Teraju News Network – Proyek drainase yang masuk ke Kampung Parit Buluh, Desa Punggur Kecil, Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya telah membawa rahmat bagi sebagian besar penduduk. Salah seorang di antaranya adalah Munali. Beberapa hari setelah mesin Jumbo selesai mengeruk isi parit dan dinaikkan ke tebing jalan, takmir Mesjid Nurul Hasan itu pun mulai menancapkan pucuk dan stek tebu agar berkembang biak.
“Campuran tanah liat dengan gambut cocok sekali untuk tebu,” ungkap pria yang akrab disapa warga setempat dengan Ustadz Munali. Setelah 1.5 tahun berlalu, hasilnya memang rimbun.
“Sekali angkut oleh pembeli, bisa sampai 1 ton. Hasilnya lumayan,” timpal Ustadz Munali yang membina sebuah warung di salah satu sudut halaman Mesjid Nurul Hasan dan Kompleks Perumahan TOP Munzalan Residence. Jarak dari tapal batas Kota Pontianak khususnya Parit Haji Husin-Sungai Raya Dalam hanya 4.5 km.
Menurut pria yang pernah nyantri di Bogor dan Jawa Timur ini, di warungnya biasa menjual es tebu.”Lebih untung besar kalau kita jual sendiri. Tapi hasilnya tidak terkumpul banyak sekaligus. Kalau diborong pedagang dari kota, hasilnya ‘betukkuk,” ungkapnya. Betukkuk istilah Melayu Pontianak yang berarti berat atau besar.
Harga per kilo tebu diborong Rp 2.500. Hasil 1 ton dibungkus seharga Rp 2.5 juta. Inilah hasil pertanian yang menyelamatkan ekonomi rumah tangga Ustadz Munali di masa Pandemi Covid-19. Dengan hasil ‘betukkuk’ itu pula, ia bisa menambah perabot rumah tangga di tengah warga lainnya sedang kepayahan asap dapur agar tetap mengepul.
Ustadz Munali tipikal pria yang rajin bekerja. Selain memanfaatkan naiknya tanah Alluvial ke bahu jalan dan digunakan bertanam tebu, lahan garapan miliknya juga ditanami semangka dan Melewah. “Semangka gagal karena dihajar musim kemarau. Tetapi buah Melewah hasil panennya melimpah di saat bulan puasa 2021 ini. Saya bisa lebih banyak bersedekah,” kata Munali seraya menimpali bahwa petani Parit Buluh juga kecipratan kenaikan harga panen menjelang Idul Fitri dengan melambungnya harga nenas dan juga durian.
Dampak dari kenaikan pendapatan petani Parit Buluh, terjadi pula kenaikan perolehan zakat fitrah di Mesjid Nurul Hasan. “Biasanya kurang dari sejuta. Kini naik sampai 1.5 juta,” kata Ustadz Munali.
Pertanian selalu menjadi jawaban ampuh di kala krisis melanda. Selain masa Pandemi Covid-19, dulu era krisis ekonomi dan moneter yang akrab di telinga dengan sebutan krismon, petani juga ketiban untung. Banyak petani mendadak kaya raya justru di masa krisis. Satu peluang tertutup, pintu rizki lainnya terbuka lebar.
“Awal Pandemi tahun lalu, kami juga ketiban rizki dengan melambungnya harga jahe merah. Semua diborong orang kota. Katanya mau diekspor,” tutur Munali yang wajahnya tampak berseri-seri di suasana Idul Fitri 2021.
“Selamat hari raya Idul Fitri. Semangat bertani. Terus kreatif melawan Pandemi.” Begitu pesan Ustadz Munali. (kan)