{"id":1252,"date":"2016-09-13T06:54:59","date_gmt":"2016-09-12T23:54:59","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=1252"},"modified":"2016-09-13T10:06:57","modified_gmt":"2016-09-13T03:06:57","slug":"novelis-kalimantan-barat-luncurkan-novel-tentang-orang-rimba","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/kultur\/novelis-kalimantan-barat-luncurkan-novel-tentang-orang-rimba-1252\/","title":{"rendered":"Novelis Kalimantan Barat Luncurkan Novel tentang Orang Rimba"},"content":{"rendered":"
Teraju.id, Pontianak<\/strong>-Tragisnya nasib Orang Rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) yang terusir dari hutannya sendiri, membuat\u00a0 novelis sejarah dari Kalimantan Barat, Paul Tao Widodo terpanggil menuliskan kisahnya menjadi sebuah novel etnik berlatarbelakang konflik lingkungan.<\/p>\n Novel berjudul Perempuan di Ujung Tembawang (PDT) ini diterbitkan oleh \u00a0PT. TOP Indonesia, dan akan diluncurkan pada akhir September 2016.<\/p>\n \u201cSaat ini kami tengah melakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait untuk persiapan launching-nya,\u201d kata Paul di Pontianak.<\/p>\n Paul menambahkan, bahwa novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata, yaitu terinspirasi dari pergulatan hidup Mak Marni, salah satu ketua rombong<\/em> (kelompok) \u00a0SAD, yang hidup terjepit di sepetak hutan kecil, di antara hamparan perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Damasraya, Sumatera Barat.<\/p>\n Paul sendiri tidak pernah bertemu Mak Marni, bahkan dia belum pernah menginjakan kakinya di pulau Sumatera. Tapi bagaimana dia bisa menulis novel dengan latar belakang etnik\u00a0 dan budaya SAD?<\/p>\n Menurut Paul, dia mulai merasa tersentuh dan teruja<\/em> apabila membaca puisi Wisnu Pamungkas<\/a> tentang Mak Marni, yang berjudul Kunang-kunang Hutan<\/em>, yang dipublikasikan pada 23 Desember 2014 silam.<\/p>\n \u201cDia juga menulis di facebook-nya, menyertakan link betapa SAD sebenarnya sudah dalam keadaan sekarat,\u201d kenang Paul.<\/p>\n Penulis Novel Republik Lanfang ini lantas berinsiatif menghubungi para pihak yang terlibat dalam pemberdayaan dan penanganan Orang Rimba di Sumatera. Dia melakukan riset pustaka, bolak balik meminta data kepada pelaksana Program Peduli<\/a>, dan fasilitator SSS Pundi Sumatera, yang bekerja bersama komunitas SAD ini.<\/p>\n