in

Duduk Lelempoh di Teras Monas

antarafoto mengisi liburan di monas 140417 ab 1

Oleh: Mita Hairani

November 2017 lalu, saya dan 3 mahasiswa IAIN Pontianak lainnya beserta beberapa dosen Pendamping mendapat kesempatan untuk mengurus stan kami di ICE BSD City Tanggerang dalam kegiatan ICIS dan Expo, yakni pameran pendidikan Islam yang tahun ini diselenggarakan di Tanggerang.

Pada hari ke tiga, Aku, kak Sekar , dan kak Apjan mendapat kesempatan untuk jalan-jalan dengan Pak Sumarman ke Jakarta karena hari itu giliran Bang Burhan yang jaga stan. Saat itu aku menjelajah ke tempat- tempat yang tidak aku sangka. Kami pergi pagi hari naik kereta commuter dan harus berdiri karena tempat duduk sudah penuh. Ketika tiba di stasiun kami dinaikkan bajaj oleh Pak Sumarman seperti rencana yang telah kami setujui sebelumnya, sedangkan beliau harus menghadiri suatu acara di tempat yang berbeda. Kami berjanji akan bertemu lagi di tempat yang sama ba’da Zuhur.

Kami singgah ke pasar Tanah Abang dan berkeliling agak lama kemudian lanjut ke kota tua dan pasar pagi untuk membeli souvenir . Tak terasa waktu Zuhur telah tiba. Akhirnya pak Sumarman sendirilah yang menghampiri kami ke pasar pagi. Setelah salat dan istirahat sebentar, Pak Sumarman bertanya.

” Mau kemana lagi kita”.

“Monas, Pak,” sambung Kak Apjan cepat.

” Terserah bapaklah Pak, kalau Bapak leteh, kite balek yak,” Sambungku.

Pak Sumarman terdiam kemudian mengajak kami ke stasiun. Dan ketika kami bertanya ke mana bapak membawa kami, beliau membalas, guess what?

Ternyata bapak akan membawa kami ke MONAS. Monumen terbesar dan paling dicari sebagai destinasi wisata di Jakarta. Orang bilang kalau belum singgah ke monas belum sampai ke Jakarta”. Suatu kebanggaan tersendiri bagiku dapat sampai ke tempat ini. Alhamdulillah.
Go car membawa kami hingga ke tempat parkir. Ternyata kami harus berjalan lagi melewati warung-warung sebelum akhirnya sampai ke Monas. Ternyata halaman Monas sangat besar dan luas. Dan untuk sampai di monumennya kami harus berjalan kali cukup lama. Ketika setengah perjalanan, kami melihat ada beberapa orang yang menaiki semacam mobil wisata untuk pergi ke monumennya. Karena kami belum tahu bagaimana cara agar mobilnya dapat mengangkut kami juga, jadi kami meneruskan berjalan kaki.

Sebelum masuk, kami harus mengantri tiket terlebih dahulu. Harga tiket untuk naik ke puncak Monas sedikit berbeda. Tapi karena penasaran kami memutuskan untuk naik karena rasa penasran yang tinggi.

Antrian cukup panjang sehingga aku memberanikan diri duduk di bangku kosong dekat petugas. Rasanya lelah sekali berdiri seharian. Seakan tak cukup di situ, ketika sudah masukpun kami harus mengantri sangat lama untuk dapat naik ke atas menggunakan lift. Itupun harus menaiki banyak anak tangga dulu. Antrian untuk naik tak kalah panjang dengan antrian saat membeli tiket. Bedanya mengantri di sini memakan waktu cukup lama.

Aku heran kenapa Pak Sumarman, kak Sekar, dan kak Apjan tak tampak lelah. Tapi aku benar benar merasa lelah. Aku lihat anak kecil duduk bersandar di samping dinding. Aku jadi merasa iri tapi malu untuk mengikuti langkahnya. Oleh karena itu, aku hanya berjongkong di tempat mengantriku. Tak lama kemudian kak Apjan juga mengikuti. Beberapa orang di barisan depan ternyata juga melakukan hal yang sama setelah melihat kami.

Karena merasa tak cukup, maka aku memberanikan diri keluar dari barisan untuk duduk telempoh di tepi dinding dekat dengan antrian. Sebenarnya aku malu karena selain hanya aku dan seorang anak kecil yang melakukannya orang yang sedang mengantri jadi musatkan perhatian ke arahku. Namun aku acuhkan saja karena aku sudah merasa nyaman seperti ini. Lama kelamaan aku mulai meluruskan kaki mengambil posisi nyaman. Angin bertiup sepoi-sepoi membuatku serasa di pantai. Beberapa menit kemudian orang yang mengantri di depan duduk di tangga teras menuju lift sambil selunjur kaki juga seperti yang aku lakukan. Intensitas orang yang jongkok pun bertambah, sedangkan yang lainnya masih setia berdiri. Untung saja kakak yang mengantri di belakangku bersedia menjagakan antrianku sehingga ketika antrian mulai bergeser aku dapat mengantri di posisi semula. (CM)

Written by teraju

WhatsApp Image 2018 01 19 at 08.25.58

3 Kg Sabu Dimusnahkan

Hikmah Kehilangan Sepasang Sandal Di Masjid Nabawi

Kehilangan