in

Waspada Penyakit Epilepsi yang Kronis dan Mematikan!

epilepsy

oleh: Diana Wati

Apakah anda pernah mendengar mengenai penyakit Epilepsi sebelumya? Beberapa kasus mengenai epilespi terjadi akhir-akkhir ini. Melansir dari Dailymail pada Kamis (19/12/2018), gadis bernama Teagan Appleby asal Inggris ini mengalami kejang sebanyak 300 kali dalam sehari. Menurut keterangan, ia dilahirkan dengan kelainan kromsom langka, atau sindrom isodicentric kromsom 15. Atau kasus di Indonesia Jakarta, kompas.com – Seorang pria bernama Wanda ditemukan tewas di aliran Kali Mati di kawasan Koja, Jakarta Utara, Kamis (27/12/2018) siang. Kanit Reskrim Polsek Koja AKP Andry Suharto mengatakan, Wanda mengalami epilepsi yang membuatnya jatuh ke aliran kali tersebut dan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Apa yang dimaksud dengan Epilepsi?
Epilepsi adalah salah satu penyakit kronis yang tidak menular di otak yang menyerang lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia . Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan. HaI ini ditandai dengan kejang berulang, yang merupakan peristiwa singkat dari gerakan tak sadar yang mungkin melibatkan bagian tubuh (sebagian) atau seluruh tubuh (digeneralisasi) dan kadang-kadang disertai dengan hilangnya kesadaran dan kontrol fungsi usus atau kandung kemih.

Peristiwa kejang diakibatkan dari pelepasan listrik yang berlebihan pada sekelompok sel otak. Bagian otak yang berbeda dapat menjadi tempat pembuangan tersebut. Kejang dapat bervariasi bisa berlangsung singkat dan bisa berlangsung lama. Kejang juga dapat bervariasi dalam frekuensinya, dari kurang dari 1 per tahun hingga beberapa per hari.
Kenali gejala dan tanda dari Epilepsi
Sebelum epilepsi berujung kronis, ada baiknya kita tetap berjaga-jaga dan mengetahui tentang gejala-gejala maupun tanda dari Epilepsi. Karena epilepsy ini berhubungan dengan otak, maka kadang sulit ditebak karena kejang yang ditimbulkan bergantung dari asal gangguan yang ada pada otak. Biasanya awalnya gejala yang terjadi seperti kehilangan kesadaran, adanya gangguan gerakan
Karakteristik kejang bervariasi dan tergantung pada di mana di otak gangguan pertama kali dimulai, dan seberapa jauh ia menyebar. Gejala sementara terjadi, seperti kehilangan kesadaran atau kesadaran, dan gangguan gerakan, adanya sensasi pada mata, telinga atau rasa, suasanan hati juga tidak baik, atau fungsi kognitif lainnya.
Perlu kewaspadaan pada saat kejang terjadi karena akan menimbulkan
masalah fisik (seperti patah tulang dan memar karena cedera yang terkait dengan kejang), serta tingkat kondisi psikologis yang lebih tinggi, termasuk kecemasan dan depresi. Akibat dari kejang ini bisa berujung pada kematian terutama banyak ditemukan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah berpotensi dicegah, seperti jatuh, tenggelam, terbakar, dan kejang yang berkepanjangan.

Angka Penyakit
Epilepsi yang tergolong penyakit kronis ini ternyata mampu menyumbang proporsi yang signifikan dari beban penyakit dunia, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia. Wah, bahkan Perkiraan proporsi populasi umum dengan epilepsi aktif (yaitu kejang berkelanjutan atau dengan kebutuhan pengobatan) pada waktu tertentu adalah antara 4 dan 10 per 1.000 orang. Bukan hanya itu yang paling miris adalah beberapa penelitian di negara berpenghasilan rendah dan menengah menunjukkan bahwa proporsinya lebih tinggi, antara 7 dan 15 per 1.000 orang.

Secara global, sekitar 2,4 juta orang didiagnosis menderita epilepsi setiap tahun. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, kasus-kasus baru tahunan adalah antara 30 dan 50 per 100.000 orang pada populasi umum. Di negara berpenghasilan rendah dan menengah, angka ini bisa dua kali lebih tinggi. Banyak hal yang menjadi sebab dari beberapa kasus ini seperti kemungkinan karena peningkatan risiko kondisi endemik seperti malaria atau neurocysticercosis; insiden kecelakaan lalu lintas jalan yang lebih tinggi; cedera terkait kelahiran; ketersediaan program kesehatan preventif, dan perawatan yang dapat diakses. Hampir 80% penderita epilepsi tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Wah, Indonesia perlu waspada untuk ini.

