in

Benarkah Ekonomi Kita Sudah Masuk Fase Resesi?

IMG 20201017 WA0001

Oleh: Budi Darmawan

Sedih. Terkejut. Malah hampir tak percaya. Itulah yang saya rasakan saat menjemput adik bungsu yang pindah tugas dari BNN pusat ke BNN Kalbar di Bandara Internasional Supadio Pontianak, Jumat (16/10/2020).

Mengapa sedih? Ceritanya begini. Saat tiba di bandara kebanggaan masyarakat Kalbar, mendadak saya melihat lajur tempat penjemputan yang biasa ramai berubah sepi tanpa satu pun kendaraan yang melintas. Suasana sepi juga tanpak pada lajur sebelah yang langsung berbatasan dengan bangunan bandara.
Hanya taksi milik koperasi Primkopad yang berbaris parkir dengan rapi. Saking sepinya, abang-abang sopirnya ada yang nyenyak tidur di dalam mobil. Mungkin mereka lelah menunggu penumpang.
Saya memang sudah lama tidak ke bendara. Terakhir awal tahun 2020 dinas luar lewat jalur udara. Biasanya dua lajur itu sangat ramai kendaraan roda empat melintas. Bahkan saking padatnya jalur itu, sampai-sampai pihak bandara harus menempatkan petugas untuk mengatur lalu-lintas.

Melihat suasana sepi, mulai jiwa wartawan saya muncul. Rasa penasaran saya seketika timbul. Akhirnya saya menemui beberapa sopir taksi. Jawaban mereka kompak. Semua gara-gara corona. Sejak awal maret 2020, jumlah penumpang pesawat turun sampai 60 persen.

Wajar saja suasana bandara, yang dulunya penuh sesak, padat merayap, hiruk pikuk kendaraan dan manusia, kini berubah sepi. Dulu kantin-kantin kecil di smoking area kursi selalu ramai. Kursi tunggu di pelataran selalu terisi penuh oleh manusia. Tampat power listrik untuk ngecas handphone yang di sediakan pihak bandara selalu full. Kini berubah kosong belompong. Yang ada hanya petugas cleaning service dan abang driver taksi yang mengisinya. Semuanya sepi. Semuanya turun drastis. Semuanya mengeluh. Semuanya sedih. Semuanya gara-gara corona.

Yang bikin hati saya tambah sedih mendengar cerita para sopir taksi bandara. Dulu rata-rata mereka bisa mendapat Rp500 ribu per hari paling kecil, sekarang hanya mampu menghasilkan Rp200 ribu per hari. itu pun udah paling besar.
Luar biasa dampak corona. Sejak muncul akhir 2019 lalu, hampir melumpuhkan semua sector. Salah satunya sector penerbangan. Bahkan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani pernah menyampaikan kalau sektor penerbangan mengalami tekanan yang sangat luar biasa. Di seluruh dunia sudah ada 240.000 penerbangan yang dibatalkan periode Januari hingga Februari 2020.

Di Indonesia sendiri dampak dari virus corona pada penerbangan cukup besar. Salah satu buktinya adalah dengan berkurangnya jumlah penerbangan. Semula, ada sekira 79.000 penerbangan yang ada di Indonesia baik rute internasional maupun domestik. Saat ini, akibat pandemi corona, jumlah penerbangan yang tersisa hanya 70 penerbangan saja.

Di Kalbar sejak wabah corona, pernerbangan turun sampai 60 persen. Biasanya per hari paling minim jumlah penerbangan yang datang dan pergi mencapai 90 kali. Sejak wabah corona, jumlah penerbangan datang dan pergi tingga 40 kali. Sedangkan jumlah penumpang antara 8000-10.000 per hari. tapi kini sejak Juli lalu tinggal 2.300 penumpang.

Semoga badai ini segera berlalu…* (Penulis adalah mantan jurnalis AP Post dan kini Pimpinan Kantor Komisi Yudisial di Kalimantan Barat)

Written by teraju.id

jokowi

Jokowi Sekarang–Aku Rindu Jokowi yang Dulu

1 Audiensi Panpel Festival Nadi khaTULIStiwa bersama Walikota Pontianak Ir H Edi Rusdi Kamtono, MM, MT. Foto 2 rapat panpel Festival Nadi khaTULIStiwa di Aming Cafe)

Festival Pantun Nusantara Siap Ukir Rekor dan Ajukan sebagai Warisan Budaya Dunia ke UNESCO