{"id":15050,"date":"2020-08-25T20:37:40","date_gmt":"2020-08-25T13:37:40","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=15050"},"modified":"2020-08-25T20:38:25","modified_gmt":"2020-08-25T13:38:25","slug":"anak-kecil-uang-ayah","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/community\/anak-kecil-uang-ayah-15050\/","title":{"rendered":"Anak kecil yang meminjam uang ayahnya"},"content":{"rendered":"\n
<\/p>\n\n\n\n
Di suatu petang, ada seorang bapak yang baru pulang dari kerja. Tiap hari ia lembur 2-3 jam lepas jam kerja. Betapa kaget, mendapati anaknya yang berusia 5 tahunan duduk sendiri di kursi tua di luar pintu depan menunggunya.<\/p>\n\n\n\n
Aneh! Ada apa anak ini? pikirnya di dalam hati. Walau terasa amat letih, ia berusaha tersenyum sambil menyapa anaknya.
\u201cAda apa Nak? Biasanya kau sudah tidur ketika bapak pulang\u201d<\/p>\n\n\n\n
Sambil menggandeng tangan si anak yang terasa dingin, ia melanjutkan,
\u201cAyo masuk!. Bapak mau cuci tangan dulu.\u201d<\/p>\n\n\n\n
Mereka berjalan ke dalam.
\u201cTunggu Bapak, ya. Duduklah dulu.\u201d<\/p>\n\n\n\n
Dengan bergegas ia mandi, berganti pakaian, kembali menemui anaknya.
\u201cBapak minum, ya\u201d<\/p>\n\n\n\n
\u201cMaaf, sudah lama kubuat, Pak. Tentu sudah dingin\u201d<\/p>\n\n\n\n
\u201cO, ya. Terima kasih, Tak apa. Tetap membuat badan Bapak kembali segar\u201d. Katanya sambil duduk di samping si anak.<\/p>\n\n\n\n
\u201cPak, berapa bayaran per jam kerja lembur Bapak?\u201d Tanya si anak.<\/p>\n\n\n\n
Ia terkejut, dan sedikit tersinggung dengan pertanyaan itu.
\u201cLumayan. Tetapi, kenapa kau bertanya semacam itu? Bukan urusanmu!\u201d Katanya dengan suara bernada agak tinggi.<\/p>\n\n\n\n
\u201cYa, Pak. Sekedar ingin tahu saja\u201d Jawab anaknya sambil menggelendot di tubuhnya.<\/p>\n\n\n\n
Ia teringat perilaku almarhumah istrinya jika ingin sesuatu. Persis seperti ini. Menggelendot manja. Walau agak berat hati ia berkata,
\u201cBaiklah. Jika kau benar ingin tahu. Lima ribu per jam\u201d<\/p>\n\n\n\n
\u201cOh!\u201d Sahut si anak<\/p>\n\n\n\n
\u201cBolehkah aku pinjam seribu saja?\u201d Tanya si anak sambil memainkan kancing baju bapaknya.<\/p>\n\n\n\n
Ia semakin kaget dan muka sudah memerah.<\/p>\n\n\n\n
\u201cSudah kau tidur sana! Besok Bapak jawab. Sekarang masih capai\u201d Sahutnya sambil mendorong anaknya tergolek di balai.<\/p>\n\n\n\n
Anak itu langsung menelentangkan tubuh di balai dan miring memunggi bapaknya. Ia pun segera pergi ke dapur sambil membawa cangkir minumnya.<\/p>\n\n\n\n
Beberapa lama ia duduk di sana. Mencoba menarik napas panjang, menenangkan hati. Cangkir kaleng yang telah kosong itu dipandangi lama.<\/p>\n\n\n\n
\u2018Heem, tiap sore anak manis ini telah menggantikan kerja ibunya. Menyiapkan makan malam dan minum untuknya\u2019. Katanya di dalam hati.<\/p>\n\n\n\n
\u2018Mungkin anak ini mau beli mainan seperti milik kawan-kawannya\u2019. Pikirnya lagi.<\/p>\n\n\n\n
Selang beberapa lama kemudian ia kembali ke balai. Anaknya masih memunggungi dirinya. Sekali lagi mengingatkan perilaku istrinya jika kecewa terhadapnya. Pura-pura tidur miring memunggunginya.<\/p>\n\n\n\n
\u201cNak. Kau belum tidurkan?\u201d Bisiknya sambil membetulkan pita di rambut si anak mungil yang cantik itu.<\/p>\n\n\n\n
\u201cBapak minta maaf, Nak. Tadi agak kasar. Bapak masih capai\u201d.<\/p>\n\n\n\n
\u201cBelum, Pak. Tak bisa tidur\u201d. Jawab si cantik tanpa membalikkan badan.<\/p>\n\n\n\n
\u201cIni uang yang akan kau pinjam tadi. Kau ambil saja. Itu sebenarnya Bapak siapkan untuk membeli bubur sarapanmu besok pagi\u201d. Katanya sambil menunjukkan selembar uang ribuan.<\/p>\n\n\n\n
Anak itu langsung duduk dan mendekap erat tubuh bapaknya.<\/p>\n\n\n\n
\u201cTerima kasih, Pak.\u201d Kata si anak langsung merebut uang dari tangan bapaknya.<\/p>\n\n\n\n
Kemudian ia menarik ujung tikar yang berada di bawah bantal. Mengambil uang yang disimpan di dalam tas kresek. Di tangannya, kini ada lima belas lembar uang ribuan.<\/p>\n\n\n\n
Mukanya memerah lagi. Ia merasa diperdaya oleh anaknya. Namun, berusaha ditahan. Wajah istrinya yang sedang tersenyum gembira muncul di kelopak mata si anak kecil itu.<\/p>\n\n\n\n
\u201cSekarang saya sudah cukup uang untuk memberi upah lembur ayah. Besok sore kita berdua makan malam bersama, ya Pak. Aku ingiiinnn sekali. Sekali saja, Pak!\u201d Kata si anak sambil meletakan seluruh uang tersebut di telapak tangan bapaknya.<\/p>\n\n\n\n
\u201cSekarang aku akan tidur pulas. Selamat tidur, Bapak\u201d<\/p>\n\n\n\n
Tidak lama berselang sudah terdengar napas lembut anaknya yang sungguh tertidur lelap. Dicium kening si mungil itu sambil membetulkan kain selimutnya.<\/p>\n\n\n\n
\u201cSampai besok anakku. Besok Bapak tidak akan lembur. Kita akan makan malam bersama dilanjutkan dengan main ular tangga kesukaanmu\u201d<\/p>\n\n\n\n
Kembali wajah almarhumah istri muncul di diding papan rumah sederhana ini. ak berapa lama kemudian ia pun tertidur lelap sambil mendekap tubuh si mungil yang cantik itu.<\/p>\n\n\n\n