in

Bioskop Kartini Pemangkat

IMG 20180225 144419 463

Oleh: Yusriadi

Minggu pagi, di Pemangkat, saya manfaatkan untuk berjalan kaki. Selain menggerakkan badan dan sekaligus mencari sarapan, saya pikir ingin mencari pengalaman. Saya ingin tahu beberapa bagian dari Pemangkat, yang bisa ditulis.

Kami masuk ke pasar pagi. Di sana ada buah-buah ranum, ikan segar, sayuran segar, menarik hati.

“Tuh, pakis masih segar!”

“Iih, pisangnya!”

Ikan bawal, tengiri, juga menggoda. Terlihat jelas baru dibawa dari laut: mungkin sehari dua.

“Ndak, ndak, ndak,” kata orang rumah.
Maksudnya, ndak usah singgah. Ndak usah beli.

Ya, jauh. Pemangkat – Pontianak ratusan kilometer jaraknya. Kami menggunakan motor. Lagi pula, masih akan naik ke tarup menghadiri acara pernikahan ponakan di Selakau Tua.

Di sekitar pasar pagi, lapak menjual makanan juga tersedia. Warung kopi juga banyak di sekitar pasar pagi ini.
Kami menyusuri lorong, di ujungnya ada lapak penjualan daging. Kami berpatah balik memilih arah lain.

Nah, tanpa sengaja kami melewati sebuah bangunan besar dengan halaman luas. Kami menebak.

“Ruko”.

“Rumah sekolah”

“Hotel”.

“Gedung olahraga. Macam tempat billiard,” tebak nyonya. Dia yakin itu karena memang di tembok luar ada lukisan stik dan bola billiard.

Saya penasaran dan mengambil gambar. Nanti akan saya tanyakan pada siapa pun.

Kami melewati bangunan itu dan menyusuri jalan beraspal. Ujung jalan itu membelah antara bangunan pasar, bagian belakang.

Rupanya tembus ke jalan raya arah Pemangkat – Sambas. Di seberang jalan ada kios menjual makanan.

Kami singgah di sana, dan kebetulan penjualnya seorang perempuan paroh baya mengenal bangunan itu.
“Itu bioskop,” katanya.

Bioskop itu namanya Bioskop Kartini. Dia pernah menonton film di sana, sejak tahun-tahun 1980-an, sejak tinggal di Pemangkat. Bioskop itu masih beroperasi hingga akhir 90-an.

Bioskop itu kini tinggal bangunan tua. Bangun, yang pintu, jendela, atap, dan semuanya rusak. Yang masih difungsikan, halamannya yang luas.

Katanya, tempat itu jadi tempat kegiatan.
“Biase, tempat pameran,” katanya dengan bahasa Sambas.

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

IMG 20180225 083102 306

Barang Balasan Pernikahan Melayu Sambas

Untitled 1

Cooking Demo dan Pemecahan Rekor Muri di Mandiri Pontianak Food Festival II