in

Kehebohan di Punggur Paska Banjir

banjir di punggur

Oleh: Saripaini

“Long! Beli pancing yok! Kite mancing! Banyak ikan Looong, ade ikan nila ape.” Ajak Isa antusias.

“Sejak kapan ade ikan nila, di paret ini?” tanyaku dengan sedikit cengir.

“Tak cayak!”

Tentu saja aku tak percaya dengan pernyataan Isa, sejak kecil mana pernah ada ikan nila di paret, selain ikan osong, rowan, seluang, keli’, lundu dan sepat. Setahuku hanya ada ikan itu, walau kutahu ikan nila adalah ikan air tawar dan bukan tak mungkin ada. Aku tak memproses pernyataan itu untuk dipikirkan lebih lanjut. Pembicaraan singkat itu berakhir sampai di situ saja tanpa ada pembahasan berikutnya.

Ternyata Isa benar dan aku sudah percaya, walau belum melihat secara langsung, karena itu sudah menjadi topik pembicaraan dari mulut-mulut ke mulut yang tersebar di kampungku. Bahkan malam harinya bapak juga mendapatkan ajakan dari temannya untuk pergi menjala bersama. Tapi bapak menolak, maklumlah bapak berangkat kerjanya subuh hari, jika waktu tidurnya tersita maka akan membahayakannya saat bekerja.

Kehadiran ikan-ikan ini sudah menghebohkan warga Punggur sejak beberapa hari yang lalu, kalau bahasa kerennya sudah viral. Banyak warga yang antusias mencari ikan baik secara berkelompok atau individu. Peristiwa ini mengingatkanku pada rencana anak karang taruna desa Punggur Kecil yang pernah mendiskusikan penebaran bibit ikan nila di paret, kata mereka itu adalah terobosan baru. Aku tak sengaja mendengar diskusi mereka saat baksos beberapa bulan yang lalu. Ternyata rencana mereka telah didahului alam.

“Ndak ke ikan paten wak Bacok banyak yang lepas.” Kata emak.

“Ooo ikan paten tu dari tambak Wak Bacok?” Kak Tik, nimbrung.

Itulah informasi yang kutanggakap dari pembicaraan emak dan kak Tik ketika tengah melakukan aktivitas yang berbeda di paret. Ya, ikan-ikan itu berasal dari tambak ikan yang lepas ketika banjir kemarin. Tentu musibah ini di luar prediksi si pemilik tambak yang salah satunya adalah Wak Bacok.

Sudah lama sekali tak pernah terjadi banjir seperti ini, seingatku memang sudah lama tarakhir ketika aku masih SD.

Ya, jelas! Tak salah lagi, aku ingat. Menyenangkan. Saat itu aku senang karena bisa main air dan yang paling kuingat adalah ketika ikan-ikan masuk ke rumah.

Tapi banjir kali ini sudah tak ada ikan hanya ada katak raong yang berisik ketika menyambut magrib hingga menjelang pagi. Aku tak pernah melihat bentuknya yang jelas itu kodok besar katanya sebesar piring, namanya katak raong. Mungkin nama itu diambil dari suaranya yang tak merdu bahkan nyaris horor.

Hujan kemarin menyisakan kesan yang mengembirakan, tentu saja semua orang tahu itu kerena hujan adalah rahmat. Setelah diguyur hujan selama berhari-hari kini telah kembali berseri dan kabar baiknya jika panas bertahan sedikit lebih lama, pohon-pohon buah akan kembali mengeluarkan bunga. “Nikmat mana lagi yang kau dustakan”.

Jumat, 26 Januari 2018

Written by teraju

IMG 20180127 072850 081

Budaya Madura dan Masterpiece Penulis

Article Image 5 Tips to Make Positive Thinking Easier

Positive Thinking Menatap Masalah