in

Debar-debar Anak Belajar di Sekolah


Oleh: Nur Iskandar

Tadi malam Jibi gelisah tidur. Menurut ibunya, keinginan untuk masuk sekolah besar sekali. Rasanya dia sudah tak sabaran untuk segera masuk kelas.

Memang sejak seminggu terakhir kawan-kawan sekelasnya telah masuk sekolah. Jumlah mereka dibagi menjadi dua dan masuk bergantian. Ada waktunya tatap muka di kelas, dan ada yang mengikuti pembelajaran via daring. Maka saat kawan-kawannya masuk kelas seminggu lalu, Jibi yang online. Kini hari Senin, 30 Agustus giliran…

Di hari Minggu, emaknya Jibi telah menyiapkan seragam merah putih dengan topi dan dasi. Juga sepatu dan kaos kaki. Semua buku pelajaran tersusun rapi di dalam tas. Semua pekerjaan rumah yang mesti dibawa telah disimpan di dalam tas.

Saya turut mengecek isi dalam tas sebelum bergerak ke sekolah. Selain buku pelajaran juga terpenting di masa “pandemi” Covid-19 ini adalah masker dan handsanitizer. Saya lihat sudah lengkap. Dan satu lagi yang tak kalah penting adalah bekal makanan.

Di dalam persiapan berangkat ke sekolah, emaknya Jibi wanti-wanti soal pakai masker dan cuci tangan sebelum makan. Juga untuk sementara di masa “pandemi” tidak bersalaman tangan dengan guru dan kawan-kawan di sekolah. Ibadah sunnah yang diketahui dapat menggugurkan dosa buat sementara ditinggalkan dan diganti dengan kewajiban yang lain, yakni menjaga kesehatan diri dan juga lingkungan yang lebih luas. Sebabnya ya corona yang telah masuk Indonesia dari Wuhan sejak 1.5 tahun silam.

Jarak dari rumah kami di Purnama ke Perguruan Mujahidin ditidaklah jauh. Hanya 10 menit perjalanan sudah sampai. Di pagar luar sekolah sudah berderet kendaraan para orang tua murid yang mengantarkan anaknya. Di perguruan ini cukup lengkap mulai dari TK, SD, SMP, SMA. Juga ada MTs dan MAS.

Sepanjang perjalanan pun terasa ramai dengan kendaraan lalu lalang. Sebagian besar kendaraan memuat anak-anak berseragam sekolah masing-masing. Tampak kalau hari ini terasa lebih bergairah dari sebelum-sebelumnya sambil dada berdebar-debar apakah situasi semakin kondusif atau akan ada ledakan lagi yang menyebabkan kita tarik lagi anak-anak belajar dari rumah. Bahkan kita-kita pun work from home? Ikhtiar kita semua untuk tetap dapat menguatkan “herd immunity” dan berharap Allah SWT mengangkat Covid-19 ini dari muka bumi.

Jibi senang berada di dalam kelas. “Papa jemput kembali pukul sembilan ya Nak…” Dia mengangguk. Wajahnya senang berjumpa guru dan teman-temannya. Sesuatu yang dia rindukan setelah menjalani masa Taman Kanak-Kanak yang tidak penuh karena di masa Pandemi. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

kerupuk basah

Temet Menyatukan Keluarga

Rike Rahayu dan Yoas Tirta Juarai Duta Bahasa Kalbar 2021