Oleh: Tantowi Yahya
Ahmad Dhani adalah jenius. Once menyebutnya sebagai musisi paling kontroversial di Indonesia. Karyanya banyak dan sebagian akan jadi klasik. Sebagai seniman, penggemar dan pemujanya banyak. Sebagai politisi dan pengamat sosial, musuhnya tak kalah banyak. Ahmad Dhani adalah manusia yang hidup di antara pujaan dan umpatan ekstrem.
Saya mengenal Dhani sejak awal 90 ketika Dewa 19 beranjak tenar. Jarang bertemu tapi ketika bertemu hangat sekali. Ngobrol dengan Dhani tidak akan bisa sepenuhnya lepas dari masalah-masalah sosial dan politik. Selain musik, passionnya memang di situ. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Berpolitik adalah hak azazi. Untuk yang berseberangan, Dhani adalah musuh besar. Tapi menariknya, banyak di antara musuh besarnya itu adalah juga fans fanatiknya.
Konser Dewa 19 selalu sold out, baik di dalam maupun di luar negeri. Yang di Kuala Lumpur bulan September nanti bahkan harus dibuat dua kali karena besarnya permintaan. Dewa 19 itu adalah Dhani. Tidak semua penggemar Dewa 19 itu berasal dari kubu politik yang sama dengan Dhani, banyak juga yang dari kubu lawan. Di sinilah hebatnya kita, penonton Indonesia. Kita dewasa. Kita bisa membedakan kapan Dhani sebagai Dewa 19, kapan dia sebagai politisi.
Berada di antara ribuan penonton konser Dewa 19 di mana Ahmad Dhani adalah dirigennya, kita merasakan atmosfer kedamaian. Musik memang bahasa hebat. Dia bisa menyatukan perbedaan, meredam kebencian dan menebar persahabatan. Tapi yang lebih hebat lagi penonton Indonesia. Kita tahu kapan harus berdebat dan berbeda pandangan, kapan harus bersatu.
Jayalah musik Indonesia. Maju terus Ahmad Dhani. Maju terus Dewa 19!