teraju.id, Jakarta— Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) percaya bahwa ada tokoh kuat yang terlibat dalam dugaan korupsi di Pertamina. Dari perbincangannya dengan tim NarasiNewsroom (28/02), Ahok siap memberikan semua catatan dan notulen dari masa jabatannya sebagai Komisaris, yang tidak bisa ia ungkapkan kepada media karena kerahasiaan perusahaan.
Ahok menekankan gaya manajemennya yang teliti, mencatat bahwa semua pertemuan selama masa jabatannya direkam, memberikan catatan komprehensif tentang diskusi dan keputusan. Sebagai komisaris, Ahok memantau operasi, bahkan menangani masalah seperti kondisi toilet SPBU. Ia juga mendorong transaksi non-tunai menggunakan kartu MyPertamina dan merasa sangat terlibat.
Ahok mengklarifikasi bahwa ia tidak dapat berkomentar tentang rincian kasus karena tidak melihat laporan investigasi, tetapi ia mempertanyakan logika dugaan pemalsuan Pertamax di SPBU, yang akan merusak kendaraan kelas atas. Ia menjelaskan bahwa Pertamina secara historis menggunakan aditif untuk meningkatkan kualitas bahan bakar, praktik yang terus berlanjut. Ahok juga mengkritik keterlambatan dalam menerapkan sistem e-katalog internal, mencurigai ada permainan curang. Ia menceritakan kisah ketika seorang direktur diduga dipecat karena menolak menandatangani pengadaan aditif.
Ahok menyatakan bahwa ia mendorong optimalisasi biaya dan digitalisasi selama masa jabatannya sebagai komisaris. Ia mengklaim telah menetapkan target penghematan 46% dalam pengadaan untuk tahun 2024.
Ahok juga berbagi anekdot tentang kebakaran di kilang Pertamina, yang mungkin merupakan upaya untuk menyembunyikan bukti pencurian. Ia juga mengklaim bahwa ada pihak yang untung dari impor bahan bakar negara. Ahok mengakui masalah dengan proyek kilang sebelumnya dan mengklaim telah fokus pada optimalisasi biaya dan meningkatkan penggunaan produk dari kilang. Ia menyesal tidak memiliki wewenang untuk langsung memecat eksekutif yang berkinerja buruk.
Ahok juga menyebutkan dorongannya untuk menghilangkan transaksi tunai di SPBU dan penerapan sistem pemantauan digital. Ia juga mengklaim telah mendorong sistem digital untuk memantau distribusi bahan bakar.
Selain itu, Ahok mengungkapkan bahwa permintaannya untuk data, seperti informasi kartu kredit dan saldo akun, ditolak. Ia berharap rekaman pertemuannya akan diputar di pengadilan, menunjukkan upayanya untuk memerangi korupsi. Ketika ditanya tentang waktu penyelidikan, Ahok menolak membuat tuduhan, dengan mengatakan bahwa jika pemerintah serius ingin mengatasi korupsi di Pertamina, maka harus menerapkan sistem e-katalog. Ia mengungkapkan kekecewaannya karena tidak diangkat sebagai CEO, yang akan memberinya wewenang untuk memecat mereka yang terlibat dalam praktik korup.
Akhirnya, Ahok mengatakan bahwa ia tidak menyesal dengan waktunya sebagai komisaris, dengan menyatakan bahwa ia bertindak dengan integritas dan komitmen terhadap keadilan.