Oleh: Nur Iskandar
Di tengah rintik hujan membasahi Kota Pontianak, di tengah berita-berita Pandemi Covid-19 tidak pernah reda–bahkan orang nomor satu di Kota Pontianak pun sedang dirawat di rumah sakit–semoga Allah sembuhkan dari Covid-19 dan kembali fit memimpin pembangunan Bumi Khatulistiwa–juga puncak pasien masuk Wisma Atlet di Jakarta tertinggi kedua setelah Maret 2020, yakni 16/6/21–sampai 65 orang meninggal dalam satu hari–saya teringat kunjungan ke Manado. Berjumpa dengan cucu Sam Ratulangi–tokoh yang sejak kecil saya kenal sebagai pahlawan nasional. Bersama cucunya, berjumpa di Kantor Gubernur Sulawesi Utara kami bincang-bincang soal adat, budaya, sampai ke etos perjuangan para pendahulu.
Kami cepat akrab karena diikat rasa yang sama. Yakni perasaan saling hormat-menghormati serta saling ingin bekerjasama. Berjuang bersama-sama untuk kehidupan yang lebih baik dan diwariskan kepada generasi yang lebih muda.
Untuk itulah kami menggali data bahwa di Sulut, Indeks Pembangunan Manusianya relatif tinggi di luar pulau Jawa. Adapun Kalbar selalu bertengger di No 28 atau naik dikit di nomor 27 dari 32 provinsi. Rendah sekali dan tentu bikin cemburu.
Rahasianya satu: bahwa dari dulu warga Sulut sudah peduli pendidikan. Mereka menyekolahkan anak-anaknya sampai tinggi. Daerah ini juga berhadapan dengan laut sehingga menguasai dengan baik Negeri Bahari sehingga berlayar lepas mencari ilmu sama dengan Sulawesi Selatan–tetangganya. Kedua provinsi ini paling maju di sisi Timur Indonesia. Banyak juga pahlawan nasionalnya yang kita kenal. Di Sulsel ada Sultan Hanasuddin, di Sulut ada Sam Ratulangi. Di Kalbar? Cuma satu, dari Nanga Pinoh–Melawi–selebihnya nihil….
Perdagangan internasional juga mampir ke Manado sejak dahulu kala. Belanda banyak membangun sekolah di sini. Infrastrukturnya menembus pelosok-pelosok. Walaupun kerap dihantam gempa dan longsor, tapi dengan bekal ilmu, mereka cepat bangkit.
Manado tersohor dengan tiga B. Bubur, Bibir, Bunaken.
Bubur, kuliner yang maknyos. Bibir, simbol dari kecantikan dan ketampanan orang Manado yang berkulit putih sehingga cantik dan cakep-cakep. Banyak artis dan aktris asal daerah ini sampai kini. Juga Bunaken. Taman alam laut yang sangat indah.
Manado punya semuanya. Tinggal rawat dan kembangkan. Mereka juga punya peninggalan megalitikum. Batu-batu nisan yang ukurannya ribuan tahun silam…Termasuk makam pahlawan nasional lainnya asal Sumatera Barat yang diasingkan Belanda, Tengku Imam Bonjol. Saya beruntung sampai ke makam almarhum, termasuk batu tempatnya sholat saban siang dan malam sampai berlubang daerah jidat, telapak tangan serta lututnya di atas batu tersebut. Masya Allah–sebegitu beratnya perjuangan dan kedekatan kepada Tuhan.
Dengan mengenang Manado dengan segala kemajuan dan kejuangannya, lintasan beberapa tokoh pahlawan nasional–memantik semangat kita terus berjuang melawan Pandemi Covid-19 secara bersama-sama. Seraya berdoa semoga Tuhan YMK mengangkat ujian dan cobaan terberat penduduk dunia saat ini.
Hujan yang turun semoga membawa berkah dan ampunan atas segala kesalahan dan keserakahan umat manusia di muka bumi. Bahwa hidup ini memang batu ujian dan cobaan. Semoga kita kompak dalam berjuang serta lulus dalam berbagai cobaan. Termasuk Pandemi Covid-19. Ameen….*