{"id":17450,"date":"2021-02-23T11:18:51","date_gmt":"2021-02-23T04:18:51","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=17450"},"modified":"2021-02-24T17:47:56","modified_gmt":"2021-02-24T10:47:56","slug":"kalut-ribut-tapal-batas-arboretum-fakultas-kehutanan-vs-tembok-berlin-fakultas-pertanian-dalam-catatan-sejarah-berdirinya-fakultas-pertanian-dan-kehutanan-untan","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/opini\/kalut-ribut-tapal-batas-arboretum-fakultas-kehutanan-vs-tembok-berlin-fakultas-pertanian-dalam-catatan-sejarah-berdirinya-fakultas-pertanian-dan-kehutanan-untan-17450\/","title":{"rendered":"“Kalut-Ribut” Tapal Batas Arboretum Fakultas Kehutanan vs “Tembok Berlin” Fakultas Pertanian"},"content":{"rendered":"\n
<\/p>\n\n\n\n
Oleh: Nur Iskandar<\/p>\n\n\n\n
Kemelut Arboretum Fakultas Kehutanan vs “Tembok Berlin” Fakultas Pertanian bisa dilihat dengan jernih lewat rekaman sejarah. Bahwa sesuatu yang diributkan sesungguhnya sederhana. Yakni lahan praktikum para penggali ilmu. Jika lahan praktikumnya tersedia, selesai urusan internal Universitas Tanjungpura yang berkonflik antara dua fakultas. Tak elok rasanya para pemburu kebenaran bergelut dengan hal “baper” sementara di luar kampus banyak masalah besar butuh daya kritis para ilmuan–sebut saja kita kekurangan pangan, alih fungsi lahan hutan kepada perkebunan sawit, alih fungsi lahan pangan ke perumahan, kebakaran hutan dan lahan sekaligus asap menjadi azab di berbagai kabupaten\/kota di Indonesia. Banjir pun semakin rajin menjadi soal kemasyarakatan dan lingkungan di Negara kita Indonesia tercinta termasuk Kalbar si Bumi khaTULIStiwa.<\/p>\n\n\n\n
Universitas Tanjungpura didirikan pada tanggal 20 Mei 1959 dengan nama Universitas Daya Nasional di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi Daya Nasional sebagai sebuah universitas swasta. Pendirinya merupakan tokoh-tokoh politik dan pemuka masyarakat Kalimantan Barat, yang dikoordinasikan langsung oleh Gubernur Oevaang Oeraay.<\/p>\n\n\n\n
Spirit pendirian Untan tiada lain agar melek intelektual dan tidak “begadoh” adu otot melainkan “cool” dalam adu otak. Cerdas dan ikhlas.<\/p>\n\n\n\n
Kemelut lahan Arboretum vs Tembok Berlin tentu dilihat dalam perspektif sejarah berdirinya Untan sama sekali tidak “kena”. Karena sepi dari spirit awal pendiriannya yang melek intelektual berbasis data akademis serta sikap kompromistis mengedepankan sopan santun dan tata-krama kampus. Bahasa pendidikan karakter budi pekerti mulia atau akhlakul karimah semakin lemah.<\/p>\n\n\n\n
Fakultas Pertanian didirikan tanggal 20 Mei 1963 bersamaan dengan perubahan Universitas Daya Nasional menjadi Universitas Negeri Pontianak (UNEP) yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor : 53 Tahun 1963 tanggal 16 Mei 1963. Sejak saat itu Fakultas Pertanian eksis mendampingi fakultas tertua yakni hukum dan pendidikan.<\/p>\n\n\n\n
Saya masuk Fakultas Pertanian Untan pada tahun 1992 sehingga menjadi saksi sejarah sejak 29 tahun lalu. Semasa dengan umur Arboretum dalam sejarahnya kini, 2021 sudah 30 tahun.<\/p>\n\n\n\n
Dalam kesaksian saya masuk Fakultas Pertanian, awal mula memegang buku statuta universitas dalam Penataran P4 pola pendukung 100 jam, ada dua kelompok mahasiswa, yakni rumpun Agronomi dan Kehutanan. Saya sejak UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) memilih Agronomi.<\/p>\n\n\n\n
Banyak kawan SMA saya memilih Kehutanan.
