teraju.id, Sambas – Dusun Sidodadi Desa Sepantai Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas, lokasi transmigrasi 83 yang saat ini sudah hampir menjadi hamparan kebun sawit. Periode awal gelombang penawaran penanaman sawit masyarakat bergeming. Setia dengan pola berkebun padi, palawija, sayuran, dan lada. Pola pertanian masyarakat Jawa trans.
Tahun 95 saya masih merasakan serunya ikut bertanam padi di sawah. Dari proses mencabut semaian bibit padi, menanam, menyiangi rumput (gulma) padi, hingga menjaga tanaman padi dari serangan burung pipit sepulang sekolah.
Tidak hanya itu, 28 tahun lalu kami rutin panen kopi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, sayur mayur hingga lada. Karena memang selain ditanami lada, kebun ditanami berbagai tanaman tumpeng sari.
Proses penanaman lada dari awal hingga panen membutuhkan waktu cukup lama, tahunan. Dalam proses menungggu lahan ditanami tanaman produktif untuk menopang perekonomian. Hasil kebun dijual, dapatlah pemasukan.
Pada masa itu, aktifitas ke kebun mengasyikkan. Banyak yang dapat dipanen, karena isi kebun bervariasi. Saat itu, masyarakat Melayu pesisir desa Sepantai sudah mulai menanam karet (getah) di samping aktifitas menanam padi di hutan (ladang berpindah) dalam jumlah besar (banyak). Bahkan ada yang sudah noreh.
Hasil noreh getah membuat perekonomian masyarakat Melayu pesisir stabil dan mereka nampak lebih maju dari masyarakat Jawa trans. Rumah-rumah mereka mentereng, banyak yang berwarung dan memiliki kendaraan pribadi motor maupun ketinting. Pada saat yang sama masyarakat Jawa trans yang memiliki kendaraan roda 2 bisa dihitung jari. Jangankan motor, memiliki sepeda saja masih jarang.
Masyarakat Jawa trans pria ataupun wanita selain berkebun, banyak juga yang menjadi buruh masyarakat Melayu pesisir. Menjadi buruh panen tanam hingga panen padi, juga buruh pembuatan papan ataupun kayu balok beberapa masyarakat Melayu pesisir yang sudah jadi bos pada masa itu. Kesenjangan perekonomian antara penduduk asli dan pendatang sangat nampak.
Ditawari berkali-kali untuk beralih berkebun sawit masyarakat Sidodadi tetap tak beranjak. Berkebun lada yang kian hari kian rumit (cerewet) membutuhkan perawatan ekstra hingga harga lada yang anjlok (terjun bebas), kemudian sedikit demi sedikit beralih menanam karet. Kebun lada yang mulai lesu, mulai ditanami karet.
Fase menikmati karet hasil tidak lama. Kurang lebih 6 hingga 10 tahun. Siklusnya sama, saat harga karet semakin lesu sementara di tempat lain sawit semakin menjadi. Di Sempurna, Sapak Hulu yang mayoritas pekebunan sawit semakin jaya. Perkembangan jalan juga lebih cepat, meskipun tak bisa permanen. Tambal sulam, karena keluar masuk mobil-mobil bermuatan swait.
Bisa diterka, masyarakat kemudian mengganti kebun-kebun karet dengan sawit. Baik sawit unggul ataupun sawit-sawit lokal. Pohon-pohon karet mulai tumbang, berganti sawit. Usia 3 tahun penanaman masyarakat mulai panen buah pasir. Dan hingga kini akhirnya Dusun Sidodadi sudah mulai menjadi hamparan sawit. Depan, belakang, kanan kiri rumah berisi sawit.
(bersambung… Dusun Sidodadi Desa Sepantai Hulu Sambas (2))