Ayah? Kenapa kita mesti vaksin?
Pertanyaan itu yang terlontar dari anak bujang semata wayangku kenapa mesti vaksin untuk anak-anak.
Saat ini Alif Kalam Maulidan sudah berusia 9 tahun, bersekolah kelas 3 di SDIT Al Madinah Pontianak.
“Vaksin ibarat benteng nak, semakin kuat bentengnya maka pertahanan tubuh semakin kuat. Ibarat game yang kamu mainkan, bila pertahananmu kurang disebabkan benteng pertahanan tidak tangguh maka musuh atau omicron bisa menghancurkan pertahanan dan menyerangmu dengan kekuatan sehingga kamu pun berakhir kalah.”
“Kalah bisa menjadi pembawa penyakit untuk orang lain. Kalah bisa berarti mengalami jatuh sakit: ringan, sedang atau berat. Terakhir kalah adalah dijemput kematian alias game over. Jangan sampai itu terjadi nak, vaksin kita perlukan bersama hingga tercipta kekuatan untuk melawan corona.”
“Baiklah ayah, Alif bersedia divaksin agar tak game over nantinya. Alif sudah merasakan suntikan berapa kali, terakhir waktu sunatan masal di usia 5 tahun. Alif hanya meringis disuntik, lalu sukses disunat. Kalo sudah Vaksin ini, Alif dapat amploplah ye ayah?”
“Siap nak, selalu ada hadiah untuk orang yang selalu berbuat dan berkelakuan baik.”
Tak lama panggilan nama Alif Kalam Maulidan pun terdengar oleh petugas vaksinasi di UPT Puskesmas Kampung Bali Jl. Jenderal Urip Pontianak Kota.
Meringis tahan suntikan, sambil membayangkan amplop putih sebagai hadiahnya. Point pun bertambah.
Saya sendiri, alhamdulillah lanjut di tempat yang sama untuk vaksin boster.
Ada amplop putih? Herd immunity lebih utama.
Ayo Vaksin. Ayo Boosternya.