Oleh: Arif Wibowo*
Perayaan hari raya idul fitri merupakan penyempurna bilangan puasa, dengan mengagungkan asma Allah, atau biasa disebut perayaan kemenangan umat Islam. Kemenangan tersebut merupakan simbol melawan hawa nafsu setelah sebulan penuh puasa. Hari kemenangan biasa disambut dengan pagelaran yang bermacam cara sesuai tradisi dan budaya terutama bagi muslim di Indonesia.
Islam sebagai agama dominan warga Indonesia, dengan populasi muslim mayoritas yang tersebar di berbagai penjuru nusantara dari Sabang sampai Merauke, sesungguhnya telah memberikan pemahaman bagi ummatnya makna persaudaraan. Ini terbukti dengan toleransi perbedaan agama, suku hingga warna kulit. Hubungan ini selalu erat terjalin dengan tetap menjalin persaudaraan dan berkunjung dengan rekan maupun saudara yang berbeda keyakinan, tertuang dalam sabda Rasulullah SAW. “Orang mukmin itu akrab dan bersatu. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersatu dan tidak akrab.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani dan Al Hakim).
Melalui semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, dapat diartikan berbeda-beda tetapi tetap satu, beraneka ragam perbedaan tetap menjunjung toleransi. Dengan semboyan tersebut negara hadir untuk memberikan rasa damai. Lalu apa damai melalui ikhuwah konstitusional? Cukup sederhana kita memahaminya. Sebagai warga negara Indonesia telah lama memahami Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 memberi kejelasan dalam perlindungan hak konstitutional warga negara sebagai hak asasi yang paling dasar yang tidak boleh dilanggar oleh siapa pun, dimana negara menjamin bagi warga negara kemerdekaan beribadat sesuai agama dan keyakinan masing-masing, implementasi dari konsittusi mengajarkan kita saling menghormati/ toleransi terhadap agama maupun kepercayaan orang lain.
Menyambut 1 Syawal 1444H di penghujung Ramadan ini mari kita bersiap melepas bulan Ramadan bulan yang penuh mulia ini dan menyambut bulan Syawal dengan merayakan hari Raya Idul Fitri dan dapat mengambil hikmah menahan nafsu dan puasa sebulan penuh yang telah kita tunaikan. Semoga kita lebih memahami makna sabar, menguatkan ukhuwah wathaniyah serta memahami makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam damai lebaran 1444 H dan hikmah ini kita jadikan pedoman untuk hidup berdampingan dalam perbedaan serta menjadikan perbedaan lebih mempererat persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga Allah SWT selalu menurunkan berkah dan meningkatkan Indonesia sebagai baldatun pemberi kedamaian, kesejahteraan dan merawat persaudaraan. Semoga konstitusi tetap berdiri, mewujudkan masyarakat yang damai dan adil serta menyadarkan bahwa Indonesia terkenal dengan negara toleransi.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H
(*Dosen Fakultas Syariah IAIN Pontianak/Akademi Riset LP2M IAIN Pontianak)