in

Ketika Disebut Kakak Terbaik

IMG 20180208 220245 865

Oleh: Novie Anggraeni

Menjadi seorang kakak sebenarnya bukan perkara yang mudah. Apalagi menjadi anak tertua di dalam sebuah keluarga, haruslah menjadi contoh dan panutan terbaik bagi adik-adiknya. Si Sulung tentu juga ingin membahagiakan adik-adik. Meskipun melalui hal yang sangat kecil.

Bagi saya, pasti kalian pernah memikirkan hal tersebut. Dan, saat ingin diwujudkan terasa amat sulit.

Ya, saya pernah merasakan hal tersebut. Suatu ketika, adik-adik saya, Jijah dan Meisya, memaksa saya untuk mengajaknya jalan-jalan. Tidak jauh dan menghabiskan banyak uang sih. Hanya berkunjung ke taman-taman yang ada di Pontianak saja.

Tibalah saatnya, janji yang sudah saya katakan harus saya laksanakan. Dengan sigap, mereka segera bersiap, mandi, mengganti baju dan memakai kerudung. Ya, mereka sudah siap sedia untuk dibawa jalan-jalan.

Namun, ada sebuah kendala yang mengharuskan kami batal untuk pergi. Cuaca yang sedari tadi mendung pun, akhirnya menumpahkan curah hujan yang cukup lebat. Semakin ditunggu, malah tidak berhenti hujannya. Meisya pun merajuk dan menangis karena tidak jadi berangkat. Untuk menenangkannya, saya pun kembali berjanji akan membawa mereka jalan-jalan besok.

“Benar ye Kak? Kite jalan ke taman besok ye?” ucapnya, sambil menahan sesegukan beberapa kali.

“Iye, bangon yak emang Suboh-suboh. Kite pegi jogging sekalian.”

Wajah Jijah dan Meisya pun kembali sumringah. Dengan senangnya mereka kembali bermain bersama teman-teman yang lain, melupakan kekecewaan tidak jadi jalan hari itu.

Malam pun tiba, saya sudah tertidur pulas, tidak sadar dengan kondisi sekitar. Selang beberapa jam kemudian, saya tidak tahu sudah jam berapa saat itu. Ada suara yang membangunkan saya. Saya pikir, mungkin hanya mimpi. Tetapi, rasanya ini mimpi yang aneh.
Lalu, ketika membuka mata, ternyata suara itu berasal dari Jijah dan Meisya yang sudah siap berganti baju. Memang mereka tidak mandi dulu, karena saya sudah memberitahukan kalau kita akan jogging. Seluruh anggota keluarga yang ada di rumah pun terbangun karena keributan yang kami bertiga timbulkan.
“Kau nak bawa adek-adek kau kemane Kak?” tanya Mama yang sudah duduk santai di kursi ruang tamu.

“Mutar-mutar taman yang ade di Pontianak yak Ma. Kalau ndak pun ke Gor.”

Rasanya, memang banyak pilihan tempat untuk menyenangkan mereka. Tibalah saatnya kami berangkat. Ya, hari ini hari Minggu, pasti ada car free day. Dimana, satu jalur jalan raya tanpa kendaraan bermotor atau mobil yang bebas berlalu lalang.

Tujuan pertama kami adalah ke Taman Polnep. Taman yang indah dengan banyak ornamen di dalamnya. Salah satunya ada satu set catur raksasa yang dapat kita gerakan sesukanya. Saya pun mengabadikan momen itu dengan mengambil beberapa gambar mereka.

Namun, tiba-tiba perhatian kami teralihkan dengan adanya anggota komunitas pecinta binatang. Lengkap dengan berbagai macam hewan yang mereka bawa tanpa rasa takut. Ada Kadal, Ular, Musang dan burung Hantu. Mereka adalah BUMALOP (Budak Animal Lovers Pontianak). Mereka ada di taman Polnep ini dalam rangka memperingati Hari Primata Indonesia 2018.

Jijah dan Meisya begitu ketakutan ketika melihat Kadal dan Ular Piton yang besar, sangat leluasa di pegang dan dililitkan ke tubuh mereka.

Namun, mata Meisya tertuju pada seekor burung Hantu yang sangat cantik dan amat jinak. “Kak, mau foto dengan burung Hantu” ucapnya, saat melihat beberapa orang dewasa dan anak kecil foto bersama burung Hantu itu.
Dengan berani, Meisya pun mencoba menyentuh burung Hantu itu. “Lembut Kak bulunye!” serunya.

Lalu, dengan bimbingan dari salah satu anggota komunitas BUMALOP, burung Hantu itu pun langsung dipindahkan ke tangan Meisya yang sudah memakai alat pengaman. Dia sangat antusias, sedangkan Jijah masih ketakutan dan memilih untuk menghindar.

Setelah kami dapat berselfie dengan aneka hewan dari BUMALOP yang ada di Taman Polnep. Meisya dan Jijah pun mulai bertanya-tanya lagi. “Mau kemane agik kite Kak?” Begitula pertanyaan yang mereka lontarkan.

“Baleklah, nak kemane agik.” jawab saya. Padahal saya hanya iseng menjawabnya. Saya juga sudah tahu, pasti mereka akan memiliki berbagai macam alasan dan rayuan agar kami tidak pulang dulu.
“Kate gak Kakak, kite ke Gor lok dulu!?” Entah pertanyaan, alasan atau rayuan yang mereka utarakan. Tapi, ya anggap saja itu sebagai sebuah janji yang lagi-lagi harus saya tepati.

“Ayoklah Kak, ke Gor yok!”

“Iye-iye.”

Mereka pun begitu kegirangan mendengar jawaban saya yang mengiyakan ajakan mereka. “Inilah baru Kakak yang terbaek.” ucap Meisya.

Ya, entah benar atau tidak yang mereka katakan. Setidaknya, mereka sudah bisa mengapresiasi usaha saya.

Written by teraju

WhatsApp Image 2018 02 07 at 20.03.20

Jungkar Rumah Kami

IMG 20180208 221517 569

Campur Sari