in

Menyerah Hormat

salam

Oleh: Ustadz Rendy Saputra

Bagi yang kenal saya, dekat, pernah berinteraksi lama, mungkin ngerti banget kalo kelemahan diri saya ini susah menunjukkan respect pada orang lain. Saya sebenarnya respect, tapi temen deket selalu bilang gesture saya “dingin”.

Bisa jadi karena memang bawaan kali ya, kalo belum kenal, belum tahu, belum berinteraksi lama, nampak EGO jahat diri saya ini susah menyerah.

Itu juga ego yang saya bawa saat pertama berinteraksi dengan Ustadz Luqman. Biasa aja. Gak terkenal. Gak tahu apa yang beliau lakukan. Gak tau beliau siapa. Penampilan kadang hanya pakai kaos dan topi. Bicara akrab cukup banyak, tapi di awal-awal rasanya gak ada yang istimewa.

Namun itulah Allah yang Maha Baik, lama kelamaan Saya berinteraksi, akhirnya ego saya menyerah juga. Batin saya akhirnya takluk juga. Rontok semuanya.

Sekali orang baik, mungkin mood doank.
Dua tiga kali orang baik, mungkin pas lagi ada maunya.
Tetapi ketika baik terus, hingga disaat kita jatuh pun tetap baik, nampak ya baik beneran.

Jika hormat dan takzim kepada orang tua, mungkin terpaksa.
Jika hormat dan mencoba menyenangkan yang kaya saja, bisa jadi memang ada kepentingan.

Tetapi jika baik dan hormat sama semua orang, semua orang merasa penting didekatnya, berarti memang baik beneran.

Berinteraksi dengan Kiyai Luqman bukan sedetik dua detik. Alhamdulillah Allah azza wa jalla sempatkan safar bersama, perjalanan panjang, berinteraksi, dalam waktu yang cukup intens.

Seperti beberapa malam yang lalu, Saya sendiri yang jemput ke Bandara, bawakan tas, temani shalat jamak maghrib isya, temani makan malam, hingga ceramah panel bersama, lanjut makan tengah malam berempat dengan UAS dan tim Sahabat UAS.

Keluar dari President Suite kamar UAS sudah pukul 1 pagi waktu Balikpapan. Saya mengantar Kiyai ke lantai kamarnya, ternyata selang beberapa menit, teman PASKAS WA, bahwa kiyai lanjut brieifieng PASKAS Balikpapan.

Waktu subuh saya kembali bersama Kiyai. Pukul 4.30, kami telponan room to room pukul 4. Kiyai sudah bangun. Sudah mandi. Sudah segar. Saya tanya rupanya acara malam sampai jam 2 pagi. Berarti tidur sekitar 90 menit saja sehari.

Lanjut subuh berjamaah bersama UAS, menyimak kajian private dengan UAS, peresmian Masjid, dan sorenya ke Samarinda.

Hufft… saya pun gak sanggup ngikutin jadwal kiyai.

*

Ada energi ketulusan yang saya rasakan. Memang kalo gak kenal jadi nyepelein, karena Kiyai gak pernah membrand dirinya berlebihan.

Jadi banyak yang gak tau jika beliau lulusan Gontor, Master di Kuala Lumpur, fasih Bahasa Inggris, Arab. Gak ada yang tahu.

Gak ada yang tahu jika beliau bangun gerakan infaq beras, wasilah kesabaran beliau merawat para santri akhirnya berbuah gerakan yang sebulannya sudah 610 ton beras terkumpulkan. Gak ada yang tahu.

Materi ceramahnya sederhana. Bagi yang bersyahwat batinnya berkata “gak ada isinya”. Tapi bagi yang jernih, pastilah merasakan kedalaman makna.

Jika datang ke Pondok membagi beras dipakainya masker, dipakailah kaos, lalu pakai topi. Hingga pemimpin pondok bertanya,

“kiyai Luqman yang gerakkan infaq beras ini ikut datang gak?” Benar-benar gak dikenali. Sembunyi.

Berasnya bergerak 610 ton bulan kemarin, ke 3000 pondok lebih, beliau sebagai Founder pun tak dikenal oleh pondok-pondok.

Gerakan yang dibangun dengan ketulusan kebersamaan. Kesediaan beliau membuka pembicaraan dengan anak-anak muda. Kesediaan beliau selalu membangun nasehat tanpa diminta. Kesediaan beliau berlama-lama dengan anak-anak muda sholih.

Saya sudah sempat pengen meniru untuk ramah dan terbuka seperti kiyai. Gak bisa. Mentok. Saya jika dalam forum informal banyak diamnya. Gam seramah dan sehumble kiyai. Kalah jauh.

Beliau berkenan berlama-lama bincang di meja makan. Beliau kuat sekali membesarkan hati orang lain. Beliau tulis sekali menyemangati yang sedang patah, Membesarkan hati yang sedang jatuh.

Bagi yang sudah sering berinteraksi dengan beliau pastilah rindu ketemu lagi. Karena didekatnya terasa nyaman. Rasanya dunia ini enteng, akhirat yang berat. Rasanya tetiba gak mau pisah. Pengennya di ruang tamu kiyai terus.

Maka wajar muncul haibah. Netizen kepo coba mengkonfirmasi rolex yang dipakai Kiyai asli apa palsu. Ketika asli pun langsung sangkaan kepada tarif ceramah atau gaya komersil dakwah lainnya. Padahal kiyai sama sekali gak bertarif. Gimana lah Paskas-paskas yang terdiri anak muda pra sejahtera bisa bayar. Santri-santri yang dirawat banyak orang bermasalah, gimana lah mau bayar.

Yang ada hanya haibah. Hubb. Cinta. Wajar jika entah siapa yang tetiba ngasih Rolex, ngasih dunia, ya jadi wajar. Wajar jika ada yang ngasih mobil, ngasihnya ke pribadi, tapi di serahkan ke Masjid, jadi atas nama Yayasan BPKB nya.

Itulah cinta dari Allah, Karena bagi hati yang mencintai manusia, maka Allah akan mencintainya, dan membuat manusia lain mencintainya.

Ego saya makin menyerah ketika Saya laporkan bahwa ada yang menjelek-jelekannya. Sistemik. Massive. Bukti fitnah sudah kuat.

Beliau cuma senyum, minta buka surah 24 ayat 11. Lalu minta saya berhenti jengkel, lalu minta saya menatap masa depan. Sama sekali gak marah. Sama sekali gak dendam. Sama sekali gak terganggu. Padahal ghibahnya sistemik. Malah bicara hal lain, minta saya konsentrasi ke depan. Minta saya maafkan dan lupakan. Kaget saya.

Makin kesini saya makin menyerah. Semoga Allah jaga kiyai kita semua. Manusia biasa, pasti ada kekurangan, namun kelebihannya bersinar di hati Saya.

Bagi saya memperkenalkan guru ada maslahatnya. Jika sahabat sedang mencari guru, sedang gelisah dalam pencarian mursyid, sedang mencari ulama yang ingin dijadikan tempat meminta nasehat, datanglah ke Pontianak.

Datanglah ke Masjid Munzalan Mubarakan. InsyaAllah kiyai welcome. Jika masalahmu suami istri, datanglah berdua. Jika masalahmu pelik, datang lah sendiri, kalo ikhwan bisa 4 mata.

Datanglah walau cuma ongkos tiket sekali terbang dengan pesawat. Tinggal saja di masjid. Di masjid Munzalan banyak makanan. Tidur saja disitu. Ndak papa. Tunggu saja kiyai sampai ada waktu. Temui saja.

Jika gak kuat pakai pesawat, pakailah kapal. Sekali jalan. Ekonomi saja. Tinggal lah di geladak. Gak papa. Pegang kata-kata saya. Bertekadlah ketemu ulama. Wali Allah. Temui saja. Cobain.

Jika dirimu gak kuat bicarakan masalahmu. Temui saja kiyai. Walau engkau hanya menangis. Nanti kiyai mengerti sendiri apa yang kamu hadapi.

Jika kamu malu sampaikan masalahmu. Datangs aja ke ruang tamu kiyai. Balai saji. Makanlah bersama beliau, nanti beliau akan sampaikan apa yang engkau butuhkan.

Jika hatimu jernih merindu cahaya, insyaAllah bertemu. Jika hati penuh sangka dan datang hanya untuk mengacau, aspal yang kau lalui akan tenggelam ke bumi. Saya pernah ngalamin. Beneran. Jika hati gak layak, sulit landing di Pontianak.

Mendekat saja. Mulailah ngaji di Munzalan TV Youtube. Subuh Menggapai Keberkahan. Mulailah follow Luqmanulhakim, semoga ada kebaikan. Mulai likes Luqmanulhakim Pontianak.

Tapi kalo ego belum menyerah sekarang, gak papa, saya juga dulu gitu.

URS – nyerah

Written by teraju.id

paret ilang

Paret ilang kotepun tenggelam, paret ilang peradabanpon ikot ilang…

Foto Jemaah Idul Fitri di Plaza Mesjid Raya Mujahidin era 1990 an

Wakaf Mujahidin yang Diresmikan Pak Harto