{"id":4564,"date":"2017-05-23T12:06:46","date_gmt":"2017-05-23T05:06:46","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=4564"},"modified":"2017-05-23T12:06:46","modified_gmt":"2017-05-23T05:06:46","slug":"pentol-barokah-pak-hariri","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/community\/pentol-barokah-pak-hariri-4564\/","title":{"rendered":"Pentol Barokah Pak Hariri"},"content":{"rendered":"
Oleh:\u00a0Khotimatul Ulum<\/p>\n
Di Desa Parit Semangat Baru, Kubu Raya, terdapat seorang lelaki setengah baya yang bernama bapak Hariri. Kehidupan beliau layak dijadikan inspirasi. Oleh:\u00a0Khotimatul Ulum Di Desa Parit Semangat Baru, Kubu Raya, terdapat seorang lelaki setengah baya yang bernama bapak Hariri. Kehidupan beliau layak dijadikan inspirasi. Pada awalnya dilihat dari segi ekonomi kehidupan sehari-harinya sangat menyedihkan. Penyebabnya adalah beliau tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk menghasilkan uang demi keluarganya. Pekerjaan yang selalu dijadikan mata pencahariannya hanyalah nore (Motong) atau […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":4565,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[1972],"tags":[2034,1827,53,2035,2033],"adace-sponsor":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/4564"}],"collection":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=4564"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/4564\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/4565"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=4564"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=4564"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=4564"},{"taxonomy":"adace-sponsor","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/adace-sponsor?post=4564"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}
\nPada awalnya dilihat dari segi ekonomi kehidupan sehari-harinya sangat menyedihkan. Penyebabnya adalah beliau tidak mempunyai pekerjaan tetap untuk menghasilkan uang demi keluarganya. Pekerjaan yang selalu dijadikan mata pencahariannya hanyalah nore (Motong) atau menyadap karet. Jenis pekerjaan ini menguras tenaga dimulai dari pukul tiga subuh hingga pukul Sembilan pagi. Itupun jika cuaca mendukung atau tidak hujan. Jika hujan beliau tidak bisa bekerja. Untuk mendapatkan hasil dari pekerjaannya harus menunggu selama tiga sampai empat hari.
\nIronisnya bapak ini memiliki empat anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan yang masih sangat kecil. Kedua anak laki-laki tersebut dimasukkannya ke pesantren yang berada tidak jauh dari rumahnya, meskipun begitu tetap saja memerlukan banyak uang demi melangsungkan pendidikan anak-anaknya karena sosok bapak ini terkenal dengan ketaatannya kepada Allah serta kesabarannya dalam menghadapi semua ujian dari Allah SWT.
\nDi suatu malam, diterangi rembulan terang sosok bapak ini merenungi perjalan hidupnya. Dia memandang bulan serta mengungkapkan isi hatinya. Beliau berharap agar mendapatkan sebuah kebahagiaan seperti yang orang lain alami, namun di samping itu beliau selalu bersyukur atas pemberian sang Maha Kholik terhadap keluarganya.
\nHingga pada akhirnya beliau mendapatkan sebuah ide. berjualan Pentol Goreng. Pada awalnya beliau tidak yakin dengan ide tersebut namun dia hanya mengamalkan kata-kata ikhtiar, sekecil apapun usaha seseorang maka akan mendapatkan suatu hasil yang memuaskan.
\nBeberapa minggu kemudian hasil penjualannya semakin meningkat karena rasa dan bumbu yang terdapat dalam pentol tersebut berpadu sehingga menghasilkan rasa yang nikmat, dan banyak orang yang menyukainya. Bahkan satu konsumen ada yang membeli dua puluh bahkan enam puluh tusuk pentol. Konsumen merasa puas karena rasa dan harganya yang murah. Setiap satu tusuk pentol beliau jual seharga Rp1000.
\nSelang beberapa bulan konsumen semakin betambah banyak sehingga bapak tersebut kewalahan. Dia merasa sudah tidak kuat lagi jika menjualnya sendiri karena pentol goreng Bapak Hariri ini mulai terkenal di daerah Kubu Padi.
\nAkhirnya beliau mencari karyawan untuk melanjutkan bisnisnya. Alhamdulillah jika dibandingkan dengan kehidupan Bapak Hariri yang dulu dengan yang sekarang semua orang berkata bahwa beliau sudah tidak susah lagi–katakanlah sudah cukup dalam keperluan sehari-harinya. Bahkan beliau saat ini memiliki nama panggilan yang unik yaitu Bos Pentol. Di samping itu beliau dapat menabung bahkan sudah mammpu membiayai kuliah anaknya sampai S1.
\nSosok bapak Hariri ini dapat dijadikan sebuah inspirasi yang menarik untuk kita. Apalagi dari segi ceritanya yang unik sungguh sangat mengispirasi.
\nJadi hikmah dari sebuah cerita ini ialah seharusnya seseorang tidak boleh menyempitkan pola pikirnya dalam menghadapi berbagai cobaan karena semua kejadian yang dialami akan ada titik terang atau hikmah yang akan menjadi sebuah motivasi berharga. Jangan lupa, usaha yang maksimal dan doa serta takwa. Jika semua itu ada dalam diri seseorang maka yakinlah kesuksesan akan bersamanya.(Penulis Mahasiswa BKI IAIN Pontianak)<\/em><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"