in ,

Merevitalisasi Peran Komite Sekolah untuk Meningkatkan “Mutu Pendidikan”

WhatsApp Image 2018 10 19 at 08.07.10
Dr Aria Djalil (kedua dari kiri) saat berkunjung ke Unimas, Sarawak, Malaysia.

Ditengarai oleh Dr Aria Djalil * )

Pengantar

Kita semua mengharapkan terwujudnya pendidikan yang bermutu yang adil dan merata untuk semua peserta didik hingga di pelosok NKRI. Tidak hanya sekedar mengharapkan, tetapi juga berkewajiban untuk mewujudkannya. Dua kata: “pendidikan bermutu”, namun dapat melahirkan banyak definisi dan penjelasan, serta penafsiran. Tulisan singkat ini mencoba mengungkapkan salah satunya. Mudah-mudahan dapat kita jadikan sebagai bahan kontemplasi. Pada gilirannya akan menjadi pemicu untuk kita beraksi. Terlalu banyak sudah seminar dan sejenisnya yang berakhir dengan “No Action Talk Only” (NATO). Komite Sekolah dan kita, setidaknya-tidaknya yang hadir saat ini, mudah-mudahan tidak tergolong kaum yang termasuk NATO.

Tulisan ini tidak membahas perihal “era degitalisasi”, tetapi mengajak peserta melihat wilayah masalah, dimana perangkat degitalisasi itu efektif untuk memecahkannya.

A. Lima Kriteria Sekolah Bermutu

Meningkatkan mutu pendidikan memerlukan strategi, rencana kerja dan imlementasi yang tidak sederhana. Pendidikan bermutu hanya dapat diwujudkan oleh sekolah yang bermutu. Sekolah bermutu hanya terwujud jika semua pemangku pendidikan bersatu dan bersinergi.

Menurut Brian Caldwell dan George Spink (1988), sekolah yang bermutu adalah jika masyarakat di sekolah itu (Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, Komite Sekolah, siswa dan orang tua siswa) sepakat dan bertekad untuk mewujudkannya. Bukti-bukti sekolah yang bermutu terutama adalah jika:

1.  Tingkat kehadiran tinggi;
2. Drop-out rendah;
3. Hasil tes dan ujian tinggi;
4. Angka melanjutkan tinggi; dan
5. Etos kerja dan daya serap lapangan kerja tinggi.

B. Pemicu Sekolah Bermutu

Adalah Hattie (2003), salah satu pakar yang mencoba mengungkapkan faktor-faktor yang menentukan kinerja akademik dan non akademik siswa. Menurutnya ada tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap tinggi rendahnya mutu sekolah:

1. Latar belakang siswa dan dukungan orang tua, berkontribusi = 50%
2. Pembelajaran di sekolah/kelas, berkontribusi = 30%
3. Lingkungan sekolah dan teman sepermainan, berkontribusi = 20%

Apa yang terjadi di rumah dan seberapa besar dan relevan keterlibatan orang tua, merupakan faktor penentu yang paling dominan terhadap kinerja akademik dan non-akademik putra(i)nya di sekolah. Bahkan merupakan penentu masa depan mereka.

“Orang tua adalah orang pertama dalam kehidupan anak. Orangtua adalah guru pertama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja anak. Apa yang orang tua lakukan untuk membantu anak-anaknya belajar dengan sukses bahkan jauh lebih penting daripada seluruh harta yang dimiliki keluarga itu” (W.J. Bennet, 1986).

Keterkaitan antara tiga faktor tersebut dapat diilustraskan seperti ini.

Untitled-1
C. Ragi Untuk Mengembangkan Sekolah Yang Bermutu

Tapai yang manis dan renyah memerlukan ragi yang bagus dengan takaran yang pas. Ragi yang diperlukan untuk mengembangkan sekolah yang bermutu adalah ragi yang efektif untuk:
1. Menumbuh-kembangkan 5 BPs: (a) Be Punctual – tepat waktu; (b) Be Prepared – siap siaga; (c) Be Patient – sabar; (d) Be Polite – santun; dan (e) Be Positive – bersikap positif.
2. Mengembangkan lingkungan sekolah yang “TERBINA” (Tertib – Bersih Indah – Nyaman – Aman), terhindar dari narkoba, kekerasan/bullying, dan vandalisme.
3. Mengadopsi contoh terpuji dari Singapura (menghindarkan bahaya kebakaran, berlaku tertib di jalan raya; tidak memasuki pekarangan/tanah orang lain tanpa izin); dan
4. Menumbuh-kembangkan life skills. Misalnya memasak, berkebun/berternak, memberikan pertolongan pertama

D. Bagaimana Mewujudkan Sekolah yang Bermutu
Mulai dari mana dan bilamana? Kita, termasuk Komite Sekolah (Komsek) mulai hari ini tidak hanya memusatkan aksinya pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan sekolah. Tugas kita adalah bagaimana agar hubungan fungsional “Tiga Faktor” yang diungkapkan oleh Hattie itu serasi, dinamis, efektif dan efisien.

Ruang gerak kita untuk bermanuver tidak hanya terfokus pada sekolah dan ruang kelas. Saatnya kita, termasuk Komsek, bersama OTS (Orang Tua Siswa) saling bersinergi untuk mewujudkan sekolah yang bermutu.

Mari kita bersama-sama membayangkan ….. : “Suatu hari: Camat, Kades/Lurah, Ka RT/RW, dan kepala sekolah mengajak para OTS untuk bersama-sama berkumpul di balai/aula desa atau aula kecamatan. Aula yang sebelumnya mungkin jarang dipakai, kini setiap bulan secara teratur menjadi wadah untuk bertemu bagi pemangku kepentingan. Mereka berurun rembug. Kadang mengundang ahli sesuai dengan maksud pertemuan. Semuanya saling mengingatkkan apa yang diungkapkan oleh Caldwell & Spink, Hattie, dan Bennet. Semuanya bersepakat untuk mewujudkan mimpi ADIDAS (All Day I Dream About School). Semuanya bersepakat untuk bersegera beraksi mewujudkan mimpi itu dalam wujud nyata yaitu sekolah yang bermutu………….”.

Poteng, 5 Oktober 2018 .

* Penulis adalah mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedubes Indonesia-Canberra Australia, kini aktif mengajar di IKIP Pontianak dan SETC Singkawang.

Kepustakaan

Bennett, W.J. What works: Research about teaching and learning. US Dept
of Education, 1986.
Caldwell, B.& Spink, J.M. The self management. London: Taylor & Francis
Ltd. Basingstoke, 1988.
Hattie, J. Teachers make a difference: What is the research evidence, 2003.

Written by teraju

IMG 20181019 044523 420

Sosialisasi Penanganan Konflik Sosial Masyarakat Kabupaten Kubu Raya

WhatsApp Image 2018 10 19 at 09.29.51

Intan Hitam Perbatasan-1