in

Muhsinin Club, Bukan Grup Gegap Gempita

Sebenernya udah lama nahan untuk publikasi keluar. Sangat banyak kegiatan Muhsinin Club yang kami dokumentasikan, tetapi kami tampilkan kembali ke dalam grup. Publikasi ke internal saja, toh dana nya juga dari internal.

Tetapi makin saya dan Kang Dewa Eka Prayoga diam, gak publikasi, cara publik mendefinisikan Muhsinin Club jadi bias juga.

Maka beginilah Muhsinin Club, jauh dari mobil gemerlap, paling kalo ada yang punya mobil mewah satu dua orang aja, dari seratus lebih anggota.

Pakaian juga biasa, kompakan pake kaos dan rompi, gak ada atribut mentereng apa-apa.
Aktivitas rutin ya ke pondok-pondok, bagi-bagi, terus makan-makan sederhana di rumah member. Sederhana aja. Gak ada kunjungan ke restoran yang daging steak nya jutaan kayak di channel-channel youtube flexing.

Ya, pada akhirnya, club ini hanya memagnitude kepedulian orang baik. Yang biasa sepuluh poin, karena ngumpul, jadi bisa jadi seribu poin. Niatnya kesini. Memperbesar maslahat.
Maka siapapun yang mau masuk Muhsinin Club supaya dapat status, dapat prestise, dapat sorotan keren ini itu, ya gak nyambung blasss.

Apalagi kalo masuk sini, mau ketemu sama orang kaya, yang rumahnya megah-megah. Banyak yang kediamannya masih masuk komplek menengah bawah, bahkan masuk gang. Mobil gak bisa masuk.

Begitulah kira-kira. Club ini didirikan Kang Dewa, jadi value Kang Dewa yang tegak di club, liat aja cara hidup kang Dewa, antara kemampuan dan apa yang dibelanjakan, ya begitulah Muhsinin Club.

Maka begitu juga yang ngerasa mobilnya biasa aja, rumahnya biasa aja, tapi siap nge gas tiga ratus ribuan sedekah sehari, udah bisa join Muhsinin Club. Se enteng itu aja, saringannya.
Begitu lah kira-kira. Bukan grup gegap gempita, atau selebrasi ini itu, club sosial biasa aja. Bagi-bagi daging, bangun kepedulian ke berbagi entitas dakwah.

(Ustadz Rendy Saputra, Narator Bangsa)

Written by teraju

Tiba-Tiba Tenis: Tiba-Tiba Tiket Ludes 5 Menit dan 9 Juta Views di Youtube

Satu Kata untuk Piala Dunia 2022 di Qatar: Beda!