Oleh: Ambaryani
Dilema mahasiswa swmeater akhir sempat saya alami sebelum akhirnya kembali on track. Proposal yang sudah diseminarkan dan sudah selesai direvisi mandek 3 bulan. Januari hingga Maret.
Saat itu samangat kuliah seakan begitu jauh, dan sulit dikembalikan. Padahal saya tau, batas penyelesaian studi tidak lama lagi. Hanya entahlah, apa penyebab sebenarnya. Kalau alasan kerjaan, dari awal memutuskan kuliah saya sangat sadar akan resiko kembali melanjutkan sekolah nyambi kerja plus ibu rumah tangga. Tentu waktu luang tidak akan banyak, tega juga dibagi sedemikian rupa. Saya kirim wa ke teman di kelas sebelah yang dari awal tes 1 visi. Tuntas tepat waktu.
“Neng gimana perkembangan proposalnya? Udah seminar?”
“Boro-boro kak, disentuh lagi aja belum”
Kami ngobrol via wa. Teman coba menganalisa mengapa kami sama-sama kehilangan semangat 45 untuk menyelesaikan yang sudah kami mulai. Kesimpulan dari pembicaraan kami, banyak faktor yang mempengaruhi. Kami yang harus serba online, tidak merasakan sangat ‘kampusnya’, karena banyak yang kuliah dari kamar tidur, dari cafe, dari tempat kerja malahan. Selain itu, titik jenuh muncul dengan rutinitas yang padat ditambah date line perkuliahan semester genap yang akan seegra berakhir. Itu memeberikan tekanan tersendiri, salah-salah bisa benar-benar hilang dari peredaran penuntasan kuliah.
Saya yang sudah mengarap tesis setengah jalan menguatkan niat untuk mengusir titik jenuh jauh-jauh. Saya menghadap pembimbing tesis Ibu Sri Maryuni, yang selalu siap diajak diskusi.
“Bu, saya mentok. Saya harus diskusi dengan ibu, harus diapakan tesis saya? Boleh saya menghadap ibu?”
“Boleh mba, saya ada di LP3M”
Saya temui beliau, saya ceritakan apa adanya situasi yang saya alami. Ibu memberikan arahan begini dan begitu. Saya ikuti arahan beliau, lakukan sesuai petunjuk. Cari data, olah, konsultasikan, cepat perbaiki sesuai koreksi.
Sangat bersyukur diberikan atasan dan rekan kerja yang pengertian. Pekerjaan dapat diselesaikan dengan disambi-sambi. Jika diturutkan, memang tak kuase bahasa Melayunya. Tesehe-sehe dari ujing A. Yani dekat Supadio, ke Untan, balik lagi putar sana-putar sini.
Tapi sekali lagi, apa yang sudah dimulai harus disudahi. Tantangan terberat dari semua dilema mahasiswa semester akhir adalah diri sendiri. Jika ada kemauan, tentu akan ada 1000 jalan dan Allah beri kemudahan. Tapi sebaliknya, jika kemuan sudah hilang akan ada 1000 alasan untuk tidak bergerak dan terus berdiam. Waallahua’lambissowaf.