{"id":18887,"date":"2024-06-28T23:25:33","date_gmt":"2024-06-28T16:25:33","guid":{"rendered":"https:\/\/teraju.id\/?p=18887"},"modified":"2024-06-28T23:25:35","modified_gmt":"2024-06-28T16:25:35","slug":"pusat-data-nasional-dan-teraju-id-diserang-ancaman-nyata-di-era-digital","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/berita\/pusat-data-nasional-dan-teraju-id-diserang-ancaman-nyata-di-era-digital-18887\/","title":{"rendered":"Pusat Data Nasional dan teraju.id Diserang\u2013 Ancaman Nyata di Era Digital"},"content":{"rendered":"\n

Serangan siber terhadap Pusat Data Nasional (PDN), 17\/6, juga dialami teraju.id, beberapa bulan lalu. PDN diduga kena serangan ransomware, teraju terkena deface hingga hacking.<\/p>\n\n\n\n

Lebih parah lagi, data penting yang tersimpan di server hilang. Upaya pemulihan yang dilakukan hanya berhasil menyelamatkan data hingga tahun 2021. Data dua tahun terakhir hilang selamanya, meninggalkan kekosongan informasi yang tidak hanya merugikan perusahaan, tetapi juga masyarakat pencinta teraju.id.<\/p>\n\n\n\n

Serangan Ransomware Terhadap Pusat Data Nasional<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Tidak lama berselang, Indonesia diguncang oleh serangan siber yang jauh lebih mengerikan. Kali ini, Pusat Data Nasional menjadi target. Serangan ransomware yang kompleks dan berbahaya ini mengenkripsi data penting milik pemerintah, mengakibatkan lumpuhnya operasional pusat data tersebut.<\/p>\n\n\n\n

Dengan tebusan yang diminta sebesar 8 juta dolar AS, pemerintah berada dalam posisi sulit. Data-data sensitif dan vital terancam tidak bisa diakses, membuat pemerintah bekerja ekstra keras untuk memulihkan situasi. Hingga saat ini, belum ada kabar resmi mengenai keberhasilan pemulihan data tersebut. Ancaman nyata ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur digital kita terhadap serangan siber.<\/p>\n\n\n\n

Serangan-serangan ini mengundang banyak pertanyaan kritis. Siapa sebenarnya yang berada di balik serangan tersebut? Apakah ini ulah individu, kelompok peretas, atau mungkin aktor negara dengan motif tertentu? Bagaimana mereka bisa menembus sistem keamanan yang seharusnya kuat?<\/p>\n\n\n\n

Ada spekulasi bahwa kelemahan sistem atau human error<\/em> mungkin memainkan peran penting dalam keberhasilan serangan ini. Motif di balik serangan ini juga menjadi misteri. Apakah ini sekadar tindakan kriminal yang mencari keuntungan finansial, atau ada agenda politik atau spionase yang lebih dalam?<\/p>\n\n\n\n

Mengambil Pelajaran dari Kasus Internasional<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Belajar dari pengalaman negara lain bisa memberikan perspektif penting. Misalnya, serangan ransomware WannaCry pada 2017 yang melumpuhkan sistem kesehatan nasional Inggris (NHS). Namun, berkat sistem backup yang baik dan respons cepat, NHS berhasil memulihkan data dan layanan dalam waktu singkat. Indonesia perlu mengkaji kasus-kasus ini untuk memperkuat sistem keamanannya.<\/p>\n\n\n\n

Serangan terhadap Pusat Data Nasional menjadi peringatan keras akan pentingnya keamanan siber. Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran, memperkuat sistem keamanan, dan mengembangkan strategi mitigasi yang efektif.<\/p>\n\n\n\n

Ancaman siber adalah realitas yang harus dihadapi dengan serius. Upaya kolektif dan respons cepat sangat diperlukan untuk melindungi data dan infrastruktur digital kita dari ancaman yang terus berkembang. Ini adalah panggilan untuk bertindak agar kita tidak lengah dan siap menghadapi tantangan keamanan siber di era digital ini. Langkah pertama, mungkin bisa dimulai dengan mendesak Menkominfo untuk mundur. Mungkinkah?<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Serangan siber terhadap Pusat Data Nasional (PDN), 17\/6, juga dialami teraju.id, beberapa bulan lalu. PDN diduga kena serangan ransomware, teraju terkena deface hingga hacking. Lebih parah lagi, data penting yang tersimpan di server hilang. Upaya pemulihan yang dilakukan hanya berhasil menyelamatkan data hingga tahun 2021. Data dua tahun terakhir hilang selamanya, meninggalkan kekosongan informasi yang […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":18888,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[2,14,18],"tags":[1725,107,3065,7188,7187],"adace-sponsor":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/18887"}],"collection":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=18887"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/18887\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/18888"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=18887"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=18887"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=18887"},{"taxonomy":"adace-sponsor","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/adace-sponsor?post=18887"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}