in

Puasa dan Keimanan

Oleh: Moh Yusuf Hidayat*

Al-Quran dan hadits sebagai sumber rujukan utama Islam memuat tiga pokok ajaran. Pertama, akidah, yaitu ajaran yang berkaitan dengan keyakinan yang menyangkut keyakinan kepada Allah, malaikat, para nabi, kitab Allah, dan hari pembalasan. Kedua, akhlak, yaitu ajaran yang menyangkut sifat sifat terbaik seorang hamba kepada Allah, yakni bagaimana hamba berlaku dan berprilaku dalam rangka membersihkan jiwa dan hatinya dari sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat terpuji. Ketiga, syariat, yaitu norma muamalah seorang hamba dengan hamba lainnya dalam berprilaku, mulai dari bagaimana ia beribadah, transaksi, dan seterusnya.

Akidah dan akhlak sifatnya makro dan statis, tidak akan mengalami perubahan dalam bentuk apapun sampai kapanpun. Sebagai contoh tentang keimanan kepada Allah dan hari akhir, maka tidak akan berbeda antara orang dahulu dan sekarang. Demikian juga, akhlak adalah prinsip yang harus tetap dipertahankan, tidak berbeda antara orang duhulu dan sekarang. Perbuatan menipu dan berbuat curang akan selalu berdampak kepada keburukan di manapun dan pada kapanpun. Dalam aspek keyakinan dan moral, agama Islam tidak bisa dilabeli dengan nama tempat, waktu, nama tokoh dan lain-lain.

Baca Juga:  Bulan Puasa, Ziarah Kubur dan Kita

Adapun yang ketiga, yaitu syari’at, masih harus dipilah kembali antara yang qath’i dan ijtihadi. Hukum qath’i seperti perintah melaksanakan salat lima, melaksanakan puasa, menghindari zina, cara berhaji, tidak akan mengalami perubahan walaupun waktu dan tempatnya berubah. Salatnya orang di benua lain tidak akan berbeda dengan salatnya mereka -mereka yang tinggal di benua berbeda lainnya . Puasa juga tidak akan mengalami perbedaan pada inti (subtansi) ajarannya, dimulainya sejak terbit sampai terbenamnya matahari. Penjelasan kitab suci al-Quran dan hadist dalam hukum qath’i ini cukup rinci dan mendetail dan sempurna.

Puasa Ramadan sebagai satu di antara ajaran Islam telah mencakup sebuah ajaran yang melatih seorang hamba dalam menahan lapar dan dahaga serta menahan dari perbuatan perbuatan yang tercela selama satu bulan penuh. Dalam hadist nabi ditegaskan bahwa barang siapa yang berpuasa Ramadan dengan dasar iman dan perhitungan maka Allah akan memngampuni segala dosa terdahulu dan yang akan datang. Dimensi keimanan penting untuk selalu diperhatikan oleh mereka yang berpuasa, karena hanya mereka yang beriman yang layak untuk menjalankan ibadah khusus ini. Dalam alquran surat Al-Baqarah ayat 183 “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.(*Dosen PBA IAIN Pontianak/Akademi Riset LP2M IAIN Pontianak)

Baca Juga:  Ibadah Pasca Ramadan

Written by teraju.id

Ramadan Refleksi Hati dan Pikiran

Merindukan Tradisi di Bulan Ramadan