Oleh: Abdurrahman
Pelaksanaan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. di Dusun Sidodadi Desa Sepantai, Sambas, 27 Rajab 1443 atau Minggu malam tanggal 27 Februari 2022 berlangsung dengan lancar dan penuh hikmat. Tentu kelancaran kegiatan ini tidak terlepas dari peranan berbagai komponen yaitu masyarakat setempat, aparatur desa dan pembawa hikmah peringatan Isra’ dan Mi’raj.
Peranan berbagai aspek menjadi kunci kelancaran kegiatan ini terutama pada antusias dan kerjasama masyarakat, mulai sebelum kegiatan peringatan Isra’ dan Mi’raj sampai selesainya kegiatan tersebut. Gotong-royong, kebersamaan serta kerja sama masyarakat setempat sebenarnya menjadi salah satu hasil dari berbagai kegiatan-kegiatan keislaman sebelumnya yang diadakan, karena dengan adanya sifat-sifat tersebut menjadi tanda penerapan nilai-nilai Qur’ani sudah terjalin. Hal ini yang menjadi kelebihan masyarakat setempat dikarenakan bukan hanya semata-mata untuk memperbaiki hubungan kepada sang Khaliq melalui Isra’ dan Mi’raj tetapi tetap menjaga hubungan antar sesama manusia sebagai makhluk ciptaan khaliq.
Tentu kebiasaan-kebiasaan baik tersebut sejalan dengan perintah Allah sebagaimana firman Allah dalam QS. 3: 103, Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara…, maksudnya adalah sebagai umat manusia kewajiban itu pasti harus dilaksanakan sebagai bentuk hubungan yang baik kepada sang Khaliq, begitupun dengan hubungan antar sesama manusia sebagai makhluk, bukan hanya ibadah semata yang dilaksanakan tetapi gotong royong, kebersamaan serta kerja sama itu adalah perintah dan menjadi kewajiban manusia.
Pelaksanaan Isra’ dan Mi’raj tentu salah satu ibadah dan sarana untuk mempererat hubungan kepada Allah (hablun minallah) sedangkan pelaksanaan pembangunan tenda, panggung, dan persiapan kegiatan di lapangan yang dilakukan oleh para pemuda, sesepuh dan para remaja. Penyediaan konsumsi dilakukan ibu-ibu dengan membawa sendiri dari rumah kemudian dikemas kembali dengan lebih baik untuk dibagikan kepada jamaah yang hadir; baik dari dalam maupun luar dusun. Ini merupakan cara untuk mempererat dan menjalin hubungan antar sesama manusia (hablun minannas).
Kearifan-kearifan inilah yang mesti selalu dijaga dan ditingkatkan karena belum tentu di dusun atau desa luar masih melaksanakannya, apalagi di tengah era digital dan peningkatan media komunikasi yang membuat kebanyakan orang tidak memperhatikan lagi orang di sekelilingnya. (*Dosen IAIN Pontianak).