Kami sejak dulu hingga kini akrab berteman. Sebagian kawan satu angkatan sukses di pemerintahan, politik, hingga entrepreneur. Beberapa menjadi Kepala Dinas. Termasuk Dekan kedua belah pihak yang sedang “adu data dan fakta serta analisa” adalah senior kala rambut saya masih cepak dalam perpeloncoan. 1992 mahasiswa Agronomi dan Kehutanan menuntut ilmu di atap akademis yang sama. Praktikum di laboratorium yang sama. Gelar akademis sama-sama insinyur lalu berubah menjadi Sarjana Pertanian (SP) dan Sarjana Kehutanan (S.Hut).<\/p>\n\n\n\n
Saat saya masuk mereguk ilmu, Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) kami dosennya sama. Ruang belajar pun sama. Dekan saat itu adalah Prof Ir Aminardi. Adapun Ketua Jurusan Kehutanan yang kelak menjadi Dekan Fakultas Kehutanan pertama adalah Prof Dr Herujono Hadisuparto (Alm). Sebagian dosen kami adalah alumni kedua jurusan tersebut sebelum berpisah.<\/p>\n\n\n\n
Era 1990-an adalah era aktivis kampus yang keren. Oleh karena keren, maka perebutan kursi senat pun panas. Dari sini friksi politik Kehutanan dan Agronomi Cq Pertanian bermula. Hawanya terasa sampai sekarang. Kalau dulu perebutannya di kursi senat, kini berekor ke jabatan rektor.<\/p>\n\n\n\n
Salahkah friksi politik itu? Tidak salah. Perebutan itu sah. Selama mengikuti aturannya. Di sini iklim demokrasi kampus selalu diuji. Adu otot atau adu otak? Publik tentu berharap dapat tontonan dan tuntunan dari masyarakat akademis kampus negeri terbesar di Kalbar bernama Universitas Tanjungpura yang cerdas dan ikhlas. Sehingga kita terus bergerak ke ranah kualitas.<\/p>\n\n\n\n
Fakultas Kehutanan didirikan dalam lingkungan Universitas Tanjungpura Pontianak sebagai pengembangan dari Jurusan Kehutanan pada Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura yang telah ada sejak tahun 1964.<\/p>\n\n\n\n
Pendirian Fakultas Kehutanan pada Universitas Tanjungpura didasarkan pada surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : 238\/O\/2000 tanggal 22 Desember 2000. Fakultas Kehutanan memiliki 2 (dua) Program Studi yang diselenggarakan oleh 2 (dua) Jurusan yang dikembangkan yaitu : Manajemen Hutan dan Teknologi Hasil Hutan.<\/p>\n\n\n\n
Untuk merealisasikan kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabadian kepada masyarakat sesuai Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka berdasarkan SK. Rektor Untan Nomor : 80\/J22\/KP\/2001 tanggal 24 Februari 2001 ditetapkan Pjs. Dekan dan Pjs. Pembantu Dekan Fakultas Kehutanan yang berlaku sampai 31 Juli 2001.<\/p>\n\n\n\n
Saya masuk Untan pada tahun 1992. Saat masuk itu kami satu atap antara mahasiswa Agronomi dengan Kehutanan dalam satu Fasilitas Bersama (FB) Fakultas Pertanian. Saya melihat dengan mata kepala sendiri batas di samping ruang kelas (FB) ada parit yang membelah lokasi di mana kami biasa praktikum. Kami juga aktif pengajian keliling dari FKMI Ulul Albab dengan HMJ Kehutanan.<\/p>\n\n\n\n
Di depan bangunan unik berbahan kayu dua tingkat ada papan organisasi Sylva Indonesia PC Untan. Kalau mau pergi pengajian di HMJ Kehutanan melewati jembatan papan di atas parit tersebut. Sejak dulu parit ini adalah parit asli batas yang kami ketahui semua hamparan adalah milik Untan untuk praktikum.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai anak Pontianak yang sejak 1986-1999 biasa melintasi jalur Ahmad Yani, kawasan Arboretum sekarang “tempo doeloe” adalah rerimbunan belukar yang dikuasai jenis Akasia. Saya pernah berburu monyet di pohon akasia itu waktu SMP tahun 1987. Syahdan 1992 masuk Untan dan aktif di pers kampus. Saya ikut meliput penanaman pohon kayu hutan bersama Menteri Kehutanan Ir Jamaluddin di era Presiden Soeharto tahun 1993. Saat itu jenis-jenis vegetasi hutan Kalbar banyak ditumbuhkan di Arboretum.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai aktivis pers sejak mahasiswa sejak 1992 saya keluar masuk Arboretum. Juga almamater Pertanian. Saya melihat semua pihak berkemajuan, sampai dua tahun terakhir ada polemik batas Arboretum vs Fakultas Pertanian.<\/p>\n\n\n\n
Di mana letak masalah utamanya? Berikut kronologis yang saya himpun dari Untan per hari Senin, 22 Februari 2021 kemarin:<\/p>\n\n\n\n
Berikut dokumen tertulis sebagai pesan dari Ir Uray Indra mewakili Walikota dalam kemelut Arboretum sebagai Ruang Terbuka Hijau: Aslm ww, kami pemerintah kota Pontianak, khusus nya Walikota Pontianak dan Dinas PUPR Kota Pontianak hasil diskusi kami menyatakan tidak akan melibatkan dalam hal batas pengelolaan Arboretum Universitas Tanjungpura, kami serahkan sepenuhnya kepada pihak Intern Universitas Tanjungpura utk menyelesaikannya, segala pembicaraan yg pernah di sampaikan dlm meditasi kami anggap tidak ade, Terima Kasih. Wassalam Dinas PUPR Kota Pontianak, Uray Indra.