Apakah yang menjadi Penyebab Penyakit Epilepsi?
Sebeumnya perlu diketahui bahwa epilepsy in tidak menular, oleh karenanya tidak perlu takut pada penderita epilepsy. Ada jenis epilepsy yang paling umum, yang menyerang 6 dari 10 orang penderita penyakit ini, disebut epilepsi idiopatik dan tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi. Wah, untuk jenis yang satu in perlu waspada karena belum dapat diindentifikasi penyebabnya. Namun ada lagi jenis epilepsy yang dapat diidentifikasi penyebabnya yaitu epilepsi sekunder, atau epilepsi simptomatik.
Berikut beberapa Penyebab epilepsi sekunder (atau gejala) meliputi:
1. kerusakan otak akibat prenatal atau perinatal (misalnya hilangnya oksigen atau trauma saat lahir, berat badan lahir rendah);
2. kelainan bawaan atau kondisi genetik dengan malformasi otak terkait;
3. cedera kepala yang parah;
4. stroke yang membatasi jumlah oksigen ke otak;
5. infeksi otak seperti meningitis, ensefalitis, neurocysticercosis,
6. sindrom genetik tertentu; dan
7. tumor otak.
Setelah mengatahui jenis dan penyebabnya maka perlu mengetahui mengenai pengobatan dari epilepsy.
Pengobatan
Oleh karena epilepsy ini ditandai dengan kejang maka focus dari pengobatan adalah untuk mengendalikan kejang, dan Kejang bisa dikendalikan. Hingga 70% orang yang hidup dengan epilepsi bisa menjadi bebas kejang dengan penggunaan obat anti-kejang yang tepat. Selain itu, setelah 2-5 tahun pengobatan yang berhasil dan bebas kejang, obat dapat ditarik pada sekitar 70% anak-anak dan 60% orang dewasa tanpa kambuh berikutnya.
Namun jangan pernah melupakan dokter untuk masalah seperti ini
– Untuk mencapai kontrol kejang terbaik dengan obat-obatan, ikuti langkah-langkah ini:
– Minum obat persis seperti yang ditentukann oleh dokter
– Selalu hubungi dokter Anda sebelum beralih ke versi generik dari obat Anda atau minum obat resep lain, obat bebas atau obat herbal.
– Jangan pernah berhenti minum obat tanpa bicara dengan dokter. Jika terjadi perasaan aneh seperti depresi yang baru atau depresi yang cukup parah seperti ingin membunuh diri maka segera hubungi dokter .Beri tahu dokter apapun yang dirasakan agar dokter dapat segera manangani sebelum epilepsy berakibat fatal.

Pencegahan
Ingatlah pepatah yang mengataka bahwa mencegah lebih baik dari pada mengobati, maka berikut ini beberapa yang perlu dipehatikan untuk mencegah epilepsy ini. Ada dua jenis dari epilepsy dilihat dari pencegahannya yaitu ada jenis epilepsy yang tidak dapat dicegah yang disebut Epilepsi idiopatik. Sedangka pada jenis epilepsy sekunder yang telah diketahui penyebabnya maka akan lebih mudah dalam pencegahan. Beberapa pencegahannya adalah:
1. Mencegah cedera kepala adalah cara paling efektif untuk mencegah epilepsi pasca-trauma.
2. Perawatan perinatal dapat mengurangi kasus baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera saat lahir.
3. Penggunaan obat-obatan dan metode lain untuk menurunkan suhu tubuh anak yang demam dapat mengurangi kemungkinan kejang demam.
4. Cegah cedera otak traumatis dengan hal-hal berikut:
– gunakan pengaman kendaraan dengan disiplin.
– Berjalan dengan hati-hati untuk mencegah jatuh apalagi jika jatuhnya sangat keras.
5. Cegah kemungkinan yang mengarah ke stroke dan jantung dengan berolahraga dan menghindari merokok.
6. Cuci tangan dan siapkan makanan dengan aman
Infeksi yang disebut cysticercosis adalah penyebab paling umum dari epilepsi di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan dicegah melalui praktik kebersihan dan persiapan makanan yang baik.
Demikian penjelasan mengenai penyakit epilepsy mulai dari pengertiannya seperti apa, hingga pada pencegahan yang mana sangat penting untuk diperhatikan untuk menjaga diri dan keluarga dari penyakit yang cukup kronis ini. Walaupun kasus epilepsy di Indonesia tidak mencapai angka yang tinggi, namun kita tetap harus waspada dan berusaha agar diri dan keluarga, maupun saudara tidak terserang penyakit ini.
References
(1) Megiddo I, Colson A, Chisholm D, Dua T, Nandi A, Laxminarayan R. Health and economic benefits of public financing of epilepsy treatment in India: An agent-based simulation model. Epilepsia. 2016 Mar;57(3):464-74.

(2) https://megapolitan.kompas.com/read/2018/12/27/17401791/diduga-epilepsi-seorang-pria-ditemukan-tewas-di-kali-mati.pukul 09.50 PM tanggal 12/2/2019

(3) http://aceh.tribunnews.com/2018/12/23/gadis-ini-menderita-kejang-300-kali-sehari-nasibnya-berubah-lebih-baik-setelah-mengenal-ganja. Pukul 10.05 PM tanggal 12/2/2019

(4) https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/epilepsy ja 11.21 PM tanggal 12/2/2019 (WHO)

(5) https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/epilepsy/diagnosis-treatment/drc-20350098 pukul 11:32 PM tanggal 12/2/2019

(6) https://www.cdc.gov/dotw/epilepsy/ pukul 09.20 PM tanggal 12/2/2019 (CDC)

Written by teraju

WhatsApp Image 2019 03 24 at 21.31.42

Siti Khadijah Aliaswat Saleh Berpulang Kerahmatullah

WhatsApp Image 2019 03 25 at 07.30.16 1

Jalan Tengah Dalam Khittah Muhammadiyah