Oleh: Ambaryani
Pagi ini, perdana masuk kantor setelah libur panjang tahun baru. Cuaca kembali sendu setelah agak cerah sedikit. Saya dan Kak Yuyun sempat berdiskusi. Mau lewat Sungai Bulan atau sawit?
Sungai Bulan, lama penyeberangannya. Anak sekolah belum mulai masuk. Klotok lama penuhnya, otomatis lama pula jalannya. Optimis, kami memutuskan lewat sawit. Baru masuk belokan Bintang Mas, cuaca sudah gelap.
Awan hitam rata di atas langit Bintang Mas. Saya menoleh ke belakang, matahari masih nampak di langit arah Sungai Bulan. Tapi, tiba-tiba belum sampai ke penyeberangan, hujan sudah turun. Lebat sekali.
Tak lama, ada 1 teman kantor yang juga datang, sama-sama menuju kantor camat. Ferdi, turun dari Senakin. Selama hujan lebat, penyeberangan tak jalan. Lama, hampir 1 jam. Saya dan Kak Yuyun mengeluarkan kantong plastik masing-masing.
Ya, dalam tas saya selalu ada plastik ukuran jumbo. Untuk jaga-jaga sewaktu-waktu di jalan hujan dan tak ada mantel. Benar saja, hari ini kantong itu keluar dari persemediannya. Tak apa baju dan badan basah. Asal jangan berkas yang kuyup, tak bisa dikeringkan.
Steher penyeberangan pasang. Hujan masih turun. Kami lanjutkan perjalanan menyusuri jalanan tanah kuning perkebunan sawit. Karyawan sawit masih berteduh, belum mulai kerja.
Kami melaju, mengejar waktu.
Sepanjang jalan kehujanan, basah kuyup. Kalau tidak memikirkan harus menjalankan tugas, mungkin tetap stay di rumah lebih menarik di musim begini. (*)