Oleh: Paulus Florus
teraju.id, Pontianak – Berkorban bagi kebaikan atau keselamatan sesama memang dianggap mulia dan dianjurkan oleh semua agama. Apa maknanya? Bagaimana mengimplementasikannya?
Kasus yang menimpa saya ini, menjadi tersangka kejahatan, demi melindungi teman teman yang dulu “anak buah saya” di Perusda, apakah ini jalan pengorbanan? Dan dikehendaki oleh Yang Mahakuasa? Saya tidak mampu menjawabnya. Yang saya rasakan adalah bahwa saya ikhlas untuk menjalaninya.
Saya memang sangat mudah kasihan kepada siapapun yang sedang ada masalah atau musibah. Jeleknya, saya mudah ditipu. Sudah banyak kali saya tertipu. Orang pinjam uang, minta tolong karena musibah, misalnya, segera saya bantu. Belakangan baru saya tahu, itu penipuan. Namun semua pengalaman ditipu itu tidak ada yang sampai membuatku menderita. Apakah itu termasuk jenis pengorbanan kecil? Atau, apakah membiayai pendidikan adik- adik dan para sepupu (kami membiayai 7 orang sampai tamat sarjana) boleh disebut pengorbanan? Tetapi kedua anak kami hanya kami biayai ketika di Taman Kanak-kanak. Selanjutnya, mereka terus dapat beasiswa sampai sarjana. Yang seorang bahkan segera meraih gelar doktor. Semua karena beasiswa. Itu berkat luar biasa.
Dalam kasus Perusda ini, kontraktor menipu Panitia, dan Panitia melanjutkannya kepada saya. Tetapi saya yakin, Panitia pasti tidak sengaja dan tidak ada maksud menipu dan menjerumuskan saya. Maka mereka perlu dilindungi.
Jika pengadilan putuskan saya harus menjalani hukuman, entah berapa tahun, Tuhan pasti kuatkan saya. Saya dan keluarga pasti menderita. Namun kalau para anggota Panitia yang terhukum, maka penderitaan mereka lebih berat. Karena anak anak mereka masih kecil, tidak ada yang mencari nafkah untuk keluarga.
Saya tidak paham proses pengadilan. Yang saya tahu, itu bukan murni hukum, tetapi campuran dengan politik, uang, emosi dan lobby. Kalau saya dipenjarakan, mungkin ada hikmahnya. Tuhan tetap Mahabaik dan Mahaadil. Doa saya: tidak sampai meninggal di penjara.