in

Diskusi: Upaya Keberlanjutan Manuskrip

Teraju News Network, Ambon – 15-8-2023, pascaturlap ke Morela, Kaitetu, dan Hitumessing, tim peneliti Manuskrip Ambon perlu menindaklanjuti temuan data tersebut. Tim yang digawangi Sarwo Ferdi Wibowo sebagai ketua, Fatimah Zuhrah, Warnis, Devi Fauziyah Ma’rifat, Khairul Fuad, dan Alfida sebagai anggota, merasa perlu membagi informasi temuan data tersebut kepada Masyarakat setempat. Tindak-lanjut bagian dari konsep Manuscript Literacy yang dijangkarkan.

Upaya tindak-lanjut penting bagi keberlanjutan (sustainable) sebuah manuskrip. Kepentingannya agar transformasi pengetahuan berkelindan, terutama pada masyarakat, tempat di mana manuskrip itu berada. Partisipasi masyarakat sebagai harapan untuk memantik rasa memiliki terhadap manuskrip melalui literasi bahwa keberadaan manuskrip itu penting. Di sisi lain, menggugah kesadaran masyarakat demi kepedulian terhadap manuskrip.

Oleh karena itu, tim peneliti menggagas sebuah diskusi melalui keterlibatan masyarakat secara langsung. Lapisan masyarakat yang dipilih kali ini adalah civitas akademika IAIN Ambon. Masyarakat kampus hakikatnya memiliki relasi kuat dengan manuskrip, mengingat studi-studi kampus berpeluang memanfaatkan manuskrip. Penggalian pengetahuan manuskrip memang memerlukan perangkat ilmiah yang memang dimiliki masyarakat kampus.

Kegiatan diskusi mengambil tempat di gedung Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Ambon yang berada di wilayah Batu Merah Ambon. Sambutan hangat kegiatan tersebut terasa saat Warek I Dr, Adam Latuconsina ikut membersamai sekaligus bersedia membukanya. Dari sambutannya diperoleh hal-hal menarik, seperti akan adanya perubahan nomenklatur status IAIN Ambon menjadi UIN dengan mengambil nama Abdoel Moetholib Sangadji yang akrab dengan sebutan A.M. Sangadji.

Baca Juga:  BRIN dan IAIN Ambon: Tertinggal dari Manuskrip Ambon Manise

Dengan kata lain, perubahan nomenklatur tersebut akan berbanding lurus dengan kajian-kajian yang akan diangkat ke permukaan. Kajian manuskrip (manuscript study) berpeluang besar diangkat ke permukaan sekaligus mengingat Ambon sebagai khazanah manuskrip butuh sentuhan ilmiah masyarakat kampus. Ditambah menurutnya, kajian manuskrip masih jarang di IAIN Ambon.

Hal menarik lain adalah pengalaman ilmiahnya melalui kajian perbandingan penanggalan kalender antara Ambon dan Minang berbasis manuskrip. Kajiannya dibukukan mendapatkan tanggapan beragam masyarakat akademik maupun nonakademik melalui penjualannya yang signifikan secara kuantitas. Pemantik tepat Warek I Dr. Adam Latuconsina dalam diskusi yang dihadiri para mahasiswa IAIN Ambon dari berbagai program studi (prodi).

Tidak berlebihan jika maqsudul a’dhom tim peneliti melalui literasi manuskrip terlihat dalam diskusi tersebut dengan informasi terkait manuskrip. Bahkan, literasi manuskrip justru datang dari dalam IAIN Ambon sendiri, yaitu pengalaman Dr. Adam Latuconsina berpeluang menular ke para mahasiswa yang hadir saat diskusi. Berpotensi efek-domino kepada para mahasiswa lain yang belum sempat hadir melalui gethok-tular dalam istilah Jawa atau dari mulut ke telinga meminjam istilah tradisi lisan.

Baca Juga:  BRIN dan IAIN Ambon: Tertinggal dari Manuskrip Ambon Manise

Para mahasiswa yang hadir di diskusi juga berkesempatan mengungkapkan pendapatnya. Beragam pendapat diungkapkan, seperti keinginan melakukan studi manuskrip karena kebetulan di daerahnya terdapat manuskrip meskipun dihadapkan beberapa kendala. Seperti, manuskrip dianggap pusaka oleh masyarakatnya sehingga tidak mudah untuk diperlihatkan. Kendala lain adalah belum adanya institusi yang akan pasang badan saat mahasiswa berhadapan situasi pelik pengambilan data manuskrip di lapangan.

Saat diskusi juga hadir staf pengajar fakultas Syariah Dr. Talhah, dosen perempuan, yang mengungkapkan pendapat menarik. Dari diskusi itu, dia menggagas sebuah komunitas pecinta manuskrip di kalangan mahasiswa IAIN Ambon. Hal ini menunjukkan reaksi positif bahwa gagasan diskusi tim peneliti gayung bersambut melalui upaya manuscript literacy. Di kemudian hari dapat digagas kerja bareng studi manuskrip, di antaranya bisa dengan BRIN melalui PR. MLTL OR. Arbastra.

Semakin jamak diskusi dengan ditutupnya acara oleh Wadek I Fakultas Syariah Dr. Nasarudin Umar dengan harapan studi manuskrip mendapat elan keberlanjutan. Para mahasiswa didorong untuk melakukan upaya-upaya tersebut, terutama terhadap manuskrip Ambon. Keberlanjutan ini berpeluang menjadikan manuskrip Ambon menjadi tuan di negerinya sendiri dan Ambon pun semakin manise.(K/F)

Baca Juga:  BRIN dan IAIN Ambon: Tertinggal dari Manuskrip Ambon Manise

Written by teraju.id

Desa Mandiri Kalbar di Forum Bankir Nasional

Semarak Raker MABM