in ,

Ikan Sembelang

IMG 20171220 174712 038

Oleh: Ambaryani

Pagi ini, 19 Desember 2017 langkah kanan agaknya saya. Sudah sebulan lebih di Kubu belum pernah jumpa dengan nelayan langsung. Padahal yang sering saya dengar, di Kubu banyak ikan segar.

Selama ini saya hanya tahu pengumpul dan penjual ikan di pasar dan steher-steher ikan.

Sudah mencari-cari. Informasi dari kawan-kawan dan warga setempat sudah saya kantongi. Tapi, tetap belum jumpa.

Dan pagi ini, saat menuju kantor, tidak sengaja saya melihat ibu-ibu sedang memilih ikan di dalam box ikan dan masih di atas sampannya. Sebenarnya sudah agak kelewatan, agak jauh. Tapi, saya pikir kapan lagi. Langsung saja saya parkir motor di tepi jalan.

“Masih ikannya, Buk?”, saya tanya pada ibu-ibu berdaster yang sedang memilih ikan.

“Maseh…”.

Tak hanya ibu-ibu yang menjawab. Beberapa orang yang sedang ada disana otomatis menyahut pertanyaan saya.

Pucukdicinta, ulam tiba. Begitu rasanya pribahasa yang tepat.

“Saya mau Pak, berapa sekilo?”, pertanyaan saya beruntun.

“Tak banyak lagi dah, tinggal ikan sembelang jak, yang kecik-kecik. Yang besak dah diambek orang”, kata Bapak-bapak yang juga membeli ikan dan disiangnya langsung di tangga sungai.

“Tak apa, saya mau. Pilihkan jak Buk!”
Kata saya dari pinggiran jalan. Saya tak berani merapat. Air pasang agak tinggi tadi, boxnya masih di atas sampan. Salah perhitungan bisa nyebur, basah kuyup.

Dipilihkannya ikan sembelang, ada yang sebesar 3 jari, 4 jari. Ikannya mirip lele. Bahasa suami saya, lele laut.

Setelah ikan ditimbang, baru saya bingung. Kan saya harus kerja seharian. Ikannya harus saya simpan di mana? Di kantor tak ada kulkas. Mau putar balek pulang ke rumah Teluk Nangka, tak mungkin. Tak cukup waktu. Bisa-bisa kesiangan saya sampai di kantor.

“Buk, saya boleh titip ikannya? Nanti pupang kerja saya ambil”, kata saya.

“Boleh…titip sinik jak, Ibu belikan es batu jak di warong tu!”, kata Bapak-bapak yang masih belum selesai menyiang ikan yang dibelinya. Saya ikuti saran itu.
Sepulang kerja, saya mampir mengambilnya.

Sebenarnya kalau pagi sekali saya ke sana, masih banyak pilihan ikannya. Mau yang ukuran besar juga ada. Tapi, karena sudah lambat, dapat sisa pilihan orang.

Di ujung perjumpaan, tuan rumah menawarkan akan sms saya kalau ada dapat ikan. Tentu saja saya girang bukan kepalang. Ini yang saya tunggu. Dapat info langsung dari nelayan.

Nampaknya kalau begini ceritanya, beberapa bulan ke depan timbangan berat badan saya akan naik kalau tak rajin aktifitas fisik atau olah raga. Makan beras kampung, sayur dari kebun, ikan masih fresh. Nafsu makan meningkat drastis. Nikmat mana yang kau dustakan? Alhamdulillah… (*)

Written by Ambaryani

Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya

WhatsApp Image 2017 12 20 at 10.47.14

Libur Sekolah

IMG 20171220 181108 220

Seminar Meminimalisir Penggunaan Narkoba