Teraju News Network, Universitas Syiah Kuala – Di setiap daerah di Indonesia pasti memiliki adat dan budaya yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Tak terkecuali Aceh, salah satu provinsi di Indonesia yang mendapatkan julukan Serambi Mekkah. Selain sukunya yang beragam, Aceh juga memiliki beragam adat dan kebiasaan.
Salah satunya adalah upacara adat Peutron Aneuk, yang merupakan sebuah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Aceh dengan cara menginjakkan atau menyentuh kaki bayi ke tanah. Sebenarnya budaya ini tidak jauh berbeda dengan acara ritual dari Jawa yaitu Tedak Siten. Biasanya tedak siten dilakukan untuk bayi berumur tujuh atau delapan. Berbeda dengan tedak siten, budaya peutron aneuk ini dilakukan dalam rentang usia bayi 7 hari ataupun 2 tahun.
Jika dikulik Peutron Aneuk sendiri memiliki makna yaitu menurunkan bayi dari rumah ke tanah, karena pada umumnya rumah masyarakat Aceh tempo dulu merupakan rumah panggung atau yang sekarang sering disebut sebagai Rumoh Aceh. Adat peutron aneuk disebut juga dengan peugidong tanoh yang telah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Aceh.
Bagi masyarakat Aceh sendiri, Peutron Aneuk tidak hanya dianggap sebagai sebuah upacara adat, namun juga terdapat banyak harapan dan makna tersirat, pastinya tidak terlepas dari nilai-nilai agama Islam di setiap prosesi upacara yang berlangsung. Oleh karena itu, dengan diadakannya ritual Peutron Aneuk, anak diharapkan dapat menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berguna bagi masyarakat, dan sejahtera dunia dan akhirat.
Upacara adat Peutron Aneuk dihiasi dengan berbagai rangkaian acara seperti: Pembacaan Doa dari Teungku, Cuko’ok yaitu mencukur rambut bayi. Kemudian dilanjutkan dengan peucicap yaitu prosesi bayi diberikan makanan manis yang harapannya agar bayi selalu mendapatkan kebaikan dalam hidup. Puncak rangkaian adat Peutron Aneuk ini ada pada acara Peugidong Tanoh, pada ritual ini bayi akan menginjakkan kaki ke tanah yang diisyaratkan agar kelak bayi memiliki pendirian teguh dan iman yang kekal, seperti sifat tanah yang kekal
Nah setelah menyimak rangkaian upacara adat Peutron Aneuk, sekarang saatnya kita mengulik makna upacara Peutron Aneuk dari sisi psikologi. Perlu diketahui pelaksanaan upacara adat Peutron Aneuk ini berdampak baik pada masyarakat. Dengan adanya budaya ini, tingkat kegotongroyongan semakin meningkat. Dilihat dari sudut pandang psikologis, terdapat beberapa tema psikologis yang ada dalam upacara Peutron Aneuk ini.
Kita bisa memulai dari aspek prososial, dimana merupakan suatu tindakan menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Dalam pelaksanaan upacara adat tersebut, masyarakat akan bergotong royong mempersiapkan dari tempat, makanan hingga menyebarkan undangan. Masyarakat yang lain juga ikut semarak untuk membantu tetangga mereka yang akan mengadakan acara.
Dampak sosial lainnya yang timbul ialah adanya interaksi antara masyarakat dengan keluarga bayi sehingga memunculkan hubungan yang lebih kuat agar kelak ketika bayi beranjak dewasa maka ia akan dihormati pula oleh masyarakat sebagaimana keluarganya dihormati. Dari dampak sosial tersebut maka dapat terlihat ritual peutron aneuk ini juga berdampak pada kelekatan atau attachment yang berarti tingkah laku lekat yang dirancang agar anak memiliki hubungan sosial yang baik terhadap orang tuanya, agama dan masyarakatnya.
Wah… sangat menarik ya upacara adat Aceh yang satu ini. Peutron aneuk adalah salah satu acara adat Aceh yang masih bertahan di kalangan masyarakat Aceh hingga saat ini. Meskipun tidak dapat dipungkiri, bahwa ada beberapa tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan hanya dilakukan di daerah tertentu oleh masyarakat Aceh. (Psikologi Universitas Syiah Kuala: Nurmaulida Musfirah, Khansa Zayyana, Putri Mawaddah, Rizky Anisah Husna, Siti Ibda Kirana, Trivia Febriyanti. Dosen Pengampu: Mirza, S.Psi., M.Si)