in

Antara Bubur, Asap dan Kita?

IMG 20190917 101445 385

Di tengah kepungan asap, saya mencoba menenangkan kampung tengah yang menjerit lirih. Sabar ya, dek.

Bergegas merapat ke batas Pontianak. Bubur sapi serdam, menjadi obatnya. Sileee yang mau singgah. 😁

Asap. Kali ini mungkin terasa lebih lama bagi warga Pontianak. Karena sempat diselingi hujan. Anak-anak pun harus melalui 2 x “liburan” sekolah. Belum lagi bandara yang tak kunjung pasti landing dan take off-ny. Saya belum dapat info crowded Puskesmas dan Rumah Sakit akibat asap. Pasti berbilang signifikan.

Asap. Ada Sesuatu APakah itu?

Di Riau, Presiden melihat faktor pencegahan yg tak dilakukan. Di Kalbar, Gubernur pasrah menunggu hujan. Kita bingung siapa yang disalahkan?

Padahal. Kejadian terus berulang. Menaon. Seperti tapai.

Padahal. Titik api jelas. Lokasi perusahaan terang. Pembakar dan terbakar harusnya sudah bisa dideteksi. Bahkan early warning harusnya jalan. Penindakan dan vonis denda tentu tidak hanya di bibir dan di atas kertas.

Tentu, kita pura-pura tidak tahu melihat fenomena ini. Karena saat ini kritis, kritik, kripik semua terasa pedas, dan langsung diartikan berpihak, berpihak ke sana. Kamu di sana, Saya di sini. Sebuah pertarungan yang membosankan dan ora wis wis.

Apakah politik sudah melunturkan kehangatan kita berbangsa? Apakah politik harus meniadakan bahagianya kita bernegara? Cukuplah. Pilpres sudah usai. Kemaslahatan bangsa lebih besar dari sekedar kontestasi politik.

Semoga bubur dan asap menyatukan kita. Lagi.

Written by Yaser Ace

propertipreneur | digitalpreneur | kulinerian

IMG 20190917 054557 750

Merasakan Hatinya Orang Dayak

WhatsApp Image 2019 09 20 at 11.43.16

Menulis Rileks, Trik Menulis Kelompok M.G. Harris