in ,

“Semakin Tua Semakin Jadi” — Inspirasi dari Sang Penyulam Rasa

75

Oleh: Dwi Syafriyanti, SH, MH

Tak perlu alasan apapun untuk berhenti berkarya, tak juga untuk kata “tua” karena menjadi tua atau “menua” bukanlah tanda berhenti atas setiap langkah positif. Yang terjadi justru malah sebaliknya, bahkan ada yang bilang “semakin tua semakin menjadi”, makna sederhananya meski tua justru semakin aktif, semakin kreatif.

Yang tua yang berkarya, agaknya jadi kalimat yang pas untuk disematkan pada sosok perempuan ayu nan bersahaja yang telah berusia 58 tahun ini. Mungkin memang belumlah terlalu tua bila dibandingkan dengan orang-orang yang sudah berusia 80 tahun bahkan 90 tahun, namun sambil terkekeh ia katakan “2 tahun lagi saya akan menjadi manula”, akronim dari Manusia Usia Lanjut.

Berbalut baju Kurung Hijau Tua dengan paduan kain corak insang berwarna Merah Marun sebagai bawahannya, membuat tampilan ibu bernama lengkap Yuniknawati ini terlihat apik dan rapi. Kerudung berwarna senada dengan kain corak insang yang dikenakannya pun melengkapi penampilannya di malam pembukaan Festival Kuliner dan Pontianak Ekonomi Kreatif Expo, yang digelar pemerintah Kota Pontianak dalam rangka hari jadi kota Pontianak yang ke-247.

Ibu Yayuk Sulam yang menjadi bagian dalam gelaran expo yang akan berlangsung selama 5 hari tersebut, ia memamerkan serta menjual karya-karyanya di stand bernama My Malefy Handmade Craf. Ada lebih dari 20 puluhan clutch, atau dompet wanita yang biasa dipergunakan untuk menghadiri pesta yang tertata rapi di bagian kiri stand, ada yang terbuat dari kulit kayu maupun kain biasa tapi hampir semua nampak indah karena terdapat hiasan bunga-bunga terbuat dari pita dan renda yang cantik hasil kreasi tangan terampil ibu Yayuk Sulam.

Sementara di bagian paling depan stand, pengunjung akan dihadirkan kerajinan berukuran kecil seperti anting manik-manik, gantungan kunci berbentuk boneka-boneka lucu, semua tampak menarik berbungkus plastik bening.
Sementara di tengah-tengah stand terdapat sebuah figura berwarna emas dengan ukuran cukup besar, menurut pengamatan saya, setidaknya figura tersebut berukuran Panjang 2 meter dan lebar 1 meter. Semula saya pikir ini adalah sebuah lukisan, karena tampak artistik. Di tengah penasaran saya, yang masih terpaku di figura besar itu pemilik stand Ibu Yayuk Sulam menghampiri saya, sambil berbisik dia mengatakan bahwa “ini sudah dibeli Aston”.

“Waaah….hotel Aston ya bu?”

“Laku berapa bu?” sambung saya…

“Pokoknya harganya pantas,” jawabnya.

Di tengah stand yang tak terlalu ramai pengunjung semalam, 19/10/18 perbincangan saya sebagai pengunjung dan Bu Yayuk selaku pemilik stand tak terlalu terganggu, cerita darinya mengalir deras. Saya baru tahu bahwa itu bukanlah lukisan, namun sulaman, hasil sulaman tangan bu Yayuk yang benangnya ia beli dari Rusia. Kepiawaian Bu Yayuk dalam seni menggambar dengan benang di kain bernama sulam inilah yang menyebabkannya lebih dikenal dengan nama Yayuk Sulam.

18

“Saya neh ngetopnya dipanggil Yayuk Sulam,” tambahnya menegaskan.
Menurutnya sudah ada beberapa orang yang berminat membeli hasil sulaman berjudul 8 Dewa tersebut, hanya saja ia baru benar-benar bertemu pembeli yang pas semalam, pembeli yang pas itu adalah orang yang datang bertanya dengannya penuh santun tak ada kesan sombong. “Saya ini pekerja seni,” selorohnya. Menurutnya menjual karya itu bukan soal mendapat keuntungan saja, yang terpenting dari itu adalah penghormatan serta penghargaan calon pembeli pada sang pembuatnya yang tergambar dalam komunikasi dengan sang penyulam itu sendiri, yaitu ibu Yayuk Sulam. Bahkan hasil penjualan Sulaman 8 Dewa yang dibuatnya dalam waktu 2 tahun 12 hari tersebut akan didonasikannya bagi korban gempa dan tsunami Palu.

