in

Festival Cap Go Meh, Keramaian yang Luar Biasa

WhatsApp Image 2018 03 01 at 21.31.28

Oleh: Yusriadi

Rabu (28/2) saya dan sejumlah anggota Club Menulis melintas di Jalan Diponegoro, Pontianak. Jalan di pusat kota itu seperti disulap menjadi tempat berkumpul ribuan orang.

Malam itu sekitar pukul 19 saya tiba di sana. Sejak melintas di Gajahmada suasananya sudah terasa beda dibandingkan hari biasa.

Kendaraan dan manusia cukup padat. Lampion warna merah menambah semarak.

Di persimpangan Diponegoro – Gajahmada, kepadatan dan kemeriahan makin terasa. Ada barisan panjang kendaraan.

Saya menimbang saat parkir kendaraan. Di mana-mana di pinggir jalan jadi tempat parkir. Pilihannya, parkir di persimpangan atau tepat di gerbang masuk jalan Diponegoro atau di tempat lain. Pada akhirnya saya pilih parkir di depan ruko di deretan lapak mie tiaw. Saya pikir, lebih mudah keluar jika hendak pulang.

Di tempat itu banyak motor yang sudah terparkir. Seorang lelaki mengarahkan saya agar meletakkan kendaraan agak masuk ke dalam, karena di sana ada kosong. Bagian pinggir jalan, kiri kanan barisan motor, padat.

Wes, saya tinggalkan motor, menyeberangi jalan, menuju lokasi pertemuan di Rumah Makan Beringin.

Allah… keramaian festival luar biasa. Jalan dipadati manusia. Orang jualan juga sangat-sangat banyak dan macam-macam jenisnya.

Mau berjalan susah. Berdesak-desakan. Bahkan sewaktu berjalan pulang sekitar pukul 21.00, jalannya padat merayap. Jalan kaki saja macet.

Sudah lama saya tak lihat situasi begini. Terakhir dahulu, sudah lama, sewaktu ada kegiatan Pameran Pembangunan di Pontianak. Beberapa kegiatan pameran, atau sejenisnya, masih kalah ramai.

Alasan tidak ramai, macam-macam. Ada sebab, karena bukan hari libur. Katanya, malam Selasa, Rabu, Kamis, orang enggan keluar. Orang suka keluar rumah ujung Minggu, terutama malam Ahad.

Ada juga yang bilang, sebabnya karena bulan tua. Ya, malam itu, tanggal 28. Puncak kekeringan orang bergaji.
Ini, malam itu, alasan malam libur dan tanggal tua terbantah.

Tiba-tiba saya ingat peristiwa tahun 1990, saat pameran di terminal Siantan. Dalam desakan orang-orang itu saya didorong ke arah lapak orang. Dan, beberapa menit kemudian, saya baru sadar dompet di kocek belakang celana sudah raib. Rupanya, sewaktu dipepet itu ada skenario pencopet menceluk saya saya. Nasibb…

“Harus hati-hati”.

“Hebat ya sekarang. Orang ramai begini tak dengar ada copet beraksi”.

Saya pulang dengan kesan yang mendalam. Luar biasa. (Baru kemudian, belakangan saya dengar malam itu ada copet yang tertangkap dan beberapa orang kehilangan barang di tengah keramaian itu).

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

WhatsApp Image 2018 03 01 at 20.24.54

No Pain No Gain

WhatsApp Image 2018 03 01 at 16.05.07

Kalbar Samakan Persepsi Pembangunan Perumahan dan Lingkungan Hidup