cc yg terhormat : Bapak Walikota Pontianak, Bapak Rektor, Dekan F.Kehutanan, Dekan F Pertanian .<\/p>\n\n\n\n
Di balik catatan sejarah di atas, sejarah terus bergulir. Desas-desus di medsos berseliweran dan kadang buat telinga menjadi panas. Jika tidak ekstra hati-hati, kita pun ikut berkomentar pedas tanpa data yang akurat.
Adalah lebih baik kita kenal gajah dengan mata terbuka dan sempurna. Tidak seperti orang buta bersikukuh bahwa gajah itu seperti pohon kelapa karena dia pegang kakinya. Atau si buta lain bilang gajah tipis lantaran dipegang kupingnya. Atau justru gajah tajam karena disentuh adalah taringnya. Dengan membuka mata dan telinga serta mau turun ke lapangan, kita bisa mendapatkan realitas objektif yang cenderung bulat dan utuh. Semoga kebenaran menjadi nyata.<\/p>\n\n\n\n
Sebagai “orang media” yang berinteraksi dengan semua pejabat di lingkungan Untan, Kota Pontianak dan Provinsi Kalbar saya melihat masalah batas Arboretum dan Fakultas Pertanian adalah masalah tapal batas biasa seperti dua pemilik kebun dengan selisih sertifikat yang dikeluarkan BPN. Ada mekanisme balik batas yang bisa ditempuh bersama-sama. Jalan keluarnya bisa damai di win-win solution tanpa mengurangi hak praktikum mahasiswa atau penelitian dosen. Juga RTH. Ruang Terbuka Hijau yang tertuang di dalam Perda. Tak ada kejanggalan secara ilmiah.<\/p>\n\n\n\n
Jika bersikukuh pula bagaimana? Ada aturan hukum di atas fakultas, yakni universitas sampai ke kementerian. Karena tanah Untan adalah tanah negara. Pejabat dekan juga aparatur sipil negara yang suatu saat bisa pensiun. Jika tidak pula puas bagaimana? Ada jalur hukum dan pola demokrasi yang mengaturnya. Terpenting mahasiswa dan alumni serta publik di jagat real maupun medsos jangan berbenturan lalu sikut-sikutan. Hilang kemesraan. Apalagi “baper” merembet emosional dan temperamental. Kita jangan kehilangan akar sejarah. * (Foto penjelasan sejarah Faperta di Ruang Sidang Dekan 22 Februari 2021 dan saat saya membawa rombongan mahasiswa Bonn University Jerman ke Arboretum 2 Nopember 2008).<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"
Oleh: Nur Iskandar Kemelut Arboretum Fakultas Kehutanan vs “Tembok Berlin” Fakultas Pertanian bisa dilihat dengan jernih lewat rekaman sejarah. Bahwa sesuatu yang diributkan sesungguhnya sederhana. Yakni lahan praktikum para penggali ilmu. Jika lahan praktikumnya tersedia, selesai urusan internal Universitas Tanjungpura yang berkonflik antara dua fakultas. Tak elok rasanya para pemburu kebenaran bergelut dengan hal “baper” […]<\/p>\n","protected":false},"author":4,"featured_media":17454,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[14],"tags":[6865,6864,2251,107,3344,6866],"adace-sponsor":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/17450"}],"collection":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/4"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=17450"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/17450\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/17454"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=17450"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=17450"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=17450"},{"taxonomy":"adace-sponsor","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/adace-sponsor?post=17450"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}