Di stand pameran miliknya yang tampak lebih luas dari ukuran stand-stand lain ini juga memajang hasil sulamannya yang lain berukuran lebih kecil. Namun semua tak kalah indahnya dengan 8 Dewa, semua tampak rapi dan cantik.

Menurutnya, ia tak pernah mau menerima pesanan atas karya sulamnya, ia ingin berkarya secara alamiah, mengalir saja, ia tidak suka deadline yang kerap diterapkan sang pemesan. Selain itu ia akan menyulam hal-hal yang ia sukai saja.

Hal ini memang tampak jelas atas semua karya yang dipamerkannya, ia suka kucing maka ia menyulam beberapa ekor kucing dengan warna-warna indah. Demikian pun dengan bunga-bunga di vas yang saya perhatikan, tak perlu bertanya lagi saya yakin ini karena Bu Yayuk Sulam juga suka pada bunga.

Sehingga tidak mengherankan jika semua sulaman karyanya yang indah itu seolah bercerita, menggambarkan ketenangan dan kenyamanan sang pembuatnya, karya yang lahir dari hati, Bu Yayuk berhasil menghantarkan energi positif pada semua karya sulamnya.

Karya sulamnya yang tak kalah menarik lainnya adalah duplikasi atas foto istana Kadariah Pontianak yang diambil sang fotografer dengan teknik fotografi refleksi. Sisa air hujan yang mengenang di halaman depan istana berhasil menghadirkan gambar indah yang artistik. Pengalaman menyulam dari sejak 42 tahun silam membuat Bu Yayuk tak menemukan kesulitan mengaplikasikan foto tersebut dalam karya sulamnya selama 4 bulan terakhir.

Di ujung perbincangan saya dan Bu Yayuk di stand penuh inspirasi miliknya ini, Saya memperkenalkan diri dan bertukar nomor handphone sambil mengatakan kepadanya bahwa saya dan kawan-kawan punya stand yang sama di arena pemeran, “Itu bu, stand literasi,” ujar saya sambil menunjuk stand literasi yang tak terlalu jauh jaraknya dari stand milik bu Yayuk Sulam.

Wah..wah…keren sekali ibu ini neh, pikir saya sambil meninggalkan stand bu Yayuk menuju stand kami, stand literasi-stand milik pengiat literasi di Pontianak.

Sesampai di stand literasi kami dan pemilik stand lainnya disibukkan dengan menerima kunjungan Plt Walikota Pontianak yang berkeliling selepas acara pembukaan pameran.

Tak lama selepas Bapak Plt Walikota Pontianak dan rombongan meninggalkan arena pameran beberapa teman berteriak memanggil saya, mengatakan bahwa ada seseorang datang hendak bertemu. Sesampai di muka stand literasi saya sedikit terkejut, ada Bu Yayuk Sulam di hadapan.

“Dwi, sulaman ibu istana Kadariah, dibeli pak Wali, laku 5 Juta Dwi..” matanya berbinar, Bu Yayuk hendak berbagi informasi gembira dengan Saya.

Wah..wah.., luar biasa sosok ibu empat anak ini pikir saya, sumber inspirasi., sehat terus yah bu, agar bisa terus berkarya, makin tua makin jadi neh si Ibu pikir saya., bisa malu-maluin saya dan siapapun anak muda yang malas neh heheee….* (Penulis adalah advokat dan pembina Kampoeng English Poernama, Koordinator Bidang Hosting Binabud Chapter Pontianak).

Written by teraju

IMG 20181021 060015 007

Seni dan Kuliner Tradisional di Bimtek Kuliner LIPI

76

Kampoeng English Poernama – Binabud Chapter Pontianak Pamerkan Buku Translasi