri. Ia mandi di teras, yang ternyata adalah kediamannya. Tepatnya Jl Pemda II No 45.
“Kami takut Herji membakar rumah. Dia memang tak waras. Beberapa hari lalu dia keluar di tengah semak di malam buta, kami kira pencuri. Nyaris dipukul massa,” ungkap RT setempat, Alek.
Dikisahkan RT, bahwa Herji tinggal sebatang kara di salah satu rumah Pemda Jalur II bernomor 45. Keluarganya berada di Sambas. “Herji pernah kami kirim ke Sambas, namun dia pulang lagi kemari. Kalau sakit syarafnya tak berhasil disembuhkan, kehebohan pasti tetap akan datang,” ungkapnya.
Tetangga yang bersebelahan dinding dengan rumah Herji, juga mengaku resah. “Tadi malam dia membuka keran air di teras. Pagi-pagi kami keluar sudah mendapati jalan banjir. Kami tak berani menegurnya,” kata seorang ibu yang membuka salon kecantikan.
Herji sendiri seusai mandi dengan cara tak lazim di depan rumahnya, yakni dengan menggunakan air dalam baskom besar, segera ditarik masuk ke dalam mobil dinas sosial. Setelah setengah jam mengiringinya di dalam parit dan mandi, ia berhasil diamankan dinas sosial dan dibawa ke rumah sakit. (Nuris)
