in

Lambang Negara Standar Nasional di Monumen Nasional Karya Sultan Hamid

garuda di monumen Nasional

Oleh: Nur Iskandar

Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila setelah ditetapkan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia Serikat Ir Soekarno pada 11 Februari 1950 dibuatkan skala perbandingan dan penggunaan warnanya oleh Sultan Hamid sebagai pemenang lomba lencana negara yang digelar oleh Menteri Penerangan RIS, Prijono.

Prototype standar Lambang Negara disimpan di Monumen Nasional. Saya ambil fotonya seperti tampilan asli di Monas. Penggunaan detil-detil warna dan garis inilah yang standar. Peraturan Pemerintah No. 43/1958 menetapkan tentang skala gambar rancangan Sultan Hamid II Alkadrie tersebut.

Peninggalan Sultan Hamid II Alkadrie adalah sangat nyata atau signifikan bagi bangsa dan negara yang sangat dicintainya juga oleh kita semua. Menurut hemat pikir saya, Beliau ini jauh dari layak untuk kita tempatkan sebagai Pahlawan Nasional…..jika tidak ditetapkan oleh Presiden RI entah presiden Joko Widodo atau setelahnya dan setelahnya, cukuplah nama Beliau dikenang di setiap hati WNI yang bisa berkata jujur dan adil sesuai nilai-nilai Pancasila. Salah satu di antaranya adalah kita pandai berterimakasih kepada orang yang telah berjasa besar dengan karya-karyanya, menghargai hasil karya negarawan yang menyumbangkan pikiran dan tenaga, bahkan dananya untuk negara. Kita juga adalah bangsa pemaaf di mana bangsa lain yang pernah menjajah sekalipun kita sekarang saling bekerjasama, baik Belanda maupun Jepang, bahkan negara komunis sekalipun! Kenapa kepada anak bangsa sendiri yang berjasa besar mewariskan “Garuda di Dadaku” kita ogah saling menghargai dan memaafkan?………

Di mana letak kesalahan kita semuanya untuk mencapai keberkahan berbangsa dan bernegara serta berkehidupan Pancasila??….Saya sebagai jurnalis menggunakan hak untuk bertanya. Mungkin ada narasumber FB’ers yang bisa menjawabnya, saya haturkan ribuan terimakasih. Semoga Tuhan YMK memberkati. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

PWNU Kalbar Ikuti Konbes NU

PWNU Kalbar Ikuti Konbes NU

Merawat Kerukunan di Daerah Pusaran Konflik

Merawat Kerukunan di Daerah Pusaran Konflik