{"id":11872,"date":"2019-11-29T22:33:14","date_gmt":"2019-11-29T15:33:14","guid":{"rendered":"https:\/\/teraju.id\/?p=11872"},"modified":"2019-11-29T22:33:28","modified_gmt":"2019-11-29T15:33:29","slug":"satu-pengusaha-satu-masjid","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/berita\/satu-pengusaha-satu-masjid-11872\/","title":{"rendered":"Satu Pengusaha, Satu Masjid"},"content":{"rendered":"\n

Oleh : Rendy Saputra<\/p>\n\n\n\n

Masjid memiliki potensi yang luar biasa. Lebih dari sekedar bangunan, masjid sebenarnya bisa berfungsi maksimal melayani ummat, jika pengelolaannya benar.<\/p>\n\n\n\n

Ditengah besarnya potensi masjid untuk melayani permasalahan ummat, kebanyakan masjid terkendala dengan masalah non teknis yang merepotkan : otoritas pengelolaan yang tidak jelas.<\/p>\n\n\n\n

Otoritas takmir yang tidak jelas, DKM yang tidak kooperatif dengan masukan, warga yang merasa bahwa masjid harus kolektif kolegial, yang pada akhirnya banyak menghambat program-program positif yang harusnya terlaksana.<\/p>\n\n\n\n

Mengapa hal itu terjadi? Karena masjid yang dibangun adalah hasil jerih payah bersama. Hampir 90% lebih masjid di Indonesia adalah dibangun dengan swadaya masyarakat secara bersama-sama.<\/p>\n\n\n\n

Hal ini memiliki konsekuensi, konsekuensi bahwa masjid harus dijalankan dalam kebersamaan yang kolegial. Walaupun ini positif, namun sebenarnya hal ini juga tantangan pada pengelolaan. Ruwet.<\/p>\n\n\n\n

Setiap ide harus memperhatikan gagasan banyak pihak.<\/p>\n\n\n\n

Setiap program harus terkonfirmasi oleh banyak unsur.<\/p>\n\n\n\n

Setiap diskusi harus melibatkan masyarakat dalam jumlah yang luas.<\/p>\n\n\n\n

Maka tidak sedikit masjid yang terjebak dalam banyak rapat namun tidak pernah melahirkan program. Adapun malah sibuk berdiskusi, sibuk berdebat, sementara ummat kelaparan, jamaah tidak pernah merasakan adanya manfaat.<\/p>\n\n\n\n


\n\n\n\n

Sebuah trend baru mulai menyemarak : Masjid Keluarga. Masjid yang dibangun oleh Keluarga Muwakif tunggal. Biasanya dibangun oleh para pengusaha yang ingin memberikan kontribusi pada ummat.<\/p>\n\n\n\n

Masjid Keluarga ini biasanya hasil dari wakaf 100% keluarga. Tanahnya, bangunannya, bahkan tak jarang operasionalnya pun diback up 100% oleh keluarga.<\/p>\n\n\n\n

Maka asset fisiknya secara akad wakaf sudah milik ummat. Itu clear. Tetapi nazir atau pengelola adalah pihak keluarga muwakif. Biasanya Keluarga Muwakif membangun yayasan keluarga untuk mengelola masjidnya.<\/p>\n\n\n\n

Menurut hemat Saya, sebagai pemerhati dunia dakwah masjid di Indonesia, hal ini sangat efektif.<\/p>\n\n\n\n