“Banjir terparah dalam sejarah saya tinggal di Pontianak. Hampir satu kota Pontianak kebanjiran.” Demikian komentar Yuli, salah seorang penduduk Pontianak, saat curhat tentang banjir yang melanda Pontianak, Rabu (27/3).
Pontianak, ibukota Kalimantan Barat ini, menghadapi banjir besar yang jarang terjadi sebelumnya. Hujan yang turun selama lima jam sudah cukup membuat seluruh kawasan kota terendam air—termasuk kawasan yang biasanya aman dari banjir.
Banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi telah menimbulkan dampak serius bagi penduduk, terutama dalam sektor transportasi dan perdagangan. Banyak warga yang terpaksa mendorong motornya yang mogok terendam air. Di sisi pedagang dan pengusaha UMKM, tak sedikit kios dan ruko yang memilih tutup karena kawasannya terendam banjir. Kalaupun buka, tentu tak banyak pengunjung yang berani mampir.
Di kesempatan yang berbeda, Mantan Kepala Bappeda Kalbar, Fathan A. Rasyid mengusulkan normalisasi ulang kawasan serapan di Pontianak. “Kita harus menata ulang Pontianak sebelum terlambat. Setidaknya menghidupkan kembali saluran air yang telah dirancang baik sejak jaman Belanda.”