{"id":13781,"date":"2020-07-02T05:14:32","date_gmt":"2020-07-01T22:14:32","guid":{"rendered":"https:\/\/teraju.id\/?p=13781"},"modified":"2020-07-02T23:03:57","modified_gmt":"2020-07-02T16:03:57","slug":"istri-sultan-hamid-didi-van-delden-ternyata-juga-keturunan-raja-sulawesi-selatan-ada-tuang-la-wawo","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/opini\/istri-sultan-hamid-didi-van-delden-ternyata-juga-keturunan-raja-sulawesi-selatan-ada-tuang-la-wawo-13781\/","title":{"rendered":"Istri Sultan Hamid–Didi Van Delden–ternyata Juga Keturunan Raja Sulawesi Selatan: Ada Tuang La Wawo"},"content":{"rendered":"\n
Oleh: Nur Iskandar<\/p>\n\n\n\n
Masya Allah. Saya terkesima membaca tulisan putra mahkota Sultan Hamid II Alkadrie, Max Nico. Sosok yang meninggal pada umur 78 tahun ini amat sangat cinta kepada ayah dan ibundanya.<\/p>\n\n\n\n
Dari tulisannya mungkin kita bisa menghayati bagaimana cinta antara Sultan Hamid dan ibundanya. Sosok cantik jelita yang amat sangat serasi dengan Sultan Hamid II yang tampan dan rupawan.<\/p>\n\n\n\n
Di balik pengetahuan kita tentang sosok Didi Van Delden yang amat sangat minim, sehingga kita hanya tahu bahwa dia adalah wanita Belanda, ternyata, melalui tulisan Max Nico, kita baru tahu siapa Didi Van Delden itu sesungguhnya. Rupanya, dia adalah wanita keturunan bangsawan dari Kerajaan Sulawesi Selatan–baca selengkapnya Didi Van Delden yang bergelar Sultana Maharatu Mas Makhota Pontianak.<\/p>\n\n\n\n
Pada tanggal 19 Juni 2010, wanita Belanda terakhir yang pernah menjadi ratu salah satu dari 300 kerajaan di Indonesia meninggal pada usia 95 tahun di deen Hag Negeri Belanda.<\/p>\n\n\n\n
Ia adalah Sultana Maharatu Mas Makhota Pontianak, istri dari Sultan Syarif Hamid ibni almarhum Sultan Syarif Muhammad Alkadrie, lebih dikenal dengan sebutan Sultan Hamid II, yang memerintah 1945-1978 di Istana Kadriah, kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat.<\/p>\n\n\n\n
Ia (Ratu Mas Mahkota) dilahirkan pada tahun 1915\/ bulan 05\/tanggal 01 dalam lingkungan perkebunan keluarganya. Di tubuhnya mengalir darah bangsawan, karena nenek moyangnya adalah ada tuang (raja) dari Sidenreng di Sulawesi Selatan bernama La Wawo (memerintah 1831-1837).<\/p>\n\n\n\n
Pada akhir tahun 1930 ia menikah dengan pangeran muda Pangeran Syarif Hamid Alkadrie yang kemudian menjadi Sultan Pontianak ke VII. Dia melahirkan 2 anak. Pertama Sofia kakak Max (wafat mendahului ibunya), dan hanya tinggal seorang putra Max Yusuf Alkadrie yang masih hidup. (NB: saat naskah ini dinaikkan di teraju.id, Max Yusuf Alkadrie yang akrab disapa Max Nico telah pula wafat)<\/em>.<\/p>\n\n\n\n Setelah Jepang membunuh banyak bangsawan pada tahun 1944 di Kalimantan Barat, ia menjadi terkejut dan pada tahun 1945 pada tahun berikutnya Ia dilantik sebagai Ratu Pontianak, ketika suaminya terpilih sebagai Sultan Pontianak ke VII, pada 23-10-1945.<\/p>\n\n\n\n