in

Kilas Cerita Ramadanku

Oleh: Nur Wella Fadhilawati*


Marhaban ya Ramadan, kata yang selalu dinanti-nanti untuk diucapkan. Ramadan menjadi bulan yang ditunggu umat muslim di seluruh dunia, tidak terkecuali dengan saya. Tahun ini menjadi tahun kedua menjalankan puasa di rantauan yang jauh dari rumah. Beberapa tahun terakhir menjadi lebih bermakna karena peringatan tahun kelahiran berbarengan dengan Ramadan.

Untuk mengisi kekosongan selama Ramadan tahun ini supaya lebih bermakna dan berarti, saya isi dengan mengikuti choacing class pranikah yang diselenggarakan pada tanggal 12 Maret, 26 Maret dan 2 April 2023. Choaching class ini menjadi salah satu program dari Komunitas Sehati yang diketuai salah satu dosen saya di Program Studi Psikologi Islam, yaitu bu Ema Zati Baroroh, M.Psi., PSIKOLOG. Pada kegiatan ini selain diisi seminar oleh pemateri-pemateri yang ahli di bidangnya, program ini juga menyediakan fasilitas untuk berkonsultasi langsung kepada pemateri.

Selama mengikuti choaching class ini saya jadi tahu bahwa sebelum menikah banyak sekali yang harus disiapkan, mulai dari diri sendiri yang harus berdamai dengan masa lalu, jangan sampai menjadi polemik di dalam rumah tangga, fisik dan psikis yang sehat, komunikasi yang baik juga menjadi penentu langgengnya rumah tangga, serta hal-hal kecil yang tidak luput dari perhatian.

Baca Juga:  Mahasiswa KKL, Buatlah Proker yang Bernilai Bagi Masyarakat

Selain kegiatan itu, saya menjalani rutinitas harian. Saya yang menentukan menu untuk sahur dan persiapan berbuka mandiri karena jauh dari rumah. Meski terasa berat, saya merasa beruntung walaupun di rantauan masih bisa menikmati berkahnya Ramadan bersama teman satu kos. Dan saya ingin berterima kasih kepada Dwinur yang selalu menjadi patner selama Ramadhan tahun ini.(*Mahasiswa Prodi Psikologi Islam IAIN Pontianak)

Written by teraju.id

Dua Bekal Utama Ramadan

Pemberantasan Korupsi