in

Sekek, Pelit, dan Masin

images45

Oleh: Farninda Aditya

Si kecil Nayla masuk ruangan, sambil membawa berbagai kue dan satu botol minuman kemasan.

“Bagilah”, saya menggurauinya.

Namun, si kecil Nayla tidak merespon.

“Lagi datang Sekeknya”, kata Ibu Nayla.

Mendengar kata sekek, saya bertanya ulang “Sekek?”

“Iya, sekek”.

Saya tak bertanya apakah Ibu mengetahui kata tersebut dari lingkungan barunya, sebab di Pontianak saya belum pernah mendengar kata tersebut. Paling, Masin dan Pelit. Malah, kalau saya yang menggunakannya, ada yang heran.

“Di sana, sekek juga?” Saya bertanya dengan Ibu, sebab baru dua bulan ini beliau dan Nayla serta satu anaknya pindah dari Makasar ke Pontianak.

“Iya, sekek. Bahasa Bugis”, jelasnya.

Saya pun jadi mengerti, kenapa di kampung Tanjung, Mempawah sana, Sekek digunakan. Asal muasal kampung, memang dibuka oleh orang Bugis yang berasal dari Luwu. Padahal, selama ini saya tak pernah tahu jika di kampung masih menggunakan bahasa Bugis. Jika mendengar, orang Bugis di Kakap, Segedong, dan Wajok berbicara menggunakan bahasa Bugis, tak ada yang saya mengerti. Sebab, bahasa tersebut tak digunakan di tempat saya tinggal. Jika selama ini saya merasa, bahasa Melayu adalah bahasa utama digunakan di kampung ternyata secara tidak sadar bahasa tersebut berbaur.

Written by teraju

WhatsApp Image 2018 03 21 at 18.35.14

Kegiatan Posyandu Harapan Bunda 2

WhatsApp Image 2018 03 22 at 10.07.36

Pak Ngah