Teraju News Network, Semarang – 28-8-2023. Peribahasa asam di gunung garam di laut bertemu di belanga, bagi Pulau Maluku justru tidak perlu media. Asam dan garam bertemu di situ-situ saja karena saat melapas pandang ke laut, berbalik 1800 mata tertuju terjalnya pegunungan. Kondisi geografis Maluku seperti itu tampaknya menyedot kaum kolonial waktu, di samping memang memiliki komoditas rempah sejak dulu yang mereka bidik.
Pesona Maluku memang memanjakan kedua mata, bahkan menggugah mata hati membentang di ranah intelektual. Julukan city of music bagi Ambon yang diberikan UNESCO bukti intelektual secara musikalitas masyarakatnya. Deretan penyanyi Ambon Bob Tutupoli, Harvey Malaiholo, Yopie Latul, Minggos Tahitu, Daniel Sahuleka, Franky Sahilatua, Utha Likumahua, Ruth Sahanaya, Chris Kayhatu, sampai Glen Fredly jaminan sebutan itu.
Ternyata Ambon tidak berhenti sampai intelektual musikalitas, legasi berupa khazanah keilmuan tersebar di kepulauan Maluku. Misalnya, khazanah keagamaam sering dijumpai di sekitaran Ambon, di Kaetitu dijumpai Alquran tulisan tangan, khutbah gulung. Demikian juga, di tempat lain ditemui hal sama dalam bentuk manuskrip. Khazanah manuskrip Ambon Manise ini memantik IAIN Ambon mengajak tukar-pikiran dengan tim peneliti BRIN di bawah bendera PR MLTL yang tengah riset waktu itu, terkait manuskrip.
Pascagelar diskusi terbatas di Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, tim peneliti PR MLTL berkesempatan diundang di tingkat rektorat melalui warek I Dr. Adam Latuconsina. Kesempatan ini tim peneliti pun memohon kesediaan pemangku kepentingan PR MLTL untuk ikut tukar-pikiran tersebut bersama civitas akademika IAIN Ambon, tentunya juga dengan Rektor Prof. Zainal Abidin Rahawarin. Upaya ini dimaksudkan adanya tindak lanjut riset, termasuk kebijakan-kebijakan kesepahaman seputar riset.
Jumat 18-8-2023 digelar forum zoom di gedung rektorat antara PR MLTL dan Rektor IAIN Ambon beserta civitas Akademika IAIN Ambon. Hadir di ruang zoom Dr. Sastri Sunarti selaku kepala PR MLTL dan Zulkarnain Yani, MA.Hum selaku PIC kerja sama dalam negeri. Sementara itu, di ruang rektorat hadir Rektor Prof. Zainal Abidin Rahawarin, Warek I Dr. Adam Latuconsina, para dosen IAIN Ambon, dan tim peneliti.
Pertemuan tersebut langkah awal gagasan kerja sama IAIN Ambon dan BRIN melalui PR MLTL dan langkah berikutnya pusat-pusat riset lainnya. Gagasan itu sedianya ditindaklanjuti nantinya melalui skema Perjanjian Kerja Sama (PKS) sehingga terjadi simbiosis mutualisma. Kata kunci kolaborasi akan berlangsung dalam kegiatan riset di Maluku. Budaya, agama, dan sosial rumpun humaniora masih berpeluang besar sebagai arah riset di kemudian hari.
Wa bil khusus, manuskrip terbuka lebar ditindaklanjuti dalam peta-jalan riset. Misalnya, digitalisasi manuskrip masih dapat diupayakan lebih luas sebagai tindak-lanjut yang sebelumnya telah dilakukan. Apalagi, Diskusi Terpumpun bersama para dosen dengan narasumber anggota tim peneliti, Dr. Alfida, muncul ide gagasan riset lokus Maluku. Dengan demikian, upaya manuscript literacy yang diusung riset kali ini dapat dikatakan menemui jalannya. Bahkan menurut sumber terpercaya, IAIN Ambon akan menghelat studi manuskrip yang akan diampu oleh salah satu civitas akademiknya.
Dapat dipahami, upaya dan kerja sama ini rasanya jalan peta IAIN Ambon menjadi poros studi budaya maritim (maritime cultur studies) di Maluku. Lebih-lebih ke depan status meningkat menjadi UIN. Tentunya, perlu melebarkan sayap dalam hal ini dengan PR MLTL BRIN melalui riset kebudayaan, keagamaan, dan sosial. Rektor Prof. Zainal Abidin Rahawarin menguatkan bahwa Maluku adalah labolatorim kemaritiman terbaik di dunia saat acara zoom. Menurutnya, nantinya kemaritiman menjadi tagline saat berubah status menjadi UIN.
Peluang ini gayung bersambut tampak pada relasi mutual BRIN dan IAIN Ambon melalui penjelasan yang ada selama zoom. Oleh karena itu, peluang perlu ditindaklanjuti secara seksama melalui kesepakatan resmi kedua-belah pihak. Secara munajjaman, elan literasi manuskrip yang diusung riset kali ini, menemui titik-terang dan perlu menunggu agar proses berjalan menuju terang.(K/F)