in

Diar Andiani dan Hidup-Mati untuk AFS–A Beautiful Soul–Catatan In Memoriam

Hari ini, hari baik bulan baik, Jumat, 7 Mei 2021–tepat hari ke-25 Ramadhan kami keluarga besar AFS Internasional melalui Kantor Pusat Bina Antarbudaya memperingati 17 hari wafatnya Diar Andiani. Dia adalah relawan terbaik di mana sepenuh hati berdedikasi untuk organisasi relawan yang bergerak di bidang pembelajaran lintas budaya–American Field Service–AFS. Di Indonesia, kantor pusatnya bernama Bina Antarbudaya dengan alamat Jakarta. Diar “pergi” terlalu muda bagi kami semua.

Dalam acara berlangsung secara daring diikuti 37 relawan seluruh Indonesia, ibunda Almh Diar Andiani tak kuasa membendung bulir air mata yang tumpah. “Diar anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Dia sangat perhatian kepada saya dan ayahnya, juga kepada adik-adiknya. Sebelum berangkat kemana-mana pasti pamit. Kalau liburan selalu mengajak serta. Bahkan sebelum dia menghembuskan napasnya yang terakhir dia katakan apa yang menjadi miliknya adalah untuk keluarga.”

Diar Andiani (1971-2021)

Sambil menyeka air mata dengan kalimat terbata-bata, ibunda kembali menyatakan terimakasih atas segenap perhatian Bina Antarbudaya, termasuk kedatangan returnee, Gubernur DKI Jakarta, Prof Dr Anies Baswedan serta tokoh nasional Prof Dr Arief Rachman.

“Diar berkata kepada saya bahwa hidup matinya untuk AFS. Ia mau melakukan penelitian agar bagaimana AFS bisa ditumbuh-kembangkan. Cuma sayang, sampai dia wafat, penelitian itu belum berhasil dirampungkannya.”

Acara yang dimulai pukul 15.30 hingga 17.00 itu dibuka oleh anggota Dewan Pembina sekaligus National Director AFS sejak 1982 serta salah satu Pendiri Yayasan Bina Antarbudaya di tahun 1985, Irid Agoes. Dengan suaranya yang serak-serak parau, saudara kandung Prof Dr Arief Rachman ini menyatakan bahwa wanita lulusan Psikologi, Universitas Indonesia itu telah meninggalkan sebuah legacy bagi Bina Antarbudaya. “Legacy itu hendaknya diteruskan dan ditingkatkan oleh para volunteer sebagai amal jariyah bersama di dalam organisasi maupun masyarakat.”

Baca Juga:  Persembahan Sembilan Puluh Delapan Siswa-Siswi Terbaik sebelum Menjalani Kehidupan sebagai Siswa Pertukaran Pelajar ke Luar Negeri

Sinta Kaniawati selaku Ketua Dewan Pengurus Binabud lebih menekankan kedekatannya bersama Diar. Bahwa wanita murah senyum berkacamata itu sosok periang, gembira, dan tidak pernah mengeluh. “Kami kerap kali bersama dalam berbagai kegiatan. Kalau situasi lagi penat, dia sanggup menghibur dengan suaranya yang merdu. Kak Diar pintar bernyanyi.”

Dewan Pembina Binabud, Asmir Agoes menambahkan, bahwa selama bekerja dalam amatannya, Diar Andiani memang tidak pernah mengeluarkan kata-kata bernada sombong. Bahkan di dalam situasi sulit sekalipun dia selalu tampil menolong.

Asmir mengenang sebuah peristiwa di mana Kedutaan Besar AS pernah meminta koreksi ulang atas seleksi Youth Exchange and Study (YES). Di sana Diar tampil sebagai pekerja keras yang sanggup mengatasi keadaan. “Dia no escape person…” Kenang Asmir.

Direktur Eksekutif Binabud, Nina Nasution melengkapi kenangan terhadap Diar yang lahir pada 23 Februari 1971 tersebut dengan membacakan biodata singkatnya. Bahwa Diar adalah returnee pertukaran pelajar dari Indonesia ke Canada pada tahun 1988-1989. Ia pernah bekerja di berbagai perusahaan untuk bidang sumber daya manusia dan training, dan sejak 2002 mengemban amanah di Kantor Pusat Binabud dengan seabrek-abrek program lokal maupun internasionalnya.

“Bersama Binabud Kak Diar keliling dunia sejak Malaysia, Thailand, Turki, Amerika Serikat hingga Tanzania.”

Acara yang dipandu dengan khidmat oleh Farhan memberikan kesempatan kepada rekan sejawat dan kolega di Binabud yang hendak memberikan testimoni terhadap Diar Andiani. Maka kesempatan diberikan sebesar-besarnya bagi peserta dalam jaringan.

