in

Apakah Haji Furoda itu Haji Atas Undangan Raja?

Seluk-Beluk dan Suka Duka Haji Furoda

Sebagai orang yang berkecimpung di dunia haji sejak 2001, saya melihat edukasi ke masyarakat umum tentang haji tanpa antri yang belakangan ini marak masih sangat minim. Padahal model haji seperti ini bukan hal yang baru. Tahun 2009 saya sudah urus haji non quota meski modelnya bukan seperti sekarang.

Sejak 2017 beberapa kali saya menulis, bikin live di FB, bahkan sampai bikin seminar yang bahas tentang haji non quota di beberapa kota,, tapi rupanya jangkauannya belum luas. Oleh karena itu, izinkan saya untuk kembali menjelaskan tentang beberapa istilah yang belakangan ini diperbincangkan antara lain Haji Percepatan, Haji Tanpa Antri, Haji Furoda, Haji Undangan Raja, dll.

Setelah saya cermati, yang menjadi awal kerancuan itu sebenarnya adalah pemberitaan sejak bertahun-tahun yang lalu. Orang-orang yang berhaji tanpa antri dianggap sebagai haji undangan raja. Padahal raja pun tak kenal awak. Betul memang Raja bisa saja memberikan haji kepada siapapun yang dikehendaki dan yang diberikan bukan hanya visa tapi komplit dengan segala fasilitas VIP nya. Pernah kami satu pesawat dengan para penghafal Quran yang diundang menunaikan ibadah haji. MasyaAllah. Begitu tiba di Jeddah sudah dijemput dll dll. Tentulah yang seperti ini betul-betul gratis. Bukan yang berangkat haji cepat berbayar lalu dianggap undangan raja.

Lalu bagaimana ceritanya sampai ada orang yang bisa berangkat haji cepat? Padahal yang lain antri. Mari kita ulas secara singkat.

Jadi, selain berhaji dengan quota Kemenag baik yang Haji Khusus ataupun Haji Reguler yang antriannya mengular itu, ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk berhaji dengan cara cepat, yaitu:
A. Berhaji dengan Visa Haji
B. Berhaji dengan Visa Non Haji
Berhaji dengan Visa Haji resmi yang tanpa antri hanya didapat melalui 2 cara, yaitu:

  1. Visa Haji Furoda
  2. Visa Haji Mujamalah

Sementara berhaji dengan visa non haji saya tidak akan bahas secara tertulis karena akan ada pro kontra. Kita fokus ke visa haji resmi yaitu Haji Furoda dan Mujamalah saja.

Visa Haji Furoda adalah visa haji yang didapat dengan menggunakan jatah para penguasa Saudi. Jatah inilah yang dijual kepada para penyelenggara. Dan ini sudah bertahun-tahun, bukan baru beberapa tahun ini. Hanya saja, sistemnya ada beberapa perubahan.

Sementara Visa Haji Mujamalah adalah visa haji yang didapat dengan mengajukan permohonan ke Kedutaan Saudi. Sebelum pandemi, banyak pengajuan yang di acc. Namun sayangnya, tahun ini, pengajuan yang dilakukan oleh asosiasi ditolak dan menyebabkan ribuan jamaah tidak bisa berangkat.

Baik Furoda ataupun Mujamalah sama-sama visa haji, yang membedakan hanya cara mendapatkannya.

Tahun ini, subhanallah, visa mujamalah dalam jumlah besar tidak di-acc. Sementara visa furoda keluar saaaangat sedikit dibanding tahun sebelumnya. Jatah visa furoda banyak dipangkas. Maka sangat beruntunglah yang visanya keluar, karena di luar sana 7800 jamaah gagal berangkat haji karena visa tidak keluar.

Visa furoda ini biasanya sudah bisa diproses di awal-awal Dzulkaidah. Tapi tahun ini, menjelang akhir Dzulkaidah sistem baru bisa diakses. Inilah yang membuat para penyelenggara kalang kabut. Tiket yang sudah dibeli hangus. Yang harusnya bisa dihandle 4 orang, kemaren harus mengerahkan semua bala bantuan, bahkan sampai ada yang minjam-minjam CC dan uang demi menyelamatkan keberangkatan jamaah.

Dalam kasus group kami tahun ini, kami pun terpaksa mengeluarkan uang lagi demi beli tiket baru. Yang urus tiket sebelumnya sudah menyerah. Mau tak mau, kami sebar orang untuk mencari tiket. Betul-betul serba mendadak. Ada juga yang baru cari tiket di bandara. Untung-untungan.

Tak berlebihan jika saya katakan kondisi hajian dengan sistem furoda ini sangat di luar dugaan.

Saat mengisi pembekalan sebelum berangkat saya sampaikan ke jamaah apa-apa saja kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Tentang bus furoda yang dicampur dengan negara lain, tentang hotel sesuai sistem yang mungkin saja berbeda karena saat input data tidak semua jamaah mendapatkan hotel yang sama, dll. Semua hal terburuk yang mungkin terjadi.

Sebagai penyelenggara saya sampaikan, ” Jangankan bapak ibu, saya pun masih blank seperti apa gambaran haji tahun ini. Apakah normal atau banyak perubahan?”

Masalah terjadi bukan hanya urusan teknis, tapi juga di masalah yang paling urgent. Bimbingan ibadah. Banyak group yang pembimbingnya malah gak berangkat karena visanya tidak keluar karena mendahulukan jamaah. Begitu ada visa, harga melonjak tinggi. Terakhir saya menjumpai visa seharga $19.000! Hanya visa saja. Colek yang dapat visa seharga ini gak ya? Wkwkwkw.

Jika sudah seperti ini, konsorsium dadakan adalah solusinya. Atau berangkat sendiri meski tidak ada yang mendampingi. Semua harus ambil keputusan cepat.

Tim di lapangan pun tak kalah kagetnya. Maktab furoda saat di Mina posisinya sudah di ambang Muzdalifah! Malah lebih jauh dari reguler. Kurang lebih 3 km dari jamarat.

Kalau sudah begini, tim di lapangan yang berperan untuk prosesi hajinya. Apakah mau bolak-balik melontar sampai selesai nafar awal/tsani baru melaksanakan Thawaf Ifadhah, atau digeber langsung Ifadhah. Belum pernah maktab furoda sejauh ini.

Jarak dari maktab ke Jamarat 3 km. Dari Jamarat ke Haram 6 km. Kalau pp bisa 18 km. Belum thawaf sainya. Sainya saja sudah 3,5 km. Bisa puluhan kilo jika digeber dari maktab furoda ke haram pp.

Jadi jika sudah begini, pembimbing dan tim lapangan lah yang berperan. Tak peduli apapun travel/KBIHnya, mau berapapun biayanya, mau pakai haji reguler atau furoda, yang memutuskan apakah stay di Mina bolak balik atau langsung Ifadhah, atau ambil fasilitas tenda furodah untuk mabit atau ngemper di pinggiran jamarat adalah pembimbingnya, bukan berdasar besar atau kecilnya biaya haji.

Yang punya asumsi bayar mahal pasti dapat fasilitas VIP, tahan dulu. Karena tahun ini semuanya over dari yang sudah dibudgetkan. Please jangan bandingkan dengan hajian sebelum pandemi atau dibandingkan dengan hajian travel besar yang tendanya mentereng di maktab di atas 100. Karena perbandingan harus apple to apple. Setahu saya, travel-travel besar yang menggunakan furoda pun banyak yang mundurkan keberangkatannya. Karena tidak dapat visa. Jadi yang ada di Mina saat ini adalah jamaah haji khusus yang terdaftar di Kemenag. Jika pun ada, tidak lah sebanyak tahun sebelumnya.

Adapun maktab furoda yang saat ini ditempatkan di maktab 55, paketan yang punya dana lebih bisa upgrade maktab, tapi yang budget pas-pasan harus terima di maktab yang dekat Muzdalifah itu.

Sekedar teman-teman tahu, biaya upgrade maktab kali ini pun tinggi. Bisa $3000 – $4000! Naik 2 – 3x lipat dibanding sebelum pandemi. Kapan kami tahunya? Saat mau upgrade maktab. Kapan itu? Setelah visa clear. Bisa bayangkan gimana kerja team haji tahun ini? Semua serba cepat dan harus ambil keputusan cepat.

Tahun ini banyak travel nombok, hampir semua jamaah bayar lebih, karena hanya itu yang bisa menyelamatkan keberangkatan jika tiket sudah kadung issued. Ada yang sharing ke jamaahnya, ada juga yang dibebankan ke travel. Meski yang saya tahu dalam fiqh muamalah, jika kenaikannya mengenai semua, maka jamaahlah yang harus menanggung. Cmiiw.

Tapi kembali lagi, agen/marketer yang tidak teredukasi sering melempar kembali ke penyelenggara dengan alasan : saya kan beli paket. Saya kan udah lunas. Bla bla bla.
Travel yang punya agen/marketer seperti ini perlu di bina, kalau gak bisa, coret aja. Gak usah dipakai lagi. Wkwkwk. Kalau untung mau, kalau rugi lepas tangan.

Nah, tapi kenapa ada travel yang minta tambahan dan ada yang tidak? Semua tergantung harga dan apa saja yang sudah dikeluarkan. Jika harganya tinggi, gak perlu ada tambahan. Jika harga sudah minim dan gak diminta tambahan, ini travel jagoan banget! Semoga hitungan tour plannernya benar, bukan bakar duit tuk menyelamatkan muka dan punya alibi untuk membandingkan dengan travel lain yang mengenakan biaya tambahan. Please, lama-lama hitungan furoda akan terbuka. Jamaah akan cerdas dan bisa menghitung sendiri. Bagaimana mungkin harga jual $13.000 (200jt) bisa dapat visa haji furoda yg masaernya saja sudah $3200, tiket SV yg beli terakhir-terakhir bisa nyari $3000, dapat fasilitas hotel bintang 5, pula kondisi tiket hangus. Nggak masuk di kalkulator tour plannner saya kecuali memang niatnya bakar uang. Wallahu ‘alam.

Padahal, harga visa bisa $1200 – $11000 naiknya. Tiket hangus $2000 – $2500 dan harus beli lagi, biaya upgrade maktab bisa $4000 sendiri padahal hanya 3 hari, mau tak mau pilihannya 2. Jamaah tambah biaya, downgrade fasilitas, atau dua-duanya, ya nambah dan ya downgrade. Tergantung harga kesepakatan dengan penyelenggara, bukan harga jual. Karena kalau sudah harga jual sudah ada komponen agen fee, managemen, dll.

Paketan Visa Furoda
Yang menggunakan visa furoda ada juga yang tidak ambil paket Land Arrangement. Hanya visa saja. Ucluk-ucluk jalan sendiri ke Mekkah dengan tiket yang dibeli sendiri. Bisa seperti itu? Bisa? Tinggal kesepakatan saja apa ambil visa saja, LA Visa Tanpa tiket, atau full paket dengan maktab upgrade, hotel view Kabah, semua bisa. Ada loh yang pakai visa furoda, penerbangannya pakai pesawat jet charteran. Money talk.

***

Untuk penyelenggara, sampaikan kondisi terkini ke agen/marketer/jamaah. Agar jamaah dapat gambaran apa yang akan dia dapat pada paket tersebut.

Sejatinya, salah satu syarat yang akan daftar Furoda adalah siap berangkat siap tidak. 50%:50%. Nggak usah janji muluk-muluk. Karena jika gagal, meski sudah kelar urusan pembayaran dll, tetap akan diomongin seumur hidup. Bahkan sampe ada yang gak mau nyapa lagi. Padahal awalnya berteman akrab.

Untuk agen/marketer, bekali pengetahuan tentang seluk beluk haji furoda. Jika ternyata menggunakan visa non haji, jangan lah bilang haji furoda.

Cara mudahnya adalah kalau visanya keluar jauh-jauh hari dan butuh VFS, maka itu bukan visa haji. Kalau visanya ditempel di paspor, itu bukan visa haji. Karena visa haji bentuknya e-visa yang diprint di kertas seperti halnya umroh.

Di sini peran agen/marketer/travel untuk menjelaskan kepada jamaah. Hajinya pakai visa apa. Fasilitasnya apa. Agar clear di awal.

Untuk jamaah, gunakan hak tanya ke agen/travel untuk sesuatu yang belum jelas. Tapi pahami juga bahwa yang diurus travel banyak. Jika ada yang dicuekin, segera intropeksi, apakah sudah pakai bahasa yang sopan atau pakai ngegas?

Jamaah yang belum berangkat bisa komunikasikan ke travelnya seperti apa langkah selanjutnya. Apakah diberangkatkan tahun berikutnya atau apa. Jangan sudah di tengah jalan baru bilang cancel.

Untuk yang sudah berangkat, nenek bilang, apapun yang terjadi saat menjadi tamu-Nya, maka itulah jamuan dari-Nya. Selamat menikmati jamuan-Nya. Banyaklah bersyukur, karena ribuan orang batal jadi tamu-Nya.

Sebagai penutup, saya mohon agar media apapun itu, berhentilah menyebut haji berangkat cepat adalah haji undangan raja. Karena asumsi masyarakat jika undangan raja adalah fasilitas VIP.

Salam,
Mbak Butet (Elly Lubis)
11 Dzulhijjah 1443H.

Written by teraju

Seminar dan Pelatihan Pelayan Kaum Perempuan Daerah Belimbing Raya

Ana Karyani Nahkodai Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kabupaten Melawi