Sekarang punya aktivitas yang tidak ketinggalan setiap hari, yaitu nontonin reels nya Masjid Baitul Huda Antapani Bandung. Gak tau kenapa suka haru aja nontonin Reels yang dibuat Bang Fadhli, ngasih makan gratis ke puluhan orang tiap hari.
Satu reels kadang saya tonton sampai tiga kali. Setiap menyimak reels Baitul Huda, pasti ada gemeretek di hati, ada renyuh-renyuh nya, ada sedih-sedihnya.
Sebenarnya Masjid Baitul Huda gak pernah statement, bahwa makanan di Masjid Baitul Huda khusus Dhuafa, namun posisi Baitul Huda yang strategis tepi jalan, memang pusat kota Bandung, jadi mudah diakses oleh saudara muslim yang membutuhkan.
Di reels hari ketigabelas, ada pemulung yang duduk berjauhan dari masjid. Hanya menatap orang lagi siap-siap makan. Saya bersyukur, Bang Fadhli yang memang mimpin proyek ini, inisiatif ngedeketin sang Bapak.
Lewat POV cam tersembunyi, Bang Fadhli nawarin,
“Bapak istirahat dulu, sholat dulu, baru nanti makan siang.”
Sang Bapak dengan malu-malu bicara,
“Tapi celana saya kotor”
Fadhli langsung jawab,
“Nanti saya pinjamin sarung.”
Digenggamlah tangan sang Bapak, diajaknya ke Masjid. Akhirnya sang Bapak mau sholat di masjid, dan makan siang bareng.
Gak tahu kenapa, reels hari ketigabelas ini bikin air mata tumpah. Saya nonton reels ini belasan kali, tadi malam, habis kajian di cibubur, nyampe kamar langsung muter-muter reels ini, menikmati banget hati yang runtuh, menikmati sekali lelehan air mata.
Aktivitas makan sehari-hari sudah menjadi suatu hal yang biasa aja bagi kita, hampir gak ada rasanya, hampir gak ada nilainya, akibatnya kita gak ada syukur-syukurnya.
Dapat cerita dari Bang Fadhli, beliau banyak mendapati wajah-wajah yang sedih kehabisan makanan, karena memang antara yang datang ke masjid, dengan makanan yang disediakan mulai gak imbang.
Bang Fadhli nambahin, karena Masjid Baitul Huda mengakadkan makanan untuk yang shalat zuhur berjamaah, maka masyaAllah Tabarakallah, jamaah sudah penuh setengah jam sebelum adzan zuhur.
Kalo saya simak, ya makanannya gak gimana-gimana, sederhana saja, tapi memang saudara kita ini benar-benar gak sanggup menyediakan makan untuk diri mereka sendiri. Saking jahatnya kemiskinan struktural di negeri ini, begitulah nasib saudara kita.
Dalam interview dengan banyak jamaah, cukup banyak yang menyampaikan, bahwa mereka ada yang memang beberapa hari gak makan, ada yang memang makannya cuma sehari itu doank, pas di Baitul Huda.
Ada pedagang yang supaya bisa jualan besok, omset hari ini harus dibelikan barang modal lagi.
Ada rider ojeg yang belum hasil nariknya gak balance sama beli bensin nya.
Ada pria pekerja serabutan yang pergi keluar rumah bertaruh nasib, kelaparan di siang hari.
Berkah untuk Masjid Baitul Huda, semoga bisa ditiru oleh masjid-masjid lainnya. Sekali sehari aja, bikin makan cuma-cuma. Orang baik itu banyak, cuma kita sekarang kekurangan koordinator.
(Ustadz Rendy Saputra, Narator Hati)