in

Makam Juang Mandor – Persiapan Hari Berkabung Daerah

Makam Mandor sedang berbenah ketika saya mengunjungi Monumen Perjuangan Kalbar yang terletak di Mandor.

Makam Juang Mandor merupakan makam massal korban kekejaman Jepang yang menelan korban 21.037 orang. Dari pejabat, pedagang hingga intelektual Kalbar, lintas suku dan agama. Semua menjadi korban kekejaman Jepang, yang saat itu hendak menjadikan Kalbar—daerah jajahannya— sebagai Jepang baru di mana para generasi tua dibunuh secara massal sehingga kaum muda bisa dijadikan orang-orang berpaham Jepang dan mengabdi pada kekaisaran Jepang.

Pemerintah telah mengeluarkan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang Peristiwa Mandor sehingga tanggal 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah Kalimantan Barat.

Berdasarkan Perda Nomor 5 tahun 2007 dan Peraturan Gubernur nomor 60 tahun 2013 tentang tata upacara Hari Berkabung Daerah diwajibkan kepada warga masyarakat, BUMN, BUMD, Swasta dan Pemerintah Kabupaten / kota termasuk SKPD dan jajarannya.

Pada Hari Berkabung Daerah selayaknya lembaga pendidikan dan kantor, baik pemerintah maupun swasta dapat memasang bendara setengah tiang sebagai bentuk penghormatan dan upaya mengenang jasa para pahlawan yang menjadi korban Mandor.

Pada tanggal 5 Juni 2022, saya bersama beberapa anak (anak anak ini diajak untuk mengenalkan mereka pada situs bersejarah Kalbar ini sejak dini dan ternyata mereka antusias dan banyak bertanya seputar peristiwa Mandor) berkesempatan meninjau Lokasi Makam Juang Mandor dan menemui dan berbincang dengan Pak Uca Suherman selaku Tokoh Masyarakat yang mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat Makam Juang Mandor ini. Dari perbincangan ini diketahui ada upaya untuk membentuk semacam yayasan yang kedepannya diharapkan bisa mengurus dan mengembangkan situs sejarah ini menjadi lebih baik dan menarik untuk dikunjungi. Rencana baik ini memerlukan dukungan dari semua pihak untuk bisa segera diwujudkan.

Pada saat saya datang, ada pekerja yang sedang menyelesaikan pengecatan ulang diorama yang menggambarkan peristiwa kekejaman Jepang di Mandor.

Namun saat meninjau satu persatu dari 10  lokasi makam massal di dalam areal Makam Juang Mandor ini, saya melihat tak ada sentuhan apapun untuk mempersiapkan diri saat para tamu berkunjung ke situs ini pada tanggal 28 Juni 2022 mendatang. Sebagian jalan juga tidak mulus, walaupun memang tidak terdapat semak dan rumput yang mengganggu perjalanan mengelilingi 10 makam massal ini.

Bangunan tempat menyimpan foto-foto para korban Jepang juga tidak nampak siap untuk dikunjungi, beberapa foto terletak di lantai ruangan terkunci ini dan sudah hilang sebagian warnanya.

Anak anak yang ikut bersama saya hanya bisa mengintip dari jendela kaca untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

Seharusnya di situs Makam Juang Mandor ini ada pegawai khusus yang setiap hari dapat melayani pengunjung dengan memberikan akses dan penjelasan seputar situs dan peristiwa Mandor ini.

Demikian juga 2 danau kecil yang dahulu indah di kiri kanan jalan masuk Makam Juang Mandor kini sudah menyusut permukaan airnya karena ditutupi semak-semak, sehingga kehilangan daya tariknya. Dahulu duduk di gazebo yang tersedia sambil menikmati pemandangan di danau kecil ini merupakan ciri khas Makam Juang Mandor.

Saya mengingat semasa almarhum Pak Abdul Samad masih hidup Beliau mengumpulkan dan merawat banyak anggrek spesies Kantong Semar dan tumbuhan liar dari alam yang ditata rapi dan indah seputar halaman rumahnya yang menjadikan lokasi ini banyak dikunjungi dan kini sepeninggal Beliau, tak ada satupun anggrek atau tumbuhan alam di halaman ini.

Pada Tahun 2022 merupakan Tahun ke 78 jika dihitung dari tahun kejadian Peristiwa Mandor ini yaitu 28 Juni 1944. Artinya, saat ini sudah memasuki generasi ke 3 dari para korban Mandor di mana kemungkinan ikatan emosional tentang peristiwa ini sudah memudar jika tidak kembali diingatkan melalui pelajaran di sekolah atau melalui karya dari para seniman Kalbar yang mengabadikan tema dari kejadian ini.

Makam Juang Mandor memerlukan dukungan semua pihak terutama dari Pemerintah dan didukung oleh Swasta untuk tetap eksis dan tampil sebagai situs sejarah yang layak dikunjungi baik oleh secara domestik maupun internasional, baik sebagai situs sejarah maupun tujuan wisata.

Peristiwa Mandor memberikan gambaran pada kita bagaimana semua pihak lintas suku dan agama menjadi bagian dari perjalanan kemerdekaan Indonesia yang tidak terbantahkan. Semua satu padu dalam 1 liang makam massal yang dari tulang belulang ini kita tidak lagi bisa memisahkan asal suku dan agamanya dan apa jabatan semasa hidupnya.

Kita tetap bersedih dengan peristiwa besar yang menyakiti hati dan perasaan masyarakat Kalbar dan Indonesia serta seluruh umat manusia di muka bumi yang mendukung nilai nilai kemanusiaan.

Salam Hangat,
Andreas Acui Simanjaya

Written by teraju.id

Bukan Megawati, tapi Prabowolah yang Pegang Kunci!

Ekologi Sastra Kalbar