in

Paskah dan Kasih dalam Keluarga

Oleh: Nia Kristina

Ketika mendengar kata Paskah, saya teringat kembali momen Paskah yang sudah saya
lalui di tahun lalu. Di mana setiap hari Paskah kami selalu mengadakan kegiatan perlombaan
untuk mewarnai telur Paskah— telur yang sudah direbus. Kegiatan ini dikhususkan untuk anak-anak sekolah minggu. Mereka sangat senang sekali mewarnai telur karena kegiatan ini hanya dilakukan satu tahun sekali.

Sebelum menjelang hari raya Paskah umat bisaanya umat selalu mengadakan pengumpulan telur, bagi yang ingin menyumbangkan telur bisaanya di antarkan ke lingkungan Pastoran, pengurus umat, dan teman-teman OMK (Orang Muda Katolik). Sebelum mengikuti kegiatan Misa atau perayaan Sabda umat selalu mengadakan kegiatan merebus telur bersama-sama, telur yang sudah mereka rebus nantinya akan dibagikan kepada seluruh umat yang mengikuti misa atau perayaan sabda pada hari Paskah.

Esensi Paskah
Paskah adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gereja. Bagi umat kristiani, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai “anak domba Paskah”, umat kristiani hingga saat ini peraya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan pada hari Jumat sore, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antar orang mati di hari minggu pagi. Paskah merayakan hai kebangkitan tersebut merupakan perayaan yang paling terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus, seperti yang tercatat di dalam
keempat Injil di Perjanjian Baru. Perayaan ini juga dinamakan Minggu Paskah, Hari Kebangkitan, atau Minggu Kebangkitan.

Paskah juga merujuk pada masa di dalam kalender Liturgi yang disebut masa Paskah,
yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari
Pekan Suci), hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut diperpanjang hingga
lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang artinya “hari kelima puluh”-hari
ke-50 setelah Paskah, terjadi turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah
dinamakan Oktaf Paskah oleh Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan
Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih, yaitu masa-masa
berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.

Simbol yang paling menonjol di hari Paskah adalah Telur Paskah. Telur yang juga
menjadi simbol hari Paskah mewakili kebangkitan Yesus. Menghiasi telur telah menjadi tradisi
disetiap perayaan Paskah yang telah dilakukan sejak dahulu. Orang akan melukis dan
menghiasi telurnya, untuk menandai akhir priode penebusan dosa dan puasa, kemudian
memakannya pada hari Paskah. Itulah sejarah, makan, dan simbolisme Hari Paskah yang
ditetapkan sebagai hari Raya keagamaan, sekarang ditandai dengan penjualan kartu ucapan,
permen (seperti telur ).

Dalam perayaan Paskah ini setiap keluarga akan berkumpul, mulai dari anak kuliahan
akan pulang ke kampung halaman untuk melakukan kegiatan Misa atau Ibadat Sabda bersama keluarga mereka. Namun ada juga beberapa anak sekolahan yang tidak bisa berkumpul bersama orang tua mereka untuk merayakan Paskah, dikarenakan ada beberapa hal yang memang menjadi kendala.

Paskah dan Kehangatan Keluarga
Paskah adalah momen di mana keluarga bisa berkumpul bersama. Di saat Paskah, tak
sedikit keluarga Kristen atau Katolik yang memanfaatkannya untuk berdoa bersama. Namun,
karena berbagai alasan hal itu kadang tak terwujudkan. Hal ini pernah saya dan teman-teman
rasakan, saat masih duduk dibangku SMP dan SMA, kami tidak bisa pulang kampung
dikarenakan akses jalan menuju kampung mereka tidaklah semulus jalan di kota, tidak
mempunyai kendaraan pribadi juga. Jika ingin pulang kampung kami harus mencari tukang
ojek atau mengirimkan pesan melalu orang lain agar keluarga yang dari kampung bisa
menjemput mereka.

Kami yang tinggal di kampung orang jauh dari orang tua, karena tempat kami sekolah
ada di kecamatan, sedangkan kami orang kampung. Tidak ada sekolah SMP dan SMA di
kampung kami. Meskipun saya dan teman-teman jarang sekali pulang ketika Paskah kami
masih bisa berkumpul dan merayakan Paskah bersama. Beberapa tahun yang lalu saya dan
teman-teman diajak untuk mengikuti kegiatan koor/paduan suara bersama, untuk kegiatan
malam Paskah dan hari raya Paskah.

Meskipun tidak bisa bertemu dengan keliuarga di kampung setidaknya kami masih
bisa merayakan Paskah bersama teman-teman, ibu, dan bapak guru. Sebulan sebelum
memasuki hari raya Paskah kami bisaanya sudah mulai untuk latihan, kami sengan sekali ketika sudah latihan meskipun anggota koornya tidak banyak. Berkumpul dengan mereka banyak memberikan pengalama, kebersamaan mereka selalu sabar mengajarkan kami untuk bernyanyi.

Banyak sekali lagu-lagu rohani Katolik yang kami nyanyikan pada malam Paskah dan di hari
raya Paskah itu sendiri. Sebelum latihan dimulai bisaanya ibu Yulita selalu membawakan buah-buahan dan sambal untuk jadikian rujak, selain membawa buah ibu Yulita juga bisaanya membawakan kami the panas dan kue donat yang sudah ia buat. Tepat kami latihan di dalam gereja, kadangkadang kami selalu duduk dihalaman gereja terlebih dahulu dan mulai bercerita, sambil menunggu anggota koor yang lainnya. Mengikuti kegiatan koor menjadi salah satu kegiatan yang kami lakukan selama masih duduk dibangku SMP dan SMA.

Mungkin Paskah tahun ini saya tidak bisa lagi berkumpul bersama teman, kakak, ibu,
bapak dan anggota koor lainnya, diakrenakan jarak yang sudah jauh, dan tahun ini juga saya
tidak bisa merayakan Paskah bersama dengan kedua orang tua saya. Harapan ke depannya
semoga di tahun yang akan datang saya bisa merayakan Paskah bersama mereka, karena satu
tahun yang lalu saya juga merayakan Paskah sendiri, tidak bisa berkumpul bersama dengan
keluarga, itu bukan menjadi penghalang bagi saya untuk merayakan Paskah sendirian.

Semoga Paskah tahun ini iman kita makin diperkuat, dan saling berbagi kasih.

(Penulis, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Tanjungpura, Pontianak)

Written by teraju

Ekonomi Ramadhan

Sahur dan Anak Rantau