Oleh: Bela Safhira
Tanpa terasa bulan Ramadan hampir selesai. Setelah Ramadan pergi, umat Islam akan menutupnya dengan melaksanakan salat ied. Mereka berbondong-bondong menyemarakkan anjuran Islam dengan melakukan salat sunnah berjamaah, pakaian serba baru dan hal-hal lain juga yang serba baru.
Ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum taqabbal ya karim” mendominasi di sosial media. Tidak hanya itu, ucapan saling memaafkan sekaligus bersilaturahmi ke rumah saudara atau kerabat dan serta bisa mengekspresikan kebahagaiaan setelah menjalani hari penuh berkah di bulan Ramadan yang mulia ini.
Perayaan Idul Fitri juga memiliki sejarah panjang dari zaman Nabi. Sebuah riwayat menceritakan tentang asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri disyariatkan pada tahun pertama bulan Hijriyah, namun baru dilaksanakan setelah tahun kedua Hijriyah. Hari tersebut bertepatan dengan peristiwa Badar, ketika kaum muslimin meraih kemenangan perang skala besar untuk pertama kalinya.
Jauh sebelum Islam datang, masyarakat Jahiliyah di Arab telah memiliki dua hari raya, yaitu hari raya Nairuz dan Mahrajan yang dirayakan dengan sambutan pesta pora yang tidak bermanfaat. Masyarakat memperingati dua hari raya Id dalam setahun di mana kondisi cuaca panas dan dingin stabil.
Kemudian, setelah Islam datang, Allah mengganti isi peringatan kedua hari raya masyarakat Arab dengan ekspresi kebahagiaan yang jauh dari kandungan dosa. Abu Dawud dan An-Nasai mendokumentasikan kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Madinah pada 622 M. Diawali dengan kesinggahan di Quba, pinggiran kota Madinah, Nabi Muhammad SAW mendapati dua hari raya yang berlaku sejak lama di masyarakat Nairuz dan Mahrajan.
Sahabat Anas RA bercerita bahwa ketika Rasulullah SAW mendatangi Madinah, masyarakat setempat telah memiliki dua hari raya yang mana mereka bermain dan berpesta pora di dalamnya. “Allah telah menggantikan keduanya dengan dua hari raya yang lebih baik bagi kalian, yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri,” kata Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah.
Pada perayaan Idul Fitri pertama, kaum muslim merayakan dua kemenangan perdana yakni pencapaian ritual puasa Ramadan setelah berjuang menahan lapar, haus dan hawa nafsu, sekaligusnjuga keberhasilan dalam Perang Badar. Makna kemenangannya pun memiliki dua perspektif, spiritual dan sosial. Seiring dengan turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadan pada tahun ke-2 Hijriyah, maka turunlah hadits tersebut oleh Rasulullah.
Pada tahun ke-2 Hijriyah ini juga bertepatan dengan peristiwa Badar. Peperangan yang terjadi pada 17 Ramadan tersebut karena aksi monopoli pasar dan blockade aktivitas dagang oleh kaum Quraisy Mekah terhadap muslim Madinah. Pasukan yang dipimpin oleh Abu Jahal tersebut membawa pasukan besar sekitar 1.000 tentara lengkap dengan peralatan perang, sedangkan Nabi dari arah Madinah hanya membawa 300 sahabat yang kemudian menuju Badar.
Meski jumlah pasukan Nabi jauh lebih kecil dibandingkan kaum kafir tersebut, atas izin Allah kaum muslimin berhasil meraih kemenangan yang menakjubkan. Melihat dari sejarahnya, tak heran jika Hari Raya Idul Fitri kerap disebut sebagai Hari Kemenangan.
Makna dan Tradisi
Jika dahulu Idul Fitri adalah perayaan dari kemenangan perang, maka saat ini Hari Raya Idul Fitri menjadi perayaan dari kemenangan menahan nafsu, haus dan lapar saat berpuasa satu bulan lamanya di bulan Ramadan.
Dari cerita di atas dapat kita ketahui bahwa Hari Raya Idul Fitri adalah hari yang sangat penting dan istimewa bagi umat muslim. Banyak makna yang dapat kita ambil dari hari suci ini. Dari mulai saling memaafkan, memperbaiki diri untuk lebih baik lagi, bersilaturahmi dengan sanak saudara atau teman sebaya.
Hari Raya Idul Fitri adalah perayaan besar yang menjadi momen kemenangan bagi seluruh umat Islam yang ada di dunia. Momen kemenangan ini dicapai setelah umat muslim menjalankan ibadah puasa dengan berjuang mengendalikan nafsu dan berbagai keburukan di bulan Ramadan.
Dilihat dari sejarahnya Hari Raya Idul Fitri sangat bermakna bagi umat muslim di seluruh dunia. Banyak yang bermakna dari Hari Raya Idul Fitri, dari kedatangannya selalu disambut dengan suka cita, dijalankan dengan ikhlas, dan masih banyak hal bermakna dari Hari Raya Idul Fitri.
Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum yang ada satu tahun sekali, maka dari itu banyak orang ingin tampil menarik di hari tersebut. Ini sudah menjadi tradisi perayaan yang dilakukan sejak zaman nabi dahulu. Idul Fitri atau lebih sering disebut lebaran bukan sekedar tentang hari perayaan, pakaian baru dan hal-hal lain yang serba baru.
Hari Raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat ditungu-tunggu oleh seluruh umat Islam di dunia. Karena pada hari tersebut hari kemenangan umat Islam, banyak makanan tersedia pada hari tersebut, selain itu juga Hari Raya Idul Fitri sangat identik dengan baju lebaran.
Selain makanan dan baju baru, Hari Raya Idul Fitri juga mempunyai tradisi yang hanya dilakukan pada hari itu saja yaitu salat Ied. Dari mulai anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua berbondong-bondong ke mesjid untuk melaksanakan salat Ied. Meskipun salat Ied tidak hanya dilakukan pada Idul Fitri tetapi juga pada Hari Raya Idul Adha juga tetapi salat Ied masih menjadi tradisi bermakna karena hanya terjadi 2 kali setahun.
Sebelum menjelang Hari Raya biasanya para ibu mengajak anak dan suaminya untuk kerja bakti membersihkan rumah atau halaman agar terlihat lebih rapi dan bersih. Ada yang mengelap kaca, memotong rumput, mencuci gorden, lap lantai dan sebagainya.
Selain salat Ied ada salat lain yang dilaksanakan pada bulan puasa hari raya Idul Fitri yaitu salat Taraweh. Salat Taraweh dilaksanakan setelah salat isya yang dilakukan sebanyak 8 rakaat ditambah witir 3 rakaat.
Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada tanggal 21-22 April 2023. Semua bahagia terpancar karena hari kemenangan akan tiba. Setelah menjalankan puasa sebulan penuh akhirnya hari yang ditungguu-tunggu tiba juga. Mari sama-sama kita ucapkan Minal Aidzin Walfaizin Mohon Maaf Lahir Batin. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H.
*) Mahasiswi Universitas Tanjungpura Pontianak Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia