{"id":13508,"date":"2020-06-16T09:15:04","date_gmt":"2020-06-16T02:15:04","guid":{"rendered":"https:\/\/teraju.id\/?p=13508"},"modified":"2021-03-11T22:47:57","modified_gmt":"2021-03-11T15:47:57","slug":"tidak-ada-agenda-setting-politic-untuk-sultan-hamid-ii-pahlawan-nasional-murni-akademis-meluruskan-sejarah-bangsa-indonesia","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/opini\/tidak-ada-agenda-setting-politic-untuk-sultan-hamid-ii-pahlawan-nasional-murni-akademis-meluruskan-sejarah-bangsa-indonesia-13508\/","title":{"rendered":"Tidak Ada Agenda “Setting Politic” untuk Sultan Hamid II Pahlawan Nasional — Murni Akademis Meluruskan Sejarah Bangsa Indonesia"},"content":{"rendered":"\n
Oleh: Nur Iskandar<\/p>\n\n\n\n
Prolog: Pada hari Sabtu, 13 Juni 2020 pukul 22.39 (malam) Ketua Yayasan Hamid Alkadrie, Anshari Dimyati mengirim pesan WhatsApp ke saya: “Assalamu’alaikum. Bg Nur, bsok Ami dolah Nasdem ngajak ktmu di kantor. Bs k?”<\/em><\/p>\n\n\n\n
Saya baru membaca pesan WA itu pada waktu subuh pukul 03.51, karena tidur lebih awal agar stamina tegap hendak menyetir kendaraan sendiri menuju Kota Amoy (Singkawang). Jaraknya lebih kurang 180 Km. Rencana pergi – pulang alias PP lantaran masih suasana pandemi Covid-19, di mana jangan keluar kota jika tidak terlalu penting. Nah, perjalanan ke Singkawang bagi saya penting karena ada 110 bibit petai hendak ditanam di kawasan kampus Singkawang Educational Training Centre (SETC) yang kelak akan kami jelmakan sebagai Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa (STIBa), atau bahkan Universitas Bahasa.<\/p>\n\n\n\n
“Subuh ini ke Skw. Siang udah pulang. Insyaallah sore sampe. Jam berapa mau ketemu Ami, atau udah tadi malam?” Begitu balasan saya.<\/p>\n\n\n\n
Aan, sapaan Anshari Dimyati–dosen hukum di Universitas Muhammadiyah Pontianak ini ternyata subuh-subuh sudah bangun. Pukul 04.30 dia balas, “Blm bg. Rencna jam 3 sore.”<\/p>\n\n\n\n
Kemudian kami klopkan dengan rinci, “Ok,” kata saya masih via WA. “Kantor dekat Mujahidin keh Bg? Depan SPBU OSO ye?” Kata Aan, “BLKI bg nur.” Saya respon, “Ok.”<\/p>\n\n\n\n
\n\n\n\n
Sabtu, 12 Juni 2020 saya dkk punya program rutin di media online teraju.id<\/strong> berupa Kasak-Kusuk—Kata Satukan Kita. Pada hari Sabtu akhir pekan masih di bulan Syawal ini bintang tamunya adalah Benny Thanheri seorang aktivis lingkungan hidup. Kami hendak rekaman wawancara yang istilah anak muda sekarang Podcast di Kantor Kampoeng English Poernama Agro (KEP’s Agro) kawasan tapal kuda antara Jalan Sungai Raya Dalam Ujung dengan Serdam Raya Residence, sekira 2 km dari pertigaan Korpri.<\/p>\n\n\n\n
Ternyata hari hujan. Benny berhalangan hadir. Akhirnya saya yang biasanya menjadi host berubah menjadi narasumber. Sedangkan Direktur KEP’s Eco City yang juga Direktur Teknis TOP Munzalan Residence Yaser Ace yang biasanya juru kotak-katik IT di konsorsium kami bergeser jadi host. Saat itu tema yang diangkat adalah bagaimana berinvestasi untuk tumbuh kembang bisnis properti. Recording 15 menit selesai, kemudian perlengkapan studio dikemas, lalu kami bubar pukul 17.00.<\/p>\n\n\n\n
Tiba di rumah waktu magrib, di pukul 20.19 Yaser mengirimi saya link video YouTube yang menurutnya sedang viral dibahas para tokoh Kalbar. Yakni pernyataan AM Hendropriyono bahwa Sultan Hamid II Pengkhianat Negara sehingga tidak layak diajukan sebagai Pahlawan Nasional.<\/p>\n\n\n\n