Diar Andiani (ketiga dari kiri) mendampingi Asmir Agus saat pembentukan Chapter Pontianak di tahun 2013. Foto Dok Chapter Pontianak.

Anggota Dewan Pembina Djoni Darmadjaja bicara lebih dahulu. “Pernah bersama Kak Diar ke AS untuk urusan ‘sending’ dan setelahnya kami bersua orang tua ‘host family’ anak saya saat mengikuti program di AS. Di sana Diar ceria sekali. Kenapa? Karena di AS tidak ada body shaming.”
Diar, sambung Djoni merasa sepanjang kegiatan di AS tak ada yang menanyakan berat badannya seperti di Indonesia yang diistilahkan dengan body-shaming. “Banyak peserta yang lebih subur dari Diar. Saya selalu ingat hal yang satu itu,” kenangnya.

Baca Juga:  “Tribute to Indonesia” Farewell Party untuk Siswa-Siswi Asing dari 2 Negara

Ketty Darmadjaja putri dari Kak Djoni Darmadjaja lain lagi. Kediamannya dekat dengan Diar. Bertetangga. Sama-sama di kawasan Rawamangun. “Ketika Kak Diar berhasil membeli mobil, keakraban kami semakin kental. Kerap antar-jemput sehingga karaokean pun bersama.”

Air mata tumpah dalam kenangan bersama Koordinator Sending, Sari Tjakrawiralaksana. “Kenangan terindah bersama Kak Diar bahwa dia adalah mentors sejati saya. Ia juga rajin menulis sehingga semua prosedur dibuatkan modul. Ketika saya bergabung di Kantor Nasional tidak ada yang dimulai dari nol. Semua sudah dipersiapkan Kak Diar, sehingga saya tinggal mengembangkan saja.”
Kak Sari yang berusaha bercerita dengan kenangan indah tak sanggup menahan rasa kehilangan mentorshipnya sambil mengupas rentang networking atau jejaring Kak Diar yang luar biasa luas, sehingga memuluskan berbagai program. Kak Diar pintar bergaul. Baik bersama Kedubes, Kemendikbud, bahkan bisa sampai ke Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Hal yang sama disampaikan Ketua Chapter Bali, Dewa Windu. “Sepanjang lebih dari 5 kali berkegiatan di Chapter Bali tampak sekali Kak Diar pekerja keras yang gembira berhadapan dengan siapa saja. Semoga Almarhummah dibalas-berlipatganda segenap kebaikannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Damai di alam sana.”

Baca Juga:  “Tribute to Indonesia” Farewell Party untuk Siswa-Siswi Asing dari 2 Negara

Testimonial juga disampaikan sahabat dekat Diar, Anggie Hall yang kini menetap di London namun tetap membantu Binabud. “Kami sama-sama alumni Psikologi jadi cocok. Saling curhat.”

Kenangan juga disampaikan Denisa, Nalom Aziz dan Heidy Utami. Sementara sebab keterbatasan waktu, teman dan sahabat hanya bisa komentar singkat di kolom chat Zoom Meeting.

Ratih misalnya menulis: Diar adalah teman seangkatan dan dia orang yang sangat sabar yang saya kenal, masih kaget kalau dia sakit, semoga almarhummah diterima di sisi Allah Swt. Bela sungkawa saya sama keluarga dan keluarga besar Bina Antarbudaya.

Ria Welastri: Selamat jalan Kak Diar sayang. Ditempatkan Allah di tempat terbaik. Keluarga ikhlas dan sabar.

Deena Soedikto: Kak Diar sosok yang tulus dan mengayomi. Buat saya Kak Diar bukan hanya rekan kerja tetapi juga seperti kakak sendiri. Sosok yang berempati, mengakomodasi, riang, pekerja keras, dan ramah menjadi hal-hal yang berkesan baikselama beliau hidup dan sampai sekarang beliau sudah tiada. Semoga Allah menghapuskan dosa-dosanya almarhummah dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Amiin.

Fonnyta Amran: Kak Diar adalah temen kerja yang menyenangkan, selalu suportif dan selalu sabar. Banyak banget kenangan manis bersama Kak Diar. Mendoakan Kak Diar mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah Swt. Dukacita sedalam-dalamnya kepada keluarga semoga ditabahkan dan dikuatkan.

Seluruh testimoni menceritakan kenangan dalam suka-duka diliputi senyum gembira maupun seka air mata.

Acara mengenang 17 hari Kak Diar Andiani ditutup dengan selayang pandang foto aktivitas bersama almarhummah di mana secara keseluruhan menggambarkan figur Diar Andiani sebagai sosok dengan identitas hati yang cantik atau berjiwa mulia: A Beautiful Soul. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

Ketua FKPT Kalbar: Kampanye Perdamaian Harus Terus Dilakukan

Ibadah Sosial Melalui